Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Menelusuri Seni Parfum dan Sains yang Ramah Lingkungan

The Art and Science of Fragrance, merupakan perhelatan dari grup besar L’Oréal Luxe yang berlangsung di kota Paris untuk mengenal kemewahan dunia parfum, namun tetap didesain ramah lingkungan.

Menelusuri Seni Parfum dan Sains yang Ramah Lingkungan
Courtesy of L’Oréal Indonesia

Wewangian istimewa lahir dari pertemuan tak terduga yang muncul dari perasaan dan nalar, dari intuisi dan keahlian dan dari pertemuan seni dan sains. Dinding deklarasi ini terpampang pada acara akbar dari group L’Oréal Luxe yang berlangsung di kota Paris, tepatnya di Carroussel du Louvre, yaitu salah satu bagian dari Museum Louvre. Acara itu bertajuk: The Art and Science of Fragrance.

L’Oréal Luxe mengumpulkan beragam label parfum luksuri seperti Lancôme, Giorgio Armani, Mugler, Victor & Rolf, Yves Saint Laurent, Prada, dan juga Valentino. Di sana mereka sukses membawa kita yang hadir ke dalam sebuah labirin aromatik yang memadukan seni kreasi parfum dan sains.

Dengan scenografi yang rapi, yang terbagai atas beberapa ruang yang saling terkoneksi dengan beragam tema, tentang know-how parfum dan tentunya gaung sustainability. Setiap ruangan ditata secara puitis sesuai dengan konsep, dan didampingi para ahli dari berbagai disiplin ilmu yang bisa menerangkan secara jelas sesuai keahliannya.

Dari awal pintu masuk ke ruang ekposisi, tertulis nama Eugène Schueller, sebagai bapak pendiri grup kosmetik raksaksa Prancis pada tahun 1909. Awal mula kariernya, Eugène adalah seorang ahli kimia yang berhasil menciptakan formulasi untuk pengecatan rambut dan kemudian didistribusikan ke salon-salon di kota Paris. Sampai akhirnya di tahun 1930-an seiring dengan perkembangan bisnisnya, ia pun memproduksi kebutuhan higienis dengan memberi beragam aroma untuk berbagai produk sehari-hari. Dan kala itu merupakan fenomena baru. Tak heran, hingga sekarang sains dan inovasi menjadi DNA untuk L'Oréal Group. 

Di sisi lain, alam merupakan sebuah sumber utama untuk pembuatan wewangian. Sains yang lebih ramah kepada alam membutuhkan sebuah inovasi dan kreasi  terutama di dalam situasi yang mendesak dengan adanya perubahan iklim ini. Ada pun juga upaya menjaga kelestarian sumber daya alam agar bisa bertahan untuk di masa mendatang.

Green science bukan hanya sebuah alternatif, tetapi sudah hampir menjadi sebuah keharusan untuk menjaga harmoni alam.  Dalam ekposisi ini, sebuah mesin  menjadi pusat perhatian para pengunjung. Yakni mesin yang bisa menjadi solusi untuk proses ekstrasi bunga. Terlihat mesin dengan dua tabung kaca transparan yang berisi tumpukan bunga tuberose (sedap malam), yang siap untuk diekstrasi melalui proses tekanan udara hingga menghasilkan minyak esensial.

Mesin hasil kolaborasi antara grup L'Oréal dan Cosmo International Fragrances ini merupakan mesin contoh yang akan menghasilkan minyak esensial tanpa menggunakan air dengan konsumsi hemat energi. Sebuah revolusi penting dalam pembuatan parfum yang praktiknya akan dimulai digunakan tahun ini. 

Di dalam ruang itu juga ditampilkan beragam contoh keharuman bahan mentah untuk pembuatan parfum dengan kualitas utama. Bahan mentah yang diambil dari berbagai negara untuk koleksi spesial, semisal koleksi signature yang biasanya menggunakan bahan utama yang dibilang rare seperti iris dari Prancis ataupun lavender.

Akan tetapi yang menarik perhatian saya, ternyata ada bahan utama yang diambil dari pegunungan Sumatera, tepatnya dari daerah Gayo yaitu patchouli (nilam) yang menurut seorang ahli, kalau patchouli asal Indonesia merupakan salah satu yang mempunyai kualitas yang terbaik di dunia, dan ia menggunakannya untuk parfum koleksi Armani Privé.

Dengan menikmati perjalanan aromatik ini, kita diajak mengunjungi ruang-ruang lain yang salah satunya memperkenalkan daerah di selatan Prancis yang terkenal sebagai ibu kota Parfum yaitu Grasse. Di mana Lancôme mempunyai 7 hektar kebun organik dinamakan La domaine de la Rose, di sanalah mereka menanam beragam bunga di antaranya Rose of May, yaitu bunga mawar ikonis yang dipetik hanya di bulan Mei. 

Berbicara tentang luxury, nyatanya parfum juga berhubungan dengan kemasan terutama botol. Seperti yang kita ingat pada tahun 1992 parfum Mugler merupakan parfum pertama yang bisa diisi ulang. Komitmen dari grup ini pun akan terus berlanjut, untuk terus membuat produk parfum mewah isi ulang. Salah satunya parfum bernama Paradoxe dari Prada yang hadir lewat desain botol minimalis dan timeless, pastinya siap diiisi ulang sehingga bisa mengurangi konsumsi material. 

The Art and Science of Fragrance
Courtesy of L’Oréal Indonesia

Ini adalah sebuah perhelatan besar yang menarik dan memberi pencerahan tentang dunia parfum melalui pilihan yang luas agar para konsumen dapat memilih parfum sesuai kepribadian.

Dimulai dari ragam parfum beraroma floral, woody sampai fresh dapat dipilih sesuai karakter dan mood, privilege ini memang jadi kesenangan dan kemewahan tersendiri. Akan tetapi untuk memahami konsep berkelanjutan demi keselamatan planet yang merupakan bagian dari tanggung jawab kita sebagai manusia, maka tugas besar dari L'Oréal Luxe selanjutnya adalah menciptakan lebih banyak produk yang ramah lingkungan dan natural.

(Foto: Courtesy of L'Oréal Indonesia)