Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Wawancara Eksklusif Bersama Lana Condor Tentang Perjalanan Memerankan Lara Jean dalam Trilogi To All The Boys

Sang aktris berbicara mengenai adegan akhir dari franchise Netflix yang ia bintangi, mengeksplor identitas Asia-nya, dan alasan dirinya berpikir bahwa Lara Jean dan Peter berpisah saat di masa kuliah. 

Wawancara Eksklusif Bersama Lana Condor Tentang Perjalanan Memerankan Lara Jean dalam Trilogi To All The Boys

Lana Condor sangat antusias untuk adegan terakhirnya sebagai Lara Jean Covey di film To All the Boys: Always and Forever. Adegannya cukup sederhana: Lara Jean berbelanja kaus kaki bergambar karakter untuk Peter Kavinsky selama liburannya bersama keluarga di Seoul, Korea Selatan. Kali itu adalah momen terakhirnya berperan sebagai protagonis tercinta dalam trilogi komedi romantis Netflix yang sangat populer itu. Trilogi tersebut berhasil membuat dirinya dan rekan mainnya, Noah Centineo, menjadi seorang bintang. 
 
“Saya sangat kelimpungan karena saya tahu bahwa ini adalah kali terakhir saya bisa memerankan karakternya (Lara Jean). Jadi saya hanya berada di samping diri saya sendiri,” kata Lana Condor kepada Bazaar.com. “Momen tersebut tidak masuk ke dalam film dan tidak apa-apa bagi saya.”
 
Diadaptasi dari buku terlaris karya Jenny Han, seri film tersebut dimulai dengan To All The Boys I’ve Loved Before pada tahun 2018 silam, memperkenalkan Lana Condor sebagai siswi SMA yang canggung namun lovable dan juga kutu buku yang menjalankan hubungan palsu dengan pemain lacrosse Peter (Noah Centineo) agar membuat crush mereka cemburu terhadap hubungan yang mereka miliki. Namun, pada akhinrya, mereka jatuh cinta satu sama lain. Dalam film ketiga, Lara Jean dan Peter sedang berusaha untuk mencari tahu bagaimana (dan jika) hubungan keduanya dapat bertahan di perguruan tinggi. 
 
Penayangan perdana film To All the Boys, film yang fokus pada gadis dengan ras campuran Amerika dan Korea, dilaksanakan tepat dua hari setelah penayangan Crazy Rich Asians. Film tersebut menciptakan sebuah kemenangan besar bagi representasi Asia di layar. Kemenangan terasa semakin besar karena film yang satu ini diterima secara hangat oleh semua penonton. (Sehubungan dengan beberapa film sesama genre, film tersebut memperoleh lebih dari 80 juta penonton di seluruh dunia.) “Siapapun dapat jatuh cinta, tidak harus seperti yang biasa kita lakukan di media mainstream,” kata wanita yang berkebangsaan Vietnam ini. “Jelas, kami membuat banyak lompatan besar, tetapi ketika saya tumbuh dewasa, Anda hanya melihat satu orang tertentu yang diberi kesempatan untuk jatuh cinta di depan kamera, dan biasanya mereka berkulit putih.”
 
Kisah cinta Lara Jean yang bajik semakin disambut selama pandemi global saat ini. Film ini mampu membendung dan mengurangi kebencian dan diskriminasi xenophobic terhadap masyarakat Asia yang muncul akibat Pandemi Covid-19. Bagaimana tidak? Film tersebut berhasil menunjukkan seorang wanita muda yang terlihat seperti diri kita saat dulu sedang menikmati cinta muda, mengejar mimpi, mengunjungi tanah air, dan didukung oleh keluarganya sehingga memberikan dosis kegembiraan yang diperlukan. 
 
Mengucapkan selamat tinggal kepada karakter yang telah membuat gadis Asia tersebut dikenal, diperhatikan selama tiga tahun lamanya, dan mampu melambungkan ketenarannya bukanlah hal mudah bagi Lana Condor. Beruntungnya, ia mendapatkan kesempatan lain untuk mengucapkan perpisahan kepada Lara Jean saat pengambilan gambar ulang untuk Always and Forever
 
Lana dan Noah memiliki momen di sebuah bangku di mana karakter mereka menandatangani kontrak untuk film pertama yang pertama, tepat saat semuanya dimulai. Klip berdurasi beberapa detik tersebut, yang merupakan pengambilan gambar terakhir Lana sebagai Lara Jean, berhasil masuk ke dalam klip untuk Always and Forever, tepatnya berada di montase penutup. 
 
