
Kembalinya Lady Gaga ke skena musik lewat album terbarunya Mayhem menjadi angin segar yang dinanti para penggemarnya. Dalam rilisan ketujuh ini, ia memilih kembali ke akar dark pop dan elemen disko yang dulu membentuk identitasnya. Sejak pertama kali didengarkan, sudah terasa bahwa Mayhem bukan hanya sebuah album, melainkan fondasi untuk pertunjukan besar yang menggabungkan musik, teater, dan tentunya—fashion. Lagu-lagu seperti “Abracadabra” menghadirkan nostalgia akan “Bad Romance”, sementara “Zombieboy” seakan menjadi penerus dari “Disco Heaven”. Beberapa balada dalam album ini bahkan terasa seperti sapaan hangat untuk para pencinta era Born This Way.
Tak heran jika penampilan headliner-nya di Coachella 2025 menjadi salah satu momen paling ditunggu musim festival tahun ini. Dan seperti yang bisa diduga dari seorang Gaga, hasilnya jauh dari kata biasa. Panggung megah, visual teatrikal yang mengejutkan, dan atmosfer dramatis yang khas menjadi bagian dari pertunjukan yang sangat artistik—namun yang paling menarik perhatian justru terletak pada setiap busana yang dikenakannya. Masing-masing tampilan bercerita, membawa penonton menelusuri jejak evolusi estetik sang superstar dari masa ke masa.
Mulai dari gaun gothic yang menjulang hingga sepatu statement yang ikonis, setiap tampilan Gaga bukan sekadar pakaian—melainkan rangkaian referensi dari performa-performa masa lalunya, video musik, dan kolaborasi panjang dengan desainer ternama. Setiap look adalah penghormatan atas perjalanan kariernya dan kreativitas tanpa batas yang telah menjadikannya salah satu figur paling ikonis di dunia musik dan mode.

Gaga membuka malam itu dengan sebuah gaun merah darah berpotongan Tudor, siluet agung yang mengambang tinggi di atas panggung, menciptakan efek teatrikal sejak awal. Desainnya terinspirasi dari karya Thierry Mugler untuk Lady Macbeth di tahun 1985, dan seperti biasa, Gaga menjadikan busana itu lebih dari sekadar kostum. Ia menciptakan dunia. Sentuhan gothic dan struktur yang megah memberi kesan kuat, elegan, dan nyaris mistis—membuka pertunjukan dengan pernyataan visual yang menggugah.

Penampilan berikutnya tak kalah simbolis. Saat menyanyikan lagu “Perfect Celebrity,” Gaga tampil mengenakan gaun putih bernuansa hantu dengan detail korset, rancangan Dilara Findikoglu, sambil berbaring di samping kerangka manusia di dalam sebuah pit pasir. Imaji ini langsung mengingatkan penggemar pada adegan akhir video Bad Romance—dan sekali lagi, membuktikan bagaimana Gaga begitu mahir menghidupkan kembali arsip visualnya ke dalam format panggung modern.

Salah satu momen paling ikonis malam itu datang saat “Paparazzi” dibawakan. Gaga tampil dalam armor keperakan lengkap dengan kruk—menghidupkan kembali tampilan legendaris dari era 2009, namun kali ini dengan sentuhan ekstra: jubah dramatis yang mengembang, bergerak megah mengikuti langkahnya.
Untuk penutupan, Gaga tampil nyaris seperti dewi surgawi yang eksentris. Ia mengenakan gaun putih bersayap bulu raksasa buatan label avant-garde Matières Fécales, dipadukan dengan sepatu khusus dari Chrome Hearts. Penampilan ini menjadi klimaks visual dan emosional dari keseluruhan pertunjukan. Diiringi nyanyian ribuan penonton yang membawakan “Bad Romance” dengan penuh semangat, Gaga menutup malam itu dengan cara yang hanya bisa dilakukan olehnya—epik, menyentuh, dan penuh gaya.
Di Coachella 2025, Lady Gaga tidak hanya tampil sebagai musisi. Ia hadir sebagai seniman multidisipliner, menggabungkan musik, cerita, dan mode ke dalam satu pertunjukan yang begitu memikat. Dan untuk para pencinta fashion, penampilannya malam itu bukan hanya konser—melainkan sebuah performa teatrikal yang membuktikan bahwa Lady Gaga tetap menjadi salah satu ikon mode paling berpengaruh dalam satu dekade terakhir.