Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Prilly Latuconsina: Jangan Jadikan Follower Media Sosial Menjadi Tolok Ukur Kualitas Seseorang

Baginya popularitas merupakan sebuah tanggung jawab yang besar.

Prilly Latuconsina: Jangan Jadikan Follower Media Sosial Menjadi Tolok Ukur Kualitas Seseorang
Courtesy of Instagram @prillylatuconsina96

Menyapa kembali penonton setia seri Brunch with Dave Hendrik yang disiarkan langsung melalui akun Instagram resmi Harper's Bazaar Indonesia (@bazaarindonesia), kali ini Dave kedatangan tamu spesial. Tidak ada waktu yang lebih pas untuk mengundang Prilly Latuconsina dengan topik besar Road to FFI 2021. Mendapatkan gelar tersebut merupakan salah satu hal terbesar, menyenangkan, dan memotivasi baginya. Namun, dengan popularitas yang ia miliki sekarang, justru pelantun Ketulusan Cintaku (Pelangi Di Malam Hari) tidak suka dengan banyak orang yang menilai dirinya melalui media sosial. Simak penjelasan dirinya kepada Dave di bawah ini:

"Sekarang berbicara mengenai popularitas, menjadi orang yang terkenal pastikan memiliki tanggung jawab yang berbeda ya. Bagaimana cara Prilly menyikapi popularitas?" tanya Dave kepada aktris My Lecturer My Husband.

"It's a big responsibility. Punya banyak followers, punya nama, punya karya, itu adalah tanggung jawab yang besar menurut saya. Jadi, cara menanggapinya adalah saya selalu bilang bahwa saya sama saja seperti orang yang profesinya berbeda. Yang membedakan saya dengan orang lain hanya profesi, hanya itu. Saya sama saja dengan crew, saya sama saja dengan orang yang profesinya bukan di industri hiburan. Tapi yang mungkin membuat saya terlihat karena profesi saya bekerja di depan kamera. Namun, pada dasarnya saya sama saja, saya hanya menjalani profesi yang berbeda gitu. Jadi, saya tidak pernah merasa karena saya populer berarti saya lebih dari yang lain, punya aset segini berarti bisa seenaknya sama orang. Saya tidak pernah seperti itu, itu tidak pernah ada di kamus saya," ucapnya.

Ia melanjutkan,"apalagi melihat perkembangan sekarang ya, dengan hadirnya teknologi, media sosial, dan Gen-Z. Menurut saya dengan adanya media sosial sekarang, yang sangat sangat bagus, kita sekarang ada di masa di mana kita punya satu platform yang membuat kita bisa terkoneksi satu sama lain. Tapi, akhirnya media sosial sekarang, di beberapa produksi atau beberapa aspek, itu menjadi tolok ukur posisi atau kualitas orang gitu. Jadi, kalau Anda tidak punya followers 1 juta atau 2 juta, ya Anda tidak bisa main serial ini. Atau kalau Anda followers-nya sedikit, tidak pantas untuk ada di proyek ini atau tidak punya kesempatan di proyek lainnya. Nah, saya sangat menyayangkan itu. Karena saya selalu bilang, apa yang kita lakukan di dunia nyata, seperti kita kerja dari pagi ke pagi untuk syuting film, mungkin ada beberapa aktor yang mengawali kariernya dari teater dulu, atau memang ada aktor yang tidak mempunyai media sosial sama sekali tetapi ia mempunyai kualitas yang bagus untuk main film gitu. Itu yang harus menjadi faktor penentu seberapa besar Anda di media sosial, bukan sebaliknya. Kalau sekarang, kebanyakan, seberapa besar Anda di media sosial itu bisa menjadi pencapaian Anda di dunia nyata. Walaupun sebenarnya, Anda tidak benar-benar memiliki talenta di bidang tersebut," jelas Prilly mengenai popularitas di media sosial.

Nantikan video perbincangan lengkap Dave Hendrik dengan Prilly Latuconsina dalam episode Brunch with Dave Hendrik yang akan tayang segera di kanal YouTube Harper's Bazaar Indonesia. 

(Penulis: Gracia Sharon, Foto: Courtesy of Instagram @prillylatuconsina96, @bazaarindonesia)