Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Mengenal Lelah Hati dari Kacamata Psikologi, dan Cara Mengatasinya

Kenali gejala emotional burnout atau lelah hati serta rekomendasi psikolog dalam mengatasinya.

Mengenal Lelah Hati dari Kacamata Psikologi, dan Cara Mengatasinya
Courtesy of Michael Pondaag for Harper's Bazaar Indonesia

Mungkin Anda merasa mual atau tiba-tiba sakit kepala di tengah hari ketika berbagai tanggung jawab belum benar-benar tuntas. Ketika Anda meminum obat atau memeriksakan diri ke dokter, kondisi tubuh baik-baik saja. Sepertinya, ini menjadi saat yang tepat untuk menilik ke dalam hati dan pikiran Anda.

Kondisi fisik seseorang sangat berkaitan erat dengan emosi yang dirasakan. Mulai dari rasa mual ketika ingin berpidato di depan ratusan tamu hingga wajah memerah karena merasa malu, termasuk ketika seseorang merasa sangat lelah. Jika Anda merasa lelah menjalani hari, mungkin saja bukan tubuh Anda tetapi hati dan pikiran yang bekerja terlalu keras tanpa rehat, dikenal dengan istilah lelah hati.

Bazaar pun berbincang dengan Gracia Ivonika, M.Psi, seorang psikolog klinis tentang lelah hati dalam kacamata psikologi. Menurut Gracia, kondisi lelah hati dikenal dengan beberapa istilah seperti emotional fatigue, emotional burnout, atau mental exhaustion yang menggambarkan seseorang mengalami tekanan emosi yang cukup berat dari berbagai situasi yang dihadapi.

Lelah hati dapat juga terjadi ketika seseorang menyimpan stres yang tertumpuk dan tidak bisa tersalurkan dengan baik. Penyebabnya pun beragam baik dari beban tanggung jawab, relasi dengan orang lain, termasuk hubungan dengan diri sendiri. Namun, dengan penanganan dan dukungan yang tempat, seseorang yang mengalami lelah hati dapat kembali bangkit. “Normalnya, seseorang pelan-pelan akan menemukan coping style masing-masing sehingga seseorang dapat kembali pulih dengan penanganannya yang tepat dan sehat,” jelas Gracia.

Gracia Ivonika merekomendasikan beberapa cara sederhana yang dapat dilakukan bila Anda mengalami kondisi lelah hati.

1. Sadari dan terima kondisi Anda

“Kalau mengalami lelah hati atau emotional burnout, pikiran akan cenderung kalut jadi penting untuk menyadari kondisi hati dan meredakan emosi diri,” jelas Gracia. Dengan menerima kondisi yang dialami, Anda akan lebih mudah untuk memilah penyebab-penyebab dari perasaan yang dirasakan. Banyak orang cenderung mengabaikan kondisi emosi mereka yang

2. Beristirahat dan beri waktu untuk redakan emosi

“Minum air putih, stretching atau staycation bisa menjadi alternatif Anda untuk beristirahat,” ungkap Gracia. Kondisi hati yang tidak senang akan memengaruhi pikiran menjadi kalut sehingga mengambil waktu rehat dan relaksasi menjadi cara yang baik untuk memberikan waktu untuk fokus pada diri sendiri, khususnya meredakan emosi.

3. Perlahan-perlahan kelola emosi untuk pikiran yang lebih jernih

Ketika Anda mengambil waktu rehat dan mengembalikan fokus pada diri sendiri, pakai waktu tersebut untuk kembali menata emosi yang dirasakan. Dengan demikian, Anda dapat membantu diri untuk berpikir lebih jernih dan gunakan waktu yang Anda butuhkan untuk memastikan hati serta pikiran dalam kondisi yang jauh lebih tenang.

4. Pilah hal-hal yang menyebabkan suasana hati dan emosi Anda terganggu 

Dalam kondisi hati lebih tenang dan pikiran lebih jernih, Anda dapat mulai memilah hal-hal yang menjadi penyebab Anda mengalami lelah hati atau emotional burnout. Lalu, buat prioritas untuk hal-hal yang perlu diselesaikan terlebih dahulu, lakukan ini perlahan-lahan sehingga ketika Anda menjalani prosesnya dapat lebih dinikmati.

5. Komunikasikan kepada orang terdekat atau tenaga profesional

Jika Anda merasa lelah hati, komunikasi dapat menjadi salah satu coping style yang perlu diterapkan. Dengan membicarakan apa yang menjadi kegundahan Anda, seolah-olah Anda memiliki ruang serta kesempatan untuk melepaskan semua emosi serta perasaaan negatif yang selama ini mengganggu produktivitas Anda sehari-hari. Selain itu, tenaga profesional seperti psikolog klinis maupun psikiater dapat menjadi tempat Anda untuk meluapkan kelelahan yang Anda rasakan dalam diri. Dengan demikian, Anda tidak hanya melepaskan emosi tetapi secara tidak sadar juga mengelola kembali kehidupan Anda yang dalam beberapa waktu terakhir merasa kalut.

“Jika dirasa sudah tidak dapat dibantu oleh orang-orang sekitar, bantuan tenaga profesional sangat disarankan sehingga langkah pemulihannya dapat diketahui secara pasti dan jangan mendiagnosa kondisi mental Anda rasakan. Pastikan apa yang Anda rasakan dan cara Anda kembali pulih dari perasaan lelah hati atau emotional burnout tersebut,” jelas Gracia yang menekankan pentingnya untuk tidak mendiagnosa kondisi mental yang Anda secara mandiri.

(Penulis: Vanessa Masli; Foto: Courtesy of Michael Pondaag for Harper's Bazaar Indonesia)