Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Begini Cara Wulan Guritno Mendidik Putri Sulungnya, Shalom Razade

Wulan Guritno dalam mendidik Shalom: “Dilepas tapi buntutnya dipegang. Tidak boleh kamu pegang terus anak itu, gimana mau berkembang?."

Begini Cara Wulan Guritno Mendidik Putri Sulungnya, Shalom Razade
(Foto: Courtesy of Instagram @sharazaaa)

Siapa yang tak setuju bahwa sosok ibu adalah pribadi yang sangat penting dalam kehidupan para anak-anak? Mulai dari melahirkan kita ke dunia ini, merawat dan mencurahkan seluruh perhatian dan kasih sayang, tentu para ibu di dunia adalah salah satu role model terbaik anak-anaknya. Hal ini pun yang dirasakan oleh sosok Shalom Razade, putri sulung artis Tanah Air, Wulan Guritno.


Dikenal sebagai sosok duo ibu-anak yang selalu kompak, pada episode Brunch With Dave Hendrik kali ini, Dave berkesempatan untuk mengundang Wulan dan Shalom untuk berbincang-bincang dan berbagi cerita mengenai kehidupan kedua sosok wanita kuat dan tangguh ini. 


“Shalom, aku ingin bertanya, kamu kan kebetulan baru menyelesaikan studi, kamu tuh major-nya apa sih sebenarnya? Belajarnya apa sih non?” tanya Dave.


“Aku ngambil business administration, tapi setiap tahunnya aku bisa dapat extra credit, jadi waktu itu aku sempat ambil creative enterprise,” jelas Shalom.

 

Dave pun kembali bertanya, “Dalam menentukan kamu ingin belajar, apakah mama ikut campur atau mama memberikan kebebasan pada kamu? Terserah kamu mau belajar apa?” tanya Dave.


“Enggak sih ya, mama terserah, mama bebasin aku. Tapi mama bingung aja kenapa harus ambi bisnis?” ungkap Shalom sambil tak kuasa menahan tawa ketika mengingat momen ketika ia memutuskan untuk mengambil jurusan bisnis dan memberi tahu kepada sang Ibunda.


“Iya maksudnya standard banget sih elo. Gitu. Tapi kan it’s her choice. Dan aku tuh punya prinsip gini lho Dave, mungkin karena aku dididik waktu mama papa aku cerai, kan aku tinggal sama Eyang Putri aku, that’s why kenapa nama aku juga Sri Wulandari dengan muka aku yang begini. Jadi aku memang dibesarkan dengan Eyang Putri aku, nah tahu kan kalau orang-orang Jawa gitu kalau dalam membesarkan anak punya pandangan: ‘Dilepas tapi buntutnya dipegang. Tidak boleh kamu pegang terus anak itu, gimana mau berkembang?’, gitu jadi itu tertanam sekali di aku. Jadi begitu dia bilang mau sekolah ke luar, first step gue untuk menjalankan itu adalah karena kan memang niatnya selain dia ingin nimba ilmu, juga mau belajar mandiri, jadi berarti kata kunci mandiri itu yang aku pegang. Jadi walaupun aku sebagai ibu ada tidak tega atau apa, tapi aku kembali ke kata kunci: mandiri itu. Jadi dia ngurusin semua dari awal sampai akhir Dave. Aku tidak ada tuh bantuin beli tiket, ngurus sekolah, hanya paling aku guide aja, misalnya ‘Kak, ini di sini, ngurus ini di sini, ini seperti ini dan seperti itu’ tapi I don’t do it for her,” cerita Wulan.


Mendengar pola asuh yang diterapkan oleh seorang Wulan Guritno kepada putri tertuanya, Dave sontak bertanya, “Hebat sekali sih, kok kamu bisa? Yang mengajarkan kamu untuk menjadi pribadi yang sebegitu mandirinya itu siapa Shalom? Where did you learnt it from?” tanya Dave penasaran.


Tanpa keraguan, Shalom pun menjawab bahwa ia belajar prinsip kemandirian dalam hidup melalui Ibunya. “My mom dong! Kalau bukan dari my mom siapa lagi?” jawab Shalom dengan penuh kebanggaan dalam sarat matanya. 


“Sekarang aku ingin tanya lagi sama Shalom, mendidik anak perempuan itu sudah diakui oleh semua orang tua tidak mudah, bebannya itu 2x lipat lebih berat daripada mendidik anak laki-laki, dan pembahasan ini biasanya mamanya dulu yang ngomong. Sekarang aku ingin balik, aku ingin dengar dari kacamatanya Shalom, sebagai teenager yang boleh dibilang sukses melampaui masa puber dan menjadi pribadi yang begitu baik dan berkarakter, kamu tuh sukanya punya orang tua seperti apa sih? Ini bisa jadi inspirasi untuk orang tua di luar sana,” tanya Dave kepada putri sulung Wulan.

 

“Pasti kita ingin orang tua yang understanding, and I guess mama understanding juga jadinya I’ve nothing to be complain about karena pasti dari aku juga ada bandel-bandelnya dulu pas waktu baru mau masuk SMA atau tidak waktu SMP kelas 3 mulai bandel-bandelnya, but I guess she quite understanding, seperti misalnya aku pergi dan tidak bilang, and let say misalnya aku janjinya pulang jam berapa tapi pulang malamnya jam berapa itu kalau aku pikir-pikir sekarang sih itu normal untuk misalnya mama marah karena khawatir, but she’s so understanding karena dia hanya bilang ya udah kamu yang penting beneran bilang pergi sama siapa, ke mana, and like kalau misalnya janji pulang jam segini, ya jam segini karena kan mama pasti kan khawatir kamu ke mana, and semakin ke sini aku semakin sadar well benar sih kenapa waktu itu mama marah karena kan pastinya mama tidak mau aku hilang takut diculik orang,” bagi Shalom.


Mendengar jawaban putrinya, Wulan pun menambahkan, “Intinya adalah this world is not a safe place, it’s a safe place if you can create it to be a safe place. Tapi it’s not a safe place kalau misalnya informasi aja, informasi sehingga bisa di trace. Intinya cuma itu saja,” imbuh Wulan.


Ya, mama gave me freedom karena I gave her trust juga,” tutup Shalom.


Nantikan perbincangan lengkap Dave Hendrik bersama duo ibu-anak, Wulan Guritno dan Shalom Razade di seri Brunch With Dave Hendrik yang akan tayang segera di kanal YouTube Harper’s Bazaar Indonesia segera!

Baca juga:

Ini Alasan Putri Wulan Guritno, Shalom Razade Tak Terjun ke Industri Hiburan Sejak Belia

(Foto: Courtesy of Harper's Bazaar Indonesia)