Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Cara Mengatasi Kecemasan dan OCD di Tengah Wabah Corona

Apakah mencuci tangan secara terus-menerus memengaruhi kesehatan mental Anda? Simak panduan kami untuk mengendalikannya.

Cara Mengatasi Kecemasan dan OCD di Tengah Wabah Corona

Covid-19 yang merupakan bentuk baru dari virus corona tengah mendominasi pemberitaan. Hingga saat ini, hampir 100.000 orang telah terinfeksi oleh penyakit yang menyerang saluran pernapasan asal Cina tersebut. Di Britania Raya, kasusnya baru-baru ini mencapai angka 300. Lebih dari 3.300 orang di seluruh dunia meninggal dunia akibat terjangkit virus ini.

Kondisi ini membuat setiap orang cemas, namun bagi mereka penderita gangguan kecemasan dan/atau semacam obsessive compulsive disorder yang terus-menerus mencuci tangan untuk mengendalikan ketakutannya yang berlebihan terhadap kuman tentu menjadi sebuah tantangan tersendiri.

Anjuran resmi dari World Health Organisation (WHO) adalah untuk mencuci tangan dengan sabun dan air hangat secara teratur selama 20 detik atau waktu yang sama dengan menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun sebanyak dua kali. Informasi medis ini juga dianjurkan oleh Perdana Menteri Boris Johnson guna mencegah virus corona. Hanya saja, Anda bisa saja dibuat cemas jika mendengar tentang hal ini di mana-mana.

Sara Dewhurst, wanita berusia 34 tahun dari Ribble Valley di dekat Manchester menderita gangguan kecemasan terhadap kondisi kesehatan atau dikenal juga dengan istilah hipokondria yang sangat parah sehingga ia sering mengalami serangan panik dan menghindari tempat-tempat umum. Ia belajar bagaimana mengendalikan gejala-gejalanya sehingga tidak memengaruhi kehidupannya sehari-hari. Tetapi kecemasannya mulai menghantu dirinya kembali sejak virus corona menyebar.

“Saya terus berpikir ‘Bagaimana jika saya lengah dan lupa untuk mencuci tangan lalu menyentuh mulut saya?’, ‘Seberapa sakitnya bila saya terpapar virus ini?’ dan ‘Akankah saya mati?’,” katanya. “Saya sudah berusaha keras agar kecemasan saya tetap rasional, terutama ketika mengunjungi kota atau bepergian dengan transportasi umum.”

Untungnya, Sara yang juga seorang psikoterapis dan pemilik The Well Nest mampu menerapkan teknik yang ia lakukan saat melawan hipokondria yang sebelumnya ia alami seperti body scanning dan menarik napas yang dalam.

Lalu jika Anda merasa kesulitan dan tidak yakin bagaimana mengelola gejala mental dan fisik Anda, apa yang harus dilakukan?


Fokus pada fakta, bukan pada spekulasi

Organisasi amal No Panic yang membantu orang-orang dengan fobia, OCD, dan gangguan kecemasan lainnya menyampaikan pada kami bahwa mereka menerima telepon dan email 20 persen lebih banyak sejak berita tentang virus corona merebak.

Profesor Kevin Gournay dari Institute of Psychiatry, Psychology and Neuroscience di Kings College Hospital London merupakan pimpinan dari No Panic. Untuk mengurangi kekhawatiran, ia menyarankan untuk mengkurasi sumber berita Anda sendiri dan hindari media sosial jika memungkinkan.

“Fokus pada situasi yang buruk hanya membuat Anda berhenti menikmati momen yang Anda lalui di masa sekarang,” katanya. “Virus corona menyebabkan kematian dalam jumlah yang kecil (tingkat kematiannya saat ini berada di angka 3,4 persen) namun penyakit ini bukanlah Ebola atau flu Spanyol.

“Sampai saat ini ada 319 kasus virus corona yang sudah dikonfirmasi di Britania Raya dari 66 juta populasi manusia, artinya kecil peluang Anda untuk terpapar virus ini. Meskipun jika Anda terinfeksi, sebagian besar pasien dapat sembuh dan banyak yang hanya mengalami gejala-gejala ringan.”

Profesor Kevin menyalahkan “proliferasi situs-situs media sosial dalam dekade terakhir” yang sudah menyebarkan rumor-rumor pemicu kepanikan.

“Beragam bentuk berita sudah memengaruhi lebih banyak orang dibandingkan ketika sepuluh tahun yang lalu,” ucapnya. “Kita sering kali hanya mendapatkan headline yang menyesatkan lewat telepon dan itu tidak memberikan gambaran secara menyeluruh. Menurut saya jika flu babi yang menewaskan 200 orang di Inggris dan menginfeksi ribuan orang lebih banyak terjadi saat ini, kita akan menyaksikan kepanikan yang lebih besar dibandingkan di tahun 2009.”

