Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Oscar 2021 Menjadi Bukti Bahwa Wanita Paruh Baya Tetap Dapat Berkarya dan Hasilkan Prestasi Memukau

Dari Frances McDormand hingga Youn Yuh-Jung, perempuan berusia di atas 50 tahun mencuri perhatian pada acara tersebut dan terasa sangat revolusioner.

Oscar 2021 Menjadi Bukti Bahwa Wanita Paruh Baya Tetap Dapat Berkarya dan Hasilkan Prestasi Memukau

Secara historis, Hollywood kurang bersikap baik kepada wanita yang berusia di atas 40 tahun. Cerita mereka tampaknya berakhir ketika menikah dan memiliki anak-anak, menjadikan sisa hidup mereka sebagai jurang yang tidak menarik dan tidak layak untuk dijelajahi. Namun, Oscar tahun ini membuktikan kebalikannya, ketika Frances McDormand yang berusia 63 tahun memenangkan kategori Aktris Terbaik untuk penampilannya di Nomadland. Begitu pula dengan Youn Yuh-Jung, berusia 73 tahun, yang meraih kemenangan pada kategori Aktris Pendukung Terbaik untuk Minari. Selain itu, Colette Marin-Catherine, berusia 90 tahun, menjadi fokus dari penghargaan Dokumenter Pendek Terbaik tahun ini. Tawa terbesar pada malam itu dihadirkan oleh Glenn Close, berusia 74 tahun, yang memeriahkan Oscar dengan tarian twerk yang didampingi lagi Da Butt (1988).
 
Tampaknya, semua ini terasa sangat revolusioner, ketika wanita yang lebih tua menjadi pusat perhatian pada perhelatan kemarin. Sejak kategori Aktris Terbaik hadir menemani Academy Awards selama 93 tahun, hanya 10 wanita yang berusia di atas 60 tahun berhasil meraihnya. Hanya dalam 18 kesempatan di mana pemenangnya berusia antara 40 dan 59 tahun. Malam bersejarah yang baru saja dilangsungkan itu menandai ketiga kalinya Frances McDormand meraup kategori Aktris Terbaik. Sebelumnya, ia mendapatkannya berkat film Fargo pada tahun 1997 dan Three Billboards Outside Ebbing, Missouri pada 2018.
 

Wanita yang berusia di atas 50 tahun memiliki kemungkinan empat kali lebih banyak untuk dinilai sebagai sosok yang pikun atau lusuh dibandingkan dengan pria


 
Kurangnya visibilitas ini kerap membingungkan, mengingat betapa hebatnya materi yang dimiliki para pembuat film dalam hal narasi dan kehidupan wanita yang berusia di atas 40 tahun. Sejauh yang saya bisa lihat dari wanita berusia paruh baya yang saya kenal, cerita kehidupan mereka masih jauh dari kata selesai. Bagian 'menemukan-jati-diri-Anda' dari usia dua puluhan dan tiga puluhan terlihat lebih kecil, jika dibandingkan dengan usia paruh baya karena pada usia tersebut Anda cenderung telah mengalami masalah berat dan rumit, membuat Anda lebih mengenal diri sendiri.
 
Terdapat beberapa film yang dibuat mengenai wanita yang mencoba untuk tetap mencintai orang yang sama 20 tahun kemudian serta semua keindahan dan tantangan yang mungkin terlibat. Namun, sangat sedikit film yang menceritakan bagaimana ketahanan wanita yang berhasil menjaga anak-anak mereka agar tetap hidup sembari merawat orang tua yang sakit parah. Juga mengenai wanita pemberani dan cemerlang yang setiap hari mengacungkan dua jari pada apa yang diharapkan masyarakat dari mereka, yang tidak pernah menikah dengan pria yang salah dan memilih untuk tetap melajang.
 

Stereotip budaya seputar penuaan, terutama jika Anda seorang wanita, sangatlah terasa beracun, membuat Anda tidak ingin mengakui bahwa Anda sudah menua


Ketika cerita mengenai ketidaksuburan perlahan-lahan muncul, masih banyak hal yang dapat diceritakan, misalnya terkait rasa sakit yang dialami dan betapa rumitnya persahabatan ketika satu teman tidak dapat memiliki anak dan yang lainnya dengan senang hati memasuki usia keempat. Mengenai hal tersebut, mengapa bioskop tidak pernah berbicara positif tentang perempuan yang memutuskan untuk tidak memiliki anak, bagaimana dengan narasi serta jalan mereka dalam menuju kebahagiaan? Mengapa film-film jarang mengedukasi tentang kisah-kisah transformasi, seperti wanita yang mengubah karier di usia lima puluhan karena telah cukup mengenal dirinya sendiri sehingga meninggalkan apa yang dilakukan sebelumnya? Atau wanita berkualifikasi tinggi yang mengambil jeda karier untuk membesarkan anak-anak dan berjuang untuk kembali memasuki tempat kerja yang didirikan untuk mempermudah pria berkulit putih? 
 
Semua orang mengatakan bahwa semakin Anda tua, semakin Anda tidak peduli tentang apa yang orang lain pikirkan tentang Anda. Tampaknya, hal tersebut tak terelakkan, mengingat betapa sedikitnya ruang yang Anda miliki ataupun sediakan untuk hal selain ‘hal yang harus dipikirkan oleh wanita yang berusia di atas 40 tahun’. Stereotip budaya seputar penuaan, terutama jika Anda seorang wanita, sangatlah terasa beracun, membuat Anda tidak ingin mengakui bahwa Anda sudah menua. Wanita dewasa itu bahkan hampir tidak terlihat di bioskop (dan ketika dihadirkan, mereka akan digambarkan sebagai witchy, sexless, dan tidak menyenangkan), hanya menambah masalah. 
 
Barangkali, sebagian ketakutan kita akan penuaan disebabkan oleh tidak adanya representasi terkait hal tersebut pada media arus utama. Kami jarang melihat semangat, ketahanan, atau kompleksitas wanita di usia paruh baya. Dengan menyembunyikan cerita wanita yang lebih tua, kita seakan menutupi mereka dengan jubah malu.
 
Tidak hanya berusaha keras untuk membuat wanita paruh baya terlihat tidak menarik, tetapi Hollywood juga kerap memberi tahu penonton bahwa mereka tidak ada. Untuk setiap Nomadland dan Gloria Bell, akan ada film Mank atau Marvel lainnya. Kami melewatkan begitu banyak kisah dan film hebat yang tak terlupakan, menyentuh, menyenangkan, serta lucu hanya karena jepretan besar (pria) di Los Angeles terlalu malas untuk melihat kehebatan dari wanita berusia 40 tahun. Oscar tadi malam pun menawarkan pertanda positif, mari berharap bahwa momen tersebut dapat berlanjut dan semakin diakui.
 
(Penulis: Ella Alexander; Artikel ini disadur dari Bazaar UK; Alih Bahasa: Fatimah Mardiyah; Foto: Courtesy of Bazaar UK)