Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Menyelami Makna Lagu Cinta Modern di Era 2020-an

Perubahan zaman tentu membawa perubahan pula pada dinamika generasi baru. Maka, lagu cinta pun hadir dengan makna yang lebih sejalan dengan era yang melatarbelakanginya.

Menyelami Makna Lagu Cinta Modern di Era 2020-an
Courtesy of Pexels/Cottonbro Studio

Lagu cinta selalu menjadi cerminan dari zaman dan budaya di mana mereka diciptakan. Di era 2020-an, lagu-lagu cinta tidak lagi sekadar berbicara tentang romansa ideal, tetapi juga menggambarkan dinamika hubungan yang lebih realistis, kompleks, dan beragam. Dari eksplorasi self-love hingga pengaruh media sosial dalam percintaan, musik menjadi medium yang mengungkapkan berbagai perspektif tentang cinta di dunia modern. So, artikel ini akan menganalisis bagaimana lagu-lagu cinta di era 2020-an merefleksikan perubahan dalam cara kita memahami dan mengalami hubungan.

Cinta yang lebih autentik dan rentan

Jika pada dekade sebelumnya banyak lagu cinta yang menggambarkan kisah romantis dengan akhir bahagia atau patah hati yang dramatis, lagu-lagu cinta di era 2020-an lebih sering menampilkan emosi yang mentah dan jujur. Artis seperti Billie Eilish, Olivia Rodrigo, dan Conan Gray, mereka coba membawa nuansa baru dalam lagu-lagu cintanya dengan lirik yang lebih personal, menggambarkan ketidakpastian, kecemasan, dan luka emosional yang sering terjadi dalam sebuah hubungan.

Lagu seperti "Drivers License" dari Olivia Rodrigo dan "Happier Than Ever" dari Billie Eilish misalnya. Jika dipelajari, liriknya tidak hanya mengungkapkan kesedihan akibat patah hati, tetapi juga perasaan marah, kecewa, dan kehilangan identitas yang muncul setelah hubungan berakhir. Sama pula seperti lagu "Evaluasi" dari Hindia. Lagu ini mengajak pendengar untuk merenungkan kembali hubungan yang telah dijalani, menyoroti pentingnya komunikasi dan pemahaman dalam cinta. Dengan aransemen musik yang modern, Hindia berhasil menyampaikan pesan mendalam tentang introspeksi diri dalam hubungan. Lagu "Sorai" dari Nadin Amizah pun demikian.  menggambarkan perasaan lega setelah melewati masa-masa sulit dalam hubungan, lagu ini punya lirik puitis yang memberikan nuansa reflektif tentang perpisahan yang diterima dengan ikhlas. 

Maka, musik di era ini lebih dari sekadar bercerita tentang cinta melainkan juga turut menggali perasaan kompleks yang mencerminkan pengalaman emosional yang lebih dalam.

Mencintai diri sendiri dan kemandirian dalam hubungan

Salah satu tema yang semakin sering muncul dalam lagu-lagu cinta modern adalah self-love dan pentingnya kemandirian dalam sebuah hubungan. Layaknya lagu-lagu dari Lizzo, Dua Lipa, dan Beyoncé yang menekankan bahwa cinta bukan hanya tentang bersama seseorang tetapi juga tentang mencintai diri sendiri dan memiliki kekuatan untuk meninggalkan hubungan yang tidak sehat, lagu-lagu masa kini jelas punya meaning yang lebih masuk akal dan reflektif ketimbang melulu berkisah tentang hati yang senang ataupun sedih saat sedang jatuh cinta.

Sebut saja dua judul lagu seperti, "Break My Soul" dari Beyoncé dan "Don’t Start Now" dari Dua Lipa lagu yang menyoroti bagaimana seseorang bisa berkembang setelah putus cinta. Lirik-lirik seperti "If you don’t wanna see me dancing with somebody" (Dua Lipa) menunjukkan bagaimana cinta modern tidak selalu berarti ketergantungan pada orang lain, tetapi juga tentang menemukan kebahagiaan dalam diri sendiri. Begitu juga lagu-lagu lain yang punya pesan sama.

Cinta di era digital dan media sosial

Pada dasarnya, era 2020-an ditandai dengan pengaruh besar media sosial dalam kehidupan pribadi, termasuk dalam hubungan percintaan. Banyak lagu yang menyoroti bagaimana teknologi telah mengubah cara orang jatuh cinta, berkomunikasi, bahkan mengakhiri hubungan.

Lagu seperti "Attention" dari Charlie Puth dan "We Can’t Stop" dari Miley Cyrus yang menggambarkan bagaimana hubungan bisa dipengaruhi oleh pencitraan diri di media sosial. Fenomena seperti ghosting, breadcrumbing, dan FOMO (fear of missing out) semakin sering muncul dalam lirik lagu untuk mencerminkan realitas hubungan modern yang sering terhubung secara digital namun tetapi tetap penuh dengan ketidakpastian emosional.

Inklusivitas dalam lagu tentang cinta

Dibandingkan dengan dekade sebelumnya, era 2020-an lebih terbuka terhadap berbagai bentuk hubungan dan ekspresi cinta. Musik kini lebih inklusif sehingga dapat mencerminkan pengalaman cinta dari berbagai latar belakang gender dan orientasi seksual.

Penyanyi seperti Sam Smith, Troye Sivan, dan Lil Nas X sengaja hadir untuk membawa representasi hubungan LGBTQ+ ke dalam arus utama musik pop. Lagu seperti "Unholy" dari Sam Smith atau "MONTERO (Call Me By Your Name)" dari Lil Nas X tidak hanya berbicara tentang cinta, tetapi juga tentang penerimaan diri dan kebebasan dalam mengekspresikan identitas.

Refleksi dinamika cinta masa kini

Lagu-lagu cinta di era 2020-an lebih dari sekadar kisah romantis sebab mereka adalah refleksi dari perubahan sosial, budaya, dan teknologi yang memengaruhi cara kita mencintai dan dicintai. Dari hubungan yang lebih realistis hingga self-love serta dari pengaruh media sosial hingga inklusivitas dalam romansa, musik dan lagu di dekade ini menunjukkan bahwa cinta tidak lagi dapat didefinisikan dengan satu cara saja.

Seiring dengan perkembangan zaman, lagu-lagu cinta akan terus berkembang dan mencerminkan bagaimana manusia memahami dan merasakan cinta di dunia yang terus berubah. Musik tetap menjadi sarana paling kuat untuk mengekspresikan emosi dan menceritakan kisah cinta dalam segala bentuknya. Kalau Anda lebih suka mendengarkan musik dari era yang mana?