Untuk selanjutnya, peran yang akan dimainkan oleh Lana Condor akan berbeda dari karakter Lara Jean. Setelah ini, ia akan menjadi produser eksekutif untuk serial Netflix berjudul Boo. Dalam serial tersebut, Lana akan memerankan karakter siswi senior SMA yang menyadari bahwa dirinya adalah sesosok hantu. Sang aktris sempat tertawa kencang saat membawa naskah filmnya, di mana dirinya berkata bahwa ia merasa humor film ini memiliki humor irrelevant, sama seperti film Deadpool
 
“(Film ini) cukup cabul, terus terang, dan sangat licik,” sembur Lana. “Ini adalah pertama kalinya saya menemukan proyek yang saya rasa ‘Oh, ini akan mampu menunjukkan selera humor gelap dan sarkastik saya, yang saya yakin saya mendapatkannya dari ibu saya, yang jelas sangat berbeda dari karakter Lara Jean.”
 
Ia telah berkutik dalam proyek ini selama satu tahun terkahir bersama timnya “yang didnominasi oleh wanita”, ucapnya. Erin Ehrlich (Crazy Ex-Girlfriend) dan Lauren Iungerich (On My Block) merupakan produser eksekutif dari serial tersebut dan mengadaptasi naskah dari versi aslinya oleh Tim Schauer dan Kuba Soltysiak, talenta baru yang menciptakan tayangan ini dengan mempertimbangkan keterlibatan Lana. 
 
Sama besarnya dengan kecintaannya terhadap komedi, Lana juga ingin kembali bermain dalam film bergenre action, seperti saat dirinya berperan di X-Men: Apocalypse, Deadly Class, and Alita: Battle Angel. Dirinya terinspirasi oleh kesuksesan Jennifer Garner yang menjalani karier multi-genre. “Saya tidak ingin hanya melakukan satu hal,” ungkap Lana. “Saya ingin melakukan semuanya, walaupun memang cukup banyak untuk diminta, tetapi itulah yang saya inginkan.”
 
Bercerita dari rumahnya di Seattle yang ia tempati sejak awal 2020 agar data dekat dengan keluarganya, Lana Condor berbagi kisahnya dengan Bazaar terkait perpisahan yang ia lakukan dengan Lara Jean dan apa yang akan terjadi di masa depan. 
 
Karakter Lara Jean sangat dicintai oleh banyak wanita Asia, termasuk saya. Sangat menyenangkan untuk melihat diri Anda berkembang dalam peran ini. Walaupun To All the Boys adalah film dengan cerita yang universal, sangatlah hebat untuk dapat melihat diri Anda melalui karakter Lara Jean. Dengan menyadari hal tersebut, apakah semakin sulit bagi Anda untuk mengucapkan selamat tinggal pada sang karakter?
 
Ya. Seribu persen. Saya merasa jika To All The Boys telah menjadi hadiah utama bagi saya dalam beragam cara, tetapi salah satu hadiah terbesar yang saya dapatkan adalah bagaimana proyek ini mampu mendekatkan diri saya kepada komunitas kami, itu adalah hal terpenting bagi saya. Saya adalah anak adopsi, orang tua saya berkulit putih. Adik saya juga diadopsi bersama saya. Namun, pengalaman masa kecil saya adalah sebagai orang Asia-Amerika. Hal tersebut adalah sebuah pengalaman yang berbeda. Terkadang, banyak orang yang bertanya, “Apa itu pengalaman sebagai orang Asia-Amerika? “Dan saya menjawabnya dengan, “Ya, pengalaman tersebut sangat berbeda untuk setiap orang.” … terlalu close-minded untuk hanya mengelompokkannya menjadi satu. 
 

“Saya merasa sangat bersyukur dan kewalahan dengan kesempatan di mana saya dapat membuat orang-orang merasa dilihat dan tidak terlalu merasa kesepian.”


 
Dalam hidup ini, saya dan adik saya memiliki pengalaman adopsi yang berbeda dari orang lain. Saya juga merasa sangat bersyukur dengan film-film yang saya bintangi, karena film-film ini membantu saya untuk memperdalam dan membuka hubungan saya dengan komunitas kami dan apa yang diperlukan untuk membuat orang-orang tidak terlalu merasa kesepian dan merasa dilihat. Bagi saya, hal tersebut adalah bagian terpenting dari film-film ini… Saya telah bertemu dengan beberapa orang, di mana mereka dapat berbagi pengalaman SMA-nya dengan saya dan bagaimana mereka dapat relate dengan film tersebut. Dalam beberapa kesempatan, para ibu mendatangi saya dan berkata, “Saya telah menonton film ini dengan putri saya, dan saya merasa sangat bahagia saat ia menonton film yang dapat membuatnya seakan terlihat. Saya pun berharap dapa menontonnya ketika masih muda dahulu.”
 
Jadi, memang sebuah kebahagiaan yang sangat besar untuk dapat mengisahkan cerita Lara Jean dan merepresentasikan komunitas kami. Hal tersebut sangat berarti bagi saya. Pada saat kami berada di Brazil, saya dan Noah berada pada sebuah panel besar. Terdapat hampir ribuan orang di sana dan saya menemukan sesosok gadis di beberapa baris terdepan yang memegang papan tanda bertuliskan “Anda menyelamatkan hidup saya.”
 
Pada momen itu, saya sadar bahwa kita bisa memberikan dampak bagi satu orang, itulah yang berharga bagi saya, sisanya hanyalah suara-suara yang sangat ramai. Oleh karena itu, saya merasa sangat bersyukur dan kewalahan dengan kesempatan di mana saya dapat membuat orang-orang merasa dilihat dan tidak terlalu merasa kesepian.
 


 
Pastinya. Saya merasa itu memang umum bagi orang Asia-Amerika atau generasi pertama dari imigran di Amerika Serikat untuk merasa bahwa saat bertumbuh dewasa, mereka tidak mampu secara utuh mengenal identitasnya. Atau terdapat momen di mana mereka memaksakannya agar bisa menyesuaikan diri dengan sekitar. Kemudian, tidak menunggu sampai perguruan tinggi atau ketika dewasa, di mana mereka mengklaim kembali siapa diri mereka dan dari mana mereka berasal. Hal tersebut adalah sesuatu yang saya dan teman saya pernah lakukan sebelumnya. Apakah hal seperti itu juga pernah Anda alami?
 
Ya, tentunya. Saya telah berbicara mengenai ini, tetapi saya ingat ketika saya duduk di bangku SMP dan awal SMA, saya akan menggunakan makeup yang tidak mencerminkan diri saya dan juga mengganti penampilan saya. Tentunya, lebih dari sekadar itu, tetapi hal tersebut adalah salah satu contoh apa yang saya lakukan, seperti, “Saya tidak ingin berbeda dari yang lain. Sebenarnya, saya hanya ingin berada di bawah radar. Saya benar-benar tidak ingin merayakan keunikan yang saya miliki.”
 
Saat ini, sebagai orang dewasa, saya merasa sangat bangga dan senang dengan diri saya. Saya sangat bangga memiliki kebangsaan Vietnam dan sebagai aktris Asia-Amerika. Namun, masa kecil saya memang benar seperti apa yang Anda katakan sebelumnya. Itulah salah satu alasan mengapa saya sangat mencintai Lara Jean, yaitu karena Lara tumbuh besar tanpa membiarkan siapapun mengubah diri aslinya dan mengambil keunikan dan jati dirinya. Ia tidak mengubah hatinya hanya karena bisikan luar ataupun lingkungan sekitar. Itulah hal yang paling saya suka dari sosok Lara Jean. 
 
Dalam kehidupan personal, saya merasa bahwa ini memang sebuah perjalanan dari penemuan jati diri dan identitas secara umum. Menurut saya, hal tersebut adalah sebuah faktor besar, tentunya, tetapi saya juga merasa bahwa industri film membantu identitas saya dan menunjukkan siapa diri saya dan yang bukan. 
 
Pada film ketiga, Lara Jean mencoba untuk menemukan jati dirinya dan mimpi serta harapannya, khususnya saat dirinya harus memilih perguruan tinggi. Mengingat fokus dari trilogi ini adalah tentang dirinya dan Peter, Lara benar-benar ingin memenuhi segala keinginannya dan mencoba mengidentifikasi dirinya terlepas dari hubungan yang dimiliki. 
 
Saya sangat senang dengan Anda (membahas hal tersebut). Bagi saya, momen tersebut adalah hal terpenting yang terjadi dalam film ketiga ini. Saya berbicara dengan para produser, penulis, sutradara, dan semua yang terkait, karena saya merasa, “Oke, kita sudah melihat dari dua film terakhir ini bahwa semua keputusan dan konflik Lara berputar dan terkait dengan laki-laki.” Memang hal tersebut lumrah karena film ini adalah komedi romantis, bagian dari tumbuh dewasa. Crush dan cinta pertama Anda akan terasa seperti keseluruhan dunia Anda. Jadi, saya memang tidak menyalahkannya. Tetapi, saya ingin menunjukkan Lara Jean sebagai wanita muda yang telah tumbuh dewasa menjadi dirinya sendiri. Saya juga ingin melihatnya dapat memilih dan membuat keputusan untuk dirinya sendiri dan masa depannya, terlepas dari dampak apa yang akan muncul pada hubungannya dengan para laki-laki. Menunjukkan sisi tersebut adalah hal yang penting bagi saya. 
 
Saya ingat sekali saat kita semua ramai-ramai membahas dan memilih tim Peter atau tim John. Jujur, saya memang bias karena saya adalah Lana dan saya memerankan karakter Lara Jean. Tetapi, saya ingat berkata, “Lalu, bagaimana dengan tim Lara Jean?” Dan memang, saya sangat menyukai cinta segitiga. Saya menyukai cerita yang terungkap karena adanya pilihan antara pria tersebut dan filmnya pun berjudul To All The Boys I’ve Loved Before, jadi saya mengerti… Jadi, memulai pembuatan film ketiga, saya merasa, “Oke, mari kita lihat Lara yang identitasnya tidak terbentuk saat dirinya berada di sekiar para laki-laki.”
 
Saya pun merasa kita berhasil melakukannya. Saya akan menonton ulang film ketiga ini, tetapi saya rasa kita berhasil menunjukkannya. Saya merasa sangat bangga karena Lara tidak mengubah pikirannya, seakan menunjukkan bahwa dirinya peduli akan diri sendiri dan masa depannya. Karena, saya merasa bahwa Lara Jean di film pertama tidak mungkin akan, “Tidak, saya ingin tinggal di New York sendiri.” Pada saat itu, ia bahkan tidak ingin pergi ke pesta… dan saya rasa, Lara Jean yang kita kenal adalah yang seperti, “Jika kita bisa membuatnya berhasil, kita akan memastikannya berhasil. Namun, terlepas dari itu, hal inilah yang menurut saya dapat memberikan saya sebuah kehidupan. Ini adalah pilihan yang saya inginkan dan cintai.”
 

 
Sangat seru juga menonton Anda dan Noah sebagai Lara Jean dan Peter tumbuh besar bersama. Dalam film ini, seperti terasa jika bahasa tubuh Anda jauh lebih menunjukkan rasa nyaman, dan sepertinya, dalam beberapa waktu, kalian terlihat seperti sepasang teman yang sedang menghabiskan waktu bersama. 
 
Jadi, sutradara kami adalah orang yang membuat saya sadar akan hal ini. Ia berkata, “Wow, shooting film ketiga ini bersama dengan kalian dan menyaksikan kalian bekerja bersama, Anda selalu melihat Lara Jean dan Peter di film ketiga ini menempel satu sama lain.” Mereka telah bersama setidaknya selama satu tahun, jadi kami melanjutkannya seperti setahun setelah sekuel dimulai. Sangat jelas bahwa mereka selalu berdekatan satu sama lain. Mereka selalu bersentuhan secara fisik jika berdekatan, dan momen tersebut terlihat sangat nyaman. Saya pun merasa seperti itu. Karena, Noah dan saya telah menghabiskan sangat banyak waktu bersama dan kami juga telah melewati masa-masa sulit bersama. Kami pun telah merasa sangat nyaman berada di dekat satu sama lain, seperti ketika Anda bisa berada di samping seseorang dan tidak harus mengisi ruang kosong dengan obrolan apapun. Dan Anda bisa duduk dengannya dengan tenang, tetapi seraya mengetahui apa yang mereka pikirkan atau rasakan. Hal tersebut sangatlah istimewa. 
 
