Di era digitalisasi ini, rasanya hampir tak mungkin dapat menjaga anak-anak kita untuk tidak terpapar dari penggunaan gadget. Baik secara sadar maupun tidak sadar, tentu para orang tua sudah pernah memperkenalkan atau bahkan menggunakan gadget kepada anak-anaknya.
Untuk mengetahui seputar waktu yang tepat untuk memperkenalkan dunia digital pada si kecil dan bagaimana cara teraman untuk melakukannya, Harper’s Bazaar Indonesia berkesempatan mengundang dan berbincang-bincang dengan seorang sosok Psikolog yang juga penulis dari buku Raising Children in Digital Era, Elizabeth Santosa. Simak perbicangan dan temuan kami di bawah ini:
Kapan waktu yang tepat kenalkan digital pada anak?
Elizabeth menyatakan sebenarnya tak ada waktu yang pasti dalam mengenalkan dunia digital pada si kecil. “Sebenarnya kalau tidak dikenalkan sejak kecil susah juga ya karena sejak kecil, saat mereka lahir saja para orang tua tanpa sadar sudah unggah foto mereka dan masuk ke Instagram. Walaupun si bayi belum kenal apa-apa, tapi kembali tanpa sadar orang tua sudah memperkenalkan dunia digital pada mereka. Bahkan tak sedikit orang tua sudah mempersiapkan akun sosial media untuk anak-anaknya padahal sang anak belum lahir,” jelas Lizzie (panggilan akrab Elizabeth).
Apakah boleh memperkenalkan dunia digital pada anak sejak belia?
Menurut Lizzie, tidak ada salahnya untuk memperkenalkan dunia digital pada anak-anak. Namun yang penting adalah para orang tua harus tetap mengawasi penggunaan gadget. Para orang tua memang harus mengawasi penggunaan gadget oleh anak, namun di atas hanya mengawasi, setiap orang tua juga harus ingat bahwa perkembangan anak bukan hanya di gadget saja. “Memang adalah hal yang melelahkan untuk menemani mereka bermain atau rewel saat mereka makan atau masa istirahat. Memang sangat mudah para orang tua untuk tergoda untuk menggunakan gadget sebagai alternatif untuk mendidik anak. Namun perlu diingat porsi antara anak berada di depan paparan gadget dengan interaksi langsung dari anak ke orang tua juga harus seimbang.”
Adakah durasi tertentu dalam memberikan ruang anak bermain dengan gadget?
Durasi dari memberikan keleluasaan anak bermain dengan gadget menurut Lizzie juga ditinjau dari rentang umur anak. “Jadi tergantung dengan umur sang buah hati. Tapi satu hal yang penting perlu ditekankan kepada anak-anak yaitu adalah semua tugas dan kewajiban mereka harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum boleh menggunakan gadget. Misalnya anak sekarang duduk di bangku kelas 1 SD, maka setelah selesai sekolah mereka harus mengerjakan PR terlebih dahulu.” Jadi para orang tua dapat membuat waktu bermain gadget sebagai waktu bonus atau reward.
Apakah ada kata terlambat dalam kasus anak di usia belia yang sudah ketagihan gadget?
Kabar baiknya, Lizzie menekankan bahwa tidak ada kata terlambat dalam memperbaiki kesalahan orang tua yang “kelepasan” dengan anak mereka yang telah ketagihan bermain gadget. Walaupun berat, lebih baik sedini mungkin kasus tersebut ditemukan ketimbang sudah semakin beranjak dewasa. Lalu bagaimana cara melepas si kecil dari adiktif ini? Cukup ambil gadget dari tangan mereka, walaupun si kecil pasti akan bereaksi marah dan menunjukkan withdrawal symptom, namun setelah 21-20 hari, anak-anak pasti akan kembali tenang.
Lizzie pun menambahkan, di masa pandemi ini, intensitas anak-anak terpapar gadget tentu jauh lebih besar mengingat segala bentuk proses belajar-mengajar harus dilakukan secara online. Maka kesempatan anak-anak kita “mencuri-curi” waktu untuk bermain lebih lama di depan laptop atau handphone tentu akan semakin besar. Untuk itu, para orang tua haruslah bijak dan cermat mengawasi anak-anak saat sedang bermain atau berada di depan gadget.
Tonton perbincangan lengkap Elizabeth Santosa bersama dengan Harper's Bazaar Indonesia dalam episode Bazaar Live di bawah ini:
Baca juga:
Zoom Fatigue Pada Anak Itu Nyata, Pelajari Cara Mengatasinya
Tangani Kesehatan Mental Anak di Masa Pandemi dengan Play Therapy
(Foto Courtesy of Inara Prusakova©123RF.com)