Siang itu, Glenn baru saja mendarat di Ibukota, agendanya dalam satu minggu terbilang cukup padat.
Meski begitu, ia menyempatkan waktu untuk berbincang bersama Bazaar di tengah jadwal penerbangan yang harus ia kejar setelahnya.
Perbincangan kali ini dibuka dengan memori sewaktu ia kecil dulu. Tak punya ambisi, bahkan perenang kelahiran Bandung, 7 November 1989 tersebut tidak bermimpi menjadi seorang atlet seperti sekarang ini.
Harper's Bazaar (HB): Apakah sempat terlintas impian menjadi seorang perenang?
Glenn Victor (GV): Tidak sama sekali. Saat kecil, sebenarnya saya tidak bercita-cita menjadi seorang perenang. Tapi dulu sering ikut renang dengan teman-teman sekolah ketika sore hari dan sempat bergabung di klub renang Aquarius di Bandung. Jadi, awalnya hanya karena bosan di rumah, tidak ada kegiatan lain saat pulang sekolah
HB: Apakah ada figur atlet di keluarga?
GV: Ya, mama saya sempat menjadi atlet renang
HB: Tentu menjadi seorang atlet profesional tidak mudah. Hal apa saja yang selalu ada dalam rutinitas Anda sehari-hari?
GV: Berlatih, berlatih, dan berlatih. Dimulai sejak pagi hingga sore hari, biasanya dilakukan selama 10 atau bahkan 11 jam dalam seminggu. Jika musim pertandingan, latihannya bisa saja bertambah
HB: Pengalaman paling memorable selama menjadi atlet renang?
GV: Bisa mengikuti kejuaran di berbagai negara, traveling dan tentunya menjadi salah satu perwakilan Tanah Air di Olimpiade Musim Panas di Rio de Janeiro, Brasil pada tahun 2016 lalu
HB: Adakah beban ketika mewakili negara di sebuah kejuaraan internasional?
GV: Tentu, terutama jika kalah dalam sebuah kejuaraan. Bayangkan, dengan latihan yang melelahkan, bahkan dalam kurun waktu 6 bulan benar-benar tidak henti berlatih, tentu rasanya sedih. Tapi semua itu proses, jadi tidak boleh patah semangat
HB: Negara mana yang menjadi pesaing terkuat?
GV: China dan Jepang
HB: Apa pesan untuk anak-anak muda yang ingin menjadi atlet seperti Anda?
GV: Untuk jadi atlet, tidak boleh cepat puas diri, sekalipun dapat meraih prestasi dalam kurun waktu yang terbilang cepat. Lalu, jangan gampang putus asa, sekalipun belum bisa meraih medali. Menjadi seorang atlet itu butuh komitmen dan proses yang panjang, tidak ada yang instan
HB: Adakah hobi lain di luar profesi Anda sebagai seorang perenang?
GV: Memasak dan main online game
HB: Makanan apa yang sering Anda masak?
GV: Asia ataupun Western, bahkan roti. Saya sempat berencana untuk membuka sebuah bakery nantinya
HB: Apakah atlet punya pantangan makanan?
GV: Tentu, segala makanan berminyak atau yang melalui proses penggorengan
HB: Apa menu sarapan Anda sehari-hari?
GV: Sereal, telur rebus, susu, pisang atau roti, yang pasti mengurangi makanan yang digoreng
HB: Bicara mengenai kisah cinta Anda dengan istri sebelum akhirnya menikah, seperti apa perkenalan pertama dengan Adeline Makhmutova?
GV: Sebenarnya, kami berkenalan lewat media sosial Rusia hahaha. Nah, saat saya dan tim Indonesia ikut kejuaraan di Rusia, barulah kami berdua bertemu di sana. Saya sempat meminta bantuan Adeline untuk menemani tim Indonesia berkeliling, karena tidak banyak penduduk sekitar yang fasih berbahasa Inggris. Dari situlah saya dan Adeline semakin dekat dan menjalin hubungan yang lebih serius
HB: Destinasi liburan favorit?
GV: Kazan, kota kecil di barat daya Rusia. Terutama ketika musim dingin, karena saya suka sekali dengan musim ini. Kazan itu mirip dengan Lembang, tapi lebih sepi dari Moscow. Banyak aktivitas yang saya lakukan di sana, misalnya berkuda ketika musim salju dan snowmobile.
HB: Punya phobia?
GV: Kecoa! hahaha
Portofolio Ini:
Fotografer: Rakhmat Hidayat
Grooming: Priscilla Rasjid & Yosefina Yusti
Digital Imaging: Astis Abiprasiasti
Layout: Panji Ariesta
Jaket: Ermenegildo Zegna