Panggung industri mode tanah air sempat dikejutkan oleh peristiwa seputar kiprah para perancang yang cukup menggemparkan. Dua orang perancang dituduh melakukan penjiplakan atas karya desainer mancanegara, ditambah dengan kehadiran akun Instagram yang sengaja menampilkan kemiripan antara karya desainer Indonesia dan desainer internasional. Kasus ini berhasil melahirkan perdebatan tentang isyu orisinalitas yang dijadikan sebagai patokan kekuatan dan integritas seorang desainer. Mendadak, keaslian suatu rancangan menjadi faktor yang amat diagung-agungkan dan menggeser hal-hal lain yang turut berperan di dalam proses pembuatannya. Publik menuntut desainer untuk dapat menyuguhkan karya yang orisinil, seratus persen asli dari hasil buah kreativitasnya sendiri.
Faktanya, definisi orisinalitas dalam karya mode akan terdengar lebih tepat bila mengacu pada penemuan-penemuan baru, dan bahwasanya setiap karya fashion sudah pasti tidak terlepas oleh referensi dari hasil karya di era-era sebelumnya. Dalam sudut pandang mode sendiri, orisinalitas telah mengalami pergeseran penekanan yakni kemampuan perancang untuk menciptakan suatu karya secara langsung oleh dirinya sendiri, dan bagaimana mereka mengemas konsep sebuah rancangan serta apa yang melatar-belakangi lahirnya sebuah desain tersebut. Dan uniknya, di dalam dunia mode tidak semua perancang adalah createur di mana hasil karyanya adalah murni sebuah ciptaan baru. Sebagian besar perancang adalah penggubah dari apa yang telah ada sebelumnya, dan hal tersebut tidak serta merta menjadikan mereka penjiplak.
Ada beberapa persoalan yang perlu dicermati oleh desainer mode demi terhindar dari label penjiplak yang senantiasa akan menghantui perjalanan karirnya, salah satunya adalah mereka harus memiliki konsep yang kuat dan konsisten, yang melekat erat dengan jati-dirinya sebagai seorang perancang. Dan rasanya, tentu akan lebih adil pula apabila publik dapat lebih cerdas dalam mengkritisi setiap karya yang dipersembahkan para desainer.
Baca pembahasan lengkapnya di majalah Harper's Bazaar Indonesia edisi Februari 2015.
(Chekka. Foto: dok. Bazaar)