Kevin menyarankan untuk membaca pemahaman yang jelas dan informatif tentang virus corona di situs National Health Service, mengikuti akun Twitter Profesor Chris Whitty selaku kepala petugas medis dan kepala penasihat sains di Department of Helath and Social Care (@DHSCgovuk) di @CMO_England, dan membaca pembaruan informasi harian di situs pemerintah.

Ashley Fulwood, CEO dari OCD-UK, memiliki pengalaman tentang gangguan kecemasan tersebut. Ia sependapat bahwa media “semuanya terlalu sering melebih-lebihkan risikonya,” yang artinya saran-saran profesional menjadi “layaknya open house yang membuka kesempatan datangnya pikiran-pikiran mengganggu dan dapat memicu OCD.”

Organisasi amalnya juga telah melihat adanya peningkatan permohonan bantuan dari para penderita OCD yang mengalami semakin terobsesi dalam merespons ancaman virus corona.

“Bagi beberapa orang yang menghubungi kami, OCD ini terulang dalam bentuk ketakutan baru terhadap virus corona,” ujarnya, “Tetapi saya yakin bahwa penekanan untuk mencuci tangan berulang kali dan menghindari berjabat tangan akan meninggalkan bekas pada orang-orang yang belum pernah merasakan sakit serta sengsaranya terkena OCD.

“Banyak orang, bahkan yang tidak mengidap OCD atau gangguan kecemasan terhadap kesehatan, terpaksa menggunakan masker saat menggunakan transportasi umum (yang hanya memberikan sedikit manfaat). Itu adalah perilaku kompulsi yang didorong oleh rasa takut, tetapi setidaknya untuk saat ini tampaknya tidak akan mencapai tingkat obsesif. Hanya saja bagi mereka penderita OCD, kami memperlakukannya lebih baik.

“Seperti sebagian besar ketakutan OCD, ada risiko yang relatif kecil namun mereka akan membuatnya merasa secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kenyataannya. Media telah melakukan yang terbaik untuk menakut-nakuti kita. Jangan biarkan mereka atau gangguan OCD Anda semakin menempatkan Anda dalam risikonya. Lihatlah statistiknya.”


Ketahui apa yang Anda rasakan

Jangan abaikan kecemasan Anda dan berharap perasaan itu akan pergi begitu saja. Hadapi kecemasan itu. Sarah menyarankan untuk memerhatikan segala pemikiran negatif atau irasional yang mungkin terbesit di benak Anda, seperti “Saya selalu sakit”. Ia juga menyarankan untuk mencatat pikiran-pikiran tersebut dalam sebuah jurnal dan Anda bisa melihatnya kembali saat sudah merasa lebih rileks.

“Hadapi pikiran-pikiran Anda dan lihatlah bukti-bukti yang mendukung,” katanya. “Misalnya, apa buktinya Anda bisa terpapar virus corona? Mulailah untuk mengubahnya menjadi pemikiran sehat yang disertai dengan bukti seperti, ‘Saya memiliki sistem daya tahan tubuh yang kuat dan ada banyak hal yang bisa saya lakukan untuk mempertahankannya agar tetap kuat’.

“Semakin Anda memahami pemikiran Anda maka Anda memiliki lebih banyak kekuatan dan kontrol terhadap hipokondria.” 

No Panic memiliki klip audio di situsnya yang dapat membantu Anda untuk melakukan relaksasi body scanning selama lima menit. Body scanning membuat Anda memahami sensasi fisik tubuh Anda sendiri dan membantu Anda untuk merasakan hidup di masa sekarang juga menenangkan pikiran dan tubuh Anda saat gangguan kecemasan mengancam.


Tarik napas

Bernapas adalah hal mudah yang bisa dilakukan dengan cuma-cuma. Akan tetapi jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, bernapas dapat membantu meringankan gejala gangguan kecemasan seperti sakit dada atau sakit kepala. Mencari teknik bernapas secara online tergolong mudah, namun bagi para pemula Sarah menyarankan untuk “menarik napas yang dalam dan rasakan hingga perut Anda mengembang, lalu hembuskan udara hingga perut kembali mengempis.”

Dengan melakukan pernapasan perut seperti ini berarti seharusnya tidak ada pergerakan pada dada bagian atas layaknya napas pendek yang identik muncul ketika cemas. Napas yang pendek mengganggu keseimbangan oksigen dan karbondioksida yang kita butuhkan untuk merasa lebih tenang.


Ceritakan secara terbuka

Pertimbangkan untuk menceritakan kekhawatiran Anda akan virus corona kepada teman, anggota keluarga, atau ahli terapi yang mampu membantu Anda mengubah rasa cemas yang mengganggu menjadi suatu perspektif dan mengarahkan Anda pada cara-cara bermanfaat untuk mengatasinya.

Ashley Fulwood mendorong para penderita OCD untuk menikmati hidup sebaik mungkin daripada menunggu pikiran-pikiran yang menghantui tersebut hilang.

“Jika Anda membiarkannya, OCD akan menghambat apapun yang Anda akan dan ingin lakukan dalam hidup, terutama dalam membangun dan menjalin hubungan dengan teman juga kekasih,” kata Ashley. “Karena OCD, kita sekarang mungkin menghindari untuk bertemu keluarga tau teman-teman, berpelukan, melakukan hal yang kita sukai, dan pergi ke tempat-tempat kesukaan kita.

“Penting untuk tidak membiarkan OCD dan virus corona membatasi lingkaran sosial kita karena lingkaran sosial tersebut juga merupakan kelompok yang memberikan Anda dukungan.”


Alihkan perhatian Anda dengan cara yang sehat

Jauhkan pikiran Anda dari hal-hal yang menimbulkan gangguan kecemasan terhadap kesehatan dengan mengalihkan perhatian, misalnya dengan melakukan hobi seperti merajut, membaca, melukis, melakukan project atau kegiatan baru dengan komunitas yang baru saja Anda masuki. Latihan juga merupakan cara yang baik untuk mengurangi stres dan rasakan injeksi dopamin saat Anda melakukan aktivitas fisik sekaligus.


Perhatikan perilaku Anda

Bagi penderita OCD yang mengalami ketakutan terhadap kuman mungkin sulit untuk mengidentifikasi antara langkah mencuci tangan yang baik dan direkomendasikan dengan mencuci tangan karena dorongan OCD dan kecemasan. Penderita gangguan kecemasan terhadap kesehatan bisa saja merasa bahwa mereka mengalami OCD sebagai akibat dari pengingkatan fokusnya pada kebersihan.

“Masalah kuncinya terletak pada fungsi Anda mencuci tangan,” ujar seorang juru bicara untuk OCD Action. “Misalnya, apakah Anda mencuci tangan sesuai dengan waktu yang direkomendasikan untuk mengurangi risiko penyebaran virus atau dilakukan sebagai ritual dengan tata cara tertentu agar Anda merasa nyaman atau tenang?”

OCD yang menyerang 1 dan 2 persen dari populasi merupakan kondisi yang dapat diobatI. Menurut OCD Action, perawatan yang direkomendasikan adalah terapi kognitif dan perilaku (CBT) dengan metode pembukaan dan pencegahan respon atau Exposure and response prevention (ERP) serta pengobatan.

Perlu diingat bahwa banyak kesalahpahaman yang beredar tentang OCD. Tidak semua orang yang menderita OCD takut terhadap kuman atau harus dalam keadaan yang rapi. Semua itu bisa saja adalah gejalanya, namun kondisinya dapat berupa berbagai hal.

“OCD diartikan sebagai obsesif dan kompulsif,” jelas juru bicara tersebut. “Obsesi berupa sesuatu yang tidak diinginkan serta pikiran, gambar, atau dorongan yang mengganggu yang dapat menyebabkan kecemasan. Untuk mencoba mengurangi kecemasan tersebut, orang dengan OCD akan melakukan tindakan kompulsi yang merupakan perilaku mental dan fisik.

“Kompulsi bisa mengurangi kecemasan sementara namun tindakan tersebut pada akhirnya memperkuat obsesi Anda dan menyebabkan vicious cycle yang menghabiskan waktu Anda dan menyebalkan.

“Obsesi yang umum terjadi termasuk ketakutan terhadap bahaya atau tindakan berbahaya atau yang membahayakan orang lain, pemikiran seksual seperti ketakutan menjadi seorang pedofilia atau melakukan tindakan seksual yang tidak pantas, takut akan pikiran-pikiran yang religius dan penistaan agama, atau khawatir tentang identitas seksual Anda. Sementara perilaku kompulsi pada umumnya termasuk mencari perlindungan, penghindaran, merenung, menghitung, atau mengetuk dan mengecek sesuatu.”


Mencari bantuan lewat organisasi amal

Organisasi amal kesehatan mental yaitu Mind meluncurkan situs baru mereka bagi orang-orang yang merasa cemas terhadap virus corona dan mungkin sudah diminta untuk mengisolasi diri sendiri serta mengikuti aturan-aturan kebersihan. Isinya tentang bagaimana membuat rencana tinggal di dalam rumah termasuk menambahkan ragam aktivitas Anda sehari-hati dan mengolah pemberitaan media massa. Semuanya akan diperbarui seiring dengan perkembangan situasi.

OCD Action, OCD-UK, dan No Panic mendorong siapa saja yang merasa khawatir untuk menghubungi mereka guna mendapatkan informasi lebih lanjut, panduan, dan pertolongan.




(Penulis: Jess Denham; Artikel ini disadur dari Bazaar UK; Alih bahasa: Erlissa Florencia; Foto: Courtesy of Bazaar UK)