Noah dan saya telah mencapai titik di mana kami sudah sangat merasa nyaman untuk berada di dekat satu sama lain. Kami juga selalu memiliki komunikasi yang baik dan gelombang pikiran yang sama. Namun, setelah melalui ketiga film ini, saya merasa kami bisa mengerti satu sama lain dalam cara yang sangat saya syukuri. Karena, memang sangat menyenangkan untuk memiliki seseorang yang telah melewati perjalanan yang sama dengan Anda. Perjalanan yang kami alami pun cukup aneh dan hal tersebut sangat sulit untuk diartikan dalam kata-kata. 
 
Jadi, ya, saya merasa bahwa pertemanan kami sangat terlihat di film ketiga. Ya, saya berharap hal tersebut dapat terlihat di film ketiga. Saya tidak mampu membayangkan melakukannya dengan orang lain, saya sangat tidak bisa. 
 
Secara personal, apakah menurut Anda (hubungan) Lara Jean dan Peter akan berhasil melalui perguruan tinggi?
 
Tidak (tertawa).
 
Oh, tidak.
 
Saya selalu mengetahui bahwa hubungan mereka akan berakhir. Dalam hati, saya tahu bahwa mereka akan menikah, mereka akan bersama selamanya. Maksud saya, dalam film kedua, saya sangat mencintai John Ambrose, namun mereka tidak akan bersama. Memang sudah jelas bagi saya sebagai seorang penggemar bukunya dan filmnya dan penggemar karakter Lara Jean, saya merasa, “Tidak mungkin. Lara dan Peter akan berakhir bersama.”
 
"Menurut saya, mereka akan berpisah saat di perguruan tinggi. Saya tahu bahwa ini adalah pendapat yang tidak populer dan memang menyayat hati."


 
Menurut saya, mereka akan menocba sebaik mungkin untuk mempertahankan hubungan mereka di perguruan tinggi, tetapi sepertinya mereka akan sadar jika mereka butuh hidup dan tumbuh secara individual dan terpisah dari satu sama lain. Mereka juga perlu tahu rasanya menjalani hidup dan mencari tahu jati diri mereka sendiri. Setelah itu, saya percaya bahwa mereka akan kembali bersama setelah perguruan tinggi dan hampir memperkenalkan diri kembali sebagai orang dewasa. Saya merasa mereka perlu pendewasaan lebih untuk saat itu. Saya juga berpikir bahwa akan sangat keren bagi mereka jika berpapasan setelah memiliki pekerjaan. Dengan begitu, mereka akan mengetahui rasanya hidup sendiri dan mencari suara mereka sendiri. Akan sangat keren jika mereka kembali bersama dan berada di akhir usia 20 tahun-an dan telah siap untuk menghabiskan sisa hidup mereka bersama-sama.
 
Namun, menurut saya, mereka akan berpisah saat di perguruan tinggi. Saya tahu bahwa ini adalah pendapat yang tidak populer dan memang menyayat hati. Saya juga tahu bahwa orang-orang tidak akan menyukainya, tetapi saya benar-benar merasa mereka perlu mencari tahu sendiri. 
 
Tidak, itu masuk akal. Saya juga suka ide dari reuni tersebut. Saya sudah bisa membayangkannya di kepala saya, dan saya membutuhkannya.
 
Saya tahu, saya juga seperti itu. Ini bukanlah sebuah perbincangan yang saya lakukan dengan orang lain, tetapi jika nantinya memang dibuat seperti itu (jalan ceritanya), Anda adalah orang pertama yang mendengarnya. Saya menciptakan ide tersebut. 
 
Wawancara ini telah disunting dan diringkas agar lebih jelas. 

Fotografer: Jonny Marlow. Penata Rias: Melissa Hernandez. Penata rambut: Kat Thompson. Ahli manikur: Thuy Nguyen. Penata gaya: Tara Swennen.
 
(Penulis: Erica Gonzales; Artikel ini disadur dari Bazaar US; Alih Bahasa: Fatimah Mardiyah; Foto: Courtesy of Bazaar US)