Cuaca merupakan salah satu bahasan yang sering menjadi topik percakapan sehari-hari. Isu ini pun kerap jadi pusat perhatian karena dampak perubahan iklim dan pemanasan global yang semakin meningkat, cukup memberi rasa kuatir berlebih pada sebagian besar orang. Pada tahun 2024, dunia pun telah menyaksikan perubahan signifikan dalam pola cuaca dan peningkatan kecelakaan pesawat bahkan sampai akhir tahun. Oleh sebab itu, artikel ini hadir untuk menyajikan data terbaru, hasil penelitian, dan fakta seputar isu-isu penting mengenai cuaca dan juga iklim, termasuk di Indonesia.
Iklim yang tak Lagi Sama
Iklim Bumi sedang berubah dan buktinya ada di sekitar kita. Menurut NASA, suhu rata-rata permukaan Bumi telah meningkat sekitar 1,18 derajat Celsius sejak akhir abad ke-19. Perubahan ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan karbon dioksida dan emisi buatan manusia lainnya ke atmosfer. Tahun 2023 adalah salah satu tahun terpanas yang pernah tercatat, yaitu dengan suhu global hampir 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri, menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO).
Frekuensi dan intensitas peristiwa cuaca ekstrem ini juga meningkat jauh. Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) pun melaporkan lonjakan jumlah gelombang panas, peristiwa hujan lebat, dan badai tropis parah yang terjadi sepanjang tahun 2024 kemarin. Pada tahun 2023 saja, Amerika Serikat telah mengalami 18 bencana cuaca dan iklim bernilai miliaran dolar, termasuk angin topan, banjir, dan kebakaran hutan.
Naiknya Permukaan Laut: Dampak yang Meluas
Salah satu dampak perubahan iklim yang paling terlihat adalah naiknya permukaan laut. Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) menunjukkan bahwa permukaan laut global telah naik sekitar 8 inci sejak tahun 1880. Laju kenaikan ini telah lebih dari dua kali lipat dari 0,06 inci per tahun sepanjang sebagian besar abad ke-20 menjadi 0,14 inci per tahun sejak 2006. Kenaikan ini berkontribusi pada erosi pantai, peningkatan banjir selama badai, dan hilangnya habitat bagi satwa liar.
Di Indonesia, dampak ini juga dirasakan nyata. Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa permukaan laut di pesisir Indonesia naik sekitar 0,8 cm per tahun. Hal ini menyebabkan banjir rob semakin sering terjadi di daerah pesisir seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya.
Pemanasan Global: Ancaman bagi Keanekaragaman Hayati
Pemanasan global yang didorong oleh emisi gas rumah kaca, adalah masalah mendesak lainnya. Konsentrasi karbon dioksida (CO2) di atmosfer adalah 414 bagian per juta pada tahun 2023, peningkatan signifikan dari tingkat pra-industri sekitar 280 ppm. Aktivitas manusia, terutama pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi, adalah sumber utama emisi ini.
Hal ini berdampak luas pada keanekaragaman hayati. Menurut IPCC, banyak spesies yang menghadapi peningkatan risiko kepunahan akibat perubahan kondisi iklim. Terumbu karang, yang mendukung seperempat dari seluruh kehidupan laut, diketahui sangat rentan terhadap kerusakan. Great Barrier Reef, misalnya, telah mengalami peristiwa pemutihan signifikan dalam dekade terakhir. Di Indonesia, terumbu karang di wilayah seperti Kepulauan Seribu dan Raja Ampat juga mengalami pemutihan akibat peningkatan suhu laut.
Kecelakaan Pesawat di Tahun 2024: Mengapa Meningkat?
Pada tahun 2024, industri penerbangan menghadapi tren mengkhawatirkan: peningkatan signifikan dalam kecelakaan pesawat. Jaringan Keselamatan Penerbangan melaporkan peningkatan 15% dalam kecelakaan penerbangan dