Fashion Week atau pekan mode, pada dasarnya tidak berkelanjutan. Pikirkan saja, banyak orang penting di industri mode terbang ke berbagai kota di seluruh dunia, meninggalkan jejak karbon yang cukup besar. Banyaknya mobil yang tak terhitung jumlahnya mengantar para influencer, jurnalis, stylist, dan buyers dari satu acara ke acara lainnya untuk memenuhi jadwal pekan mode yang sibuk. Hal itu semua kemudian memberikan dampak buruk kepada lingkungan dari mulai produksi set pertunjukan; set dan alat peraga yang dibuat kemudian dibuang, undangan dan rundown pertunjukan yang dibuang, serta besar listrik yang digunakan untuk penerangan. Semua ini hanya untuk pertunjukan yang hanya berlangsung beberapa menit.
Seperti yang diharapkan, banyaknya volume dan skala yang dimiliki Bulan Mode memiliki dampak besar pada planet kita. Menurut sebuah laporan oleh Zero to Market, sekitar 241,000 ton CO2 (cukup untuk menggerakkan Times Square selama 58 tahun), dikeluarkan selama empat minggu saat pertunjukan internasional berlangsung. Bahkan, New York Fashion Week menyumbang 37 persen sendiri. Statistik menakutkan ini kemudian menimbulkan pertanyaan - mengapa kita masih melakukan ini semua?
Sangat penting untuk memahami sejarah peragaan busana dan mengapa itu menjadi bagian besar dari budaya industri mode sampai sekarang. Pada tahun 1943, New York adalah kota pertama yang mulai menyelenggarakan pertunjukkan secara musiman melalui arahan Eleanor Lambert, seorang publicist mode asal Amerika. Pekan mode ini adalah wadah untuk menyediakan platform bagi desainer untuk menunjukkan koleksi mereka di dalam satu ruangan untuk para media dan pembeli di seluruh dunia, jauh sebelum zaman Instagram dan Twitter.
Sejak itu, Fashion Week telah menyebar ke beberapa kota di seluruh dunia dan telah melangsungkan beberapa pertunjukan paling mewah dalam sejarah. Namun, ketika kita menemukan diri kita sedang berada di tengah krisis iklim, rasanya agak ketinggalan zaman dan tidak bertanggung jawab untuk terus menjadi tuan rumah Fashion Week dengan cara yang sama.
Banyak perancang dan merek mulai memikirkan ulang bagaimana cara agar bisnis mereka menjadi lebih berkelanjutan, maka itu akan tampak sedikit munafik untuk tidak melakukan hal yang sama dengan format mereka mengadakan pertunjukan. Banyak hal perlu diubah, tetapi apakah ada alternatif yang lebih baik, lebih hijau yang benar-benar bekerja?
Dapatkah Fashion Week benar-benar berkelanjutan?
"Pertama-tama, hal ini dapat dimulai dengan setiap acara itu sendiri," kata Evelyn Mora, pendiri Helsinki Fashion Week kepada saya - Helsinki Fashion Week sendiri adalah pekan mode berkelanjutan yang diakui pertama kali. “Ketika Anda mulai memproduksi sendiri peragaan busana Anda atau pekan mode, Anda perlu memastikan bahwa mitra produksi yang terlibat adalah perusahaan yang tepat. Memang sangat mudah bagi kami untuk bermitra dengan perusahaan besar, tetapi mereka pada dasarnya tidak mengusung metode berkelanjutan."Mora mengatakan bahwa menciptakan pekan mode berkelanjutan lebih mudah daripada yang terlihat. Ada dua cara untuk melakukannya - pertama dengan memperhatikan produksi dan yang kedua memastikan para desainer yang menunjukkan koleksi bahwa mereka sudah memenuhi kriteria prinsip keberlanjutan tertentu.
"Sangat memungkinkan untuk menjalankan acara Anda menjadi lebih berkelanjutan, tetapi memang lumayan lebih menantang," katanya, jujur. Ketika Mora berangkat untuk meluncurkan Helsinki Fashion Week, dia mulai dengan mempertimbangkan betapa ramah lingkungan venue acara tersebut. Yang berarti lewat tempat, Anda dapat melihat seberapa banyak air dan energi yang akan digunakan dan apakah Anda dapat menggunakan sumber energi yang diperbarui, seperti angin dan matahari.
Membuat template latar belakang pertunjukan yang lebih hijau adalah tentang membuat perubahan kecil namun mendasar. Misalnya, keputusan Mora untuk beralih ke jenis perlengkapan yang berbeda saat mandi dan menghemat air di area Helsinki sudah dapat menghemat 19 persen air.
Cara Terbaik Untuk Melangkah Maju Adalah Dengan Mengontrol Footprint Kita Sendiri
"Sangatlah memungkinkan untuk memerhatikan seetiap detail kecil di hidup kita harus dipertimbangkan ketika menyangkut pemborosan, tetapi memang membutuhkan banyak waktu dan usaha," jelas Mora, ia menambahkan bahwa desainer di Helsinki Fashion Week hanya menggunakan sisa makanan untuk menjadi vegan dan berkelanjutan sepenuhnya. “Kami menyajikan bahan-bahan yang diproduksi berlebihan pada musim itu, seperti misalnya bawang dan kentang. Ini kemudian kami olah secara kreatif untuk dibuat menjadi enam hidangan untuk para pers yang kami jamu. ”
Selain metode yang praktis, untuk membuat jadwal runway yang berkelanjutan, tanggung jawab juga ada pada desainer itu sendiri.
“Para brands perlu berkomunikasi dengan sangat jelas tanpa menggunakan kata-kata mewah atau membingungkan bagaimana mereka mengaplikasikan prinsip berkelanjutan. Seperti dari mana asal kain mereka? Apa yang mereka lakukan dengan energi dan pewarna? " kata Mora, yang bekerja dengan WWF untuk membuat daftar 25 poin kriteria berkelanjutan yang harus dipenuhi oleh calon desainer untuk memamerkan karya mereka di Helsinki.
“Banyak desainer tidak melakukan itu, jadi saya pikir cara terbaik untuk bergerak maju adalah dengan merawat jejak carbon footprint Anda sendiri terlebih dahulu. Itulah sebabnya greenwashing adalah masalah serius, karena orang-orang membuat pernyataan besar tentang bagaimana planet kita sedang kritis, tetapi saat mereka membuktikan apa yang mereka maksud, semua itu berbeda dengan apa yang mereka lakukan, "kata Mora.
Helsinki menjadi contoh betapa pekan mode yang lebih hijau sangatlah memungkinkan - sehingga kota-kota lain mengikuti penerapan perubahan untuk mengurangi dampak buruk di lingkungan mereka. Pada tahun 2023, Kopenhagen Fashion Week akan meluncurkan Persyaratan Mode Keberlanjutan - di mana brands yang berpartisipasi harus mencapai skor tertentu agar memenuhi syarat untuk ditampilkan atau hadir. Brands dapat memperoleh poin berdasarkan praktik desain mereka, kondisi kerja mereka, dan produksi pertunjukan mereka.
"Ini adalah masa depan Fashion Week dan ini adalah satu-satunya jalan ke depan. Kita tidak dapat tidak mengambil tindakan," kata Cecilie Thorsmark, CEO Copenhagen Fashion Week. "Ini akan menguntungkan semua orang - mereka yang melihat pertunjukan tahu bahwa presentasi atau catwalk ini memiliki stempel persetujuan. Kami hanya akan menawarkan platform untuk para brands yang unggul dan merupakan perintis dalam hal mode keberlanjutan."
"Kita atau siapa pun tidak dapat menyelamatkan dunia jika kita terus mengonsumsi atau mengeluarkan jumlah karbon dan gas rumah kaca yang sama," kata Thorsmark.
Yang berarti, industri mode kini mulai mendengarkan perihal hal ini, dibandingkan dari sebelumnya. Desainer yang mengusung mode berkelanjutan akhirnya menerima pujian - seperti Bethany Williams yang memenangkan penghargaan British Emerging Talent Menswear di The Fashion Awards pada Desember 2019. Kemudian, model fashion sirkular miliknya juga menjadikannya pemenang kedua dari penerima kedua Hadiah Queen Elizabeth II untuk Desain. Kemudian, kelompok aktivis seperti Extinction Rebellion juga berhasil membawakan topik fast fashion ke arus utama, bahkan mereka pernah menggelar pemakaman mode selama London Fashion Week pada bulan September 2019. Kini pembeli menjadi lebih berhati-hati dengan memerhatikan bagaimana dan apa yang mereka beli - gagasan untuk membeli produk high street yang murah hanya untuk mengenakannya saat Jumat malam menjadi aktivitas yang tidak lagi populer.
Semakin banyak label, dari label mewah hingga independent label, membuat pilihan yang lebih hijau, yakni dengan menggunakan komponen daur ulang atau melarang bahan yang tidak berkelanjutan, seperti kulit binatang.
Tahun lalu, Mora bekerja dengan kelompok hak asasi hewan Peta untuk melarang kulit binatang di catwalk Helsinki. “Setiap acara fashion yang mengupayakan mode keberlanjutan sejati harus mengambil bahan-bahan yang tidak berasal dari binatang di atas catwalk, jika tidak, semua yang aktivitas tersebut adalah bentuk kekejaman terhadap hewan dan perusakan lingkungan. Menggunakan bulu, kulit, atau wol itu jahat, bukan hijau,” kata direktur Peta, Elisa Allen.
Pergeseran sikap ini menunjukkan bahwa industri mode semakin serius dan memperhatikan tanggung jawabnya dalam krisis iklim. Stockholm pernah membatalkan Fashion Week demi membantu planet kita dan, musim ini, New York Fashion Week mengadakan peragaan busana dengan prinsip carbon-neutral pertama yang digelar oleh Gabriela Hearst.
“Saya pikir Fashion Week seperti yang biasa kita ketahui perlu diubah," kata Thorsmark. "Kita tidak dapat melanjutkan siklus yang tidak pernah berakhir ini hanya untuk menghasilkan lebih banyak dan mengkonsumsi lebih banyak dan harus memperbarui segalanya, seperti memperbarui seluruh lemari pakaian kita setiap setengah tahun atau lebih. "
"Ada sesuatu yang salah dengan cara tradisional menyusun jadwal runway yang kerap salah dan itulah mengapa saya pikir masa depan Fashion Week terletak dalam pengembangan di dalam industri ini."
Masuk akal untuk berharap lebih dari dunia mode. Seperti yang ditunjukkan oleh model yang diaplikasikan di Helsinki, sangatlah mungkin untuk mengusung mode berkelanjutan dan mempertahankan tradisi Fashion Week secara bersamaan. Setiap jadwal pertunjukan yang diberikan harus bertindak sebagai peluang utama untuk memberikan platform kepada brand yang peduli lingkungan, yang dilakukan oleh Helsinki melalui standar mereka (Kopenhagen juga berencana untuk melakukan hal yang sama di masa depan). Sekarang, lebih dari sebelumnya, industri perlu bekerja secara kolaboratif. "Kami percaya seluruh brands perlu bersatu dan berbagi penemuan dan pengalaman mereka untuk membantu menyelamatkan planet kita," kata Cameron Saul, salah satu pendiri Bottletop, merek fashion berkelanjutan yang berbasis di London.
Rasa pertanggungjawaban yang melanda fashion, dengan merek, desainer, dan industri yang lainnya membuat perubahan untuk menjadi lebih berkelanjutan. Meskipun format pekan mode tradisional terperosok dengan adanya kepedulian terhadap lingkungan, mereka tetap memiliki tempat di tengah-tengah masyarakat kita. Ini hanya melibatkan pilihan yang lebih cerdas dan lebih berkembang demi planet kita.
(Foto: Courtesy of Harper's Bazaar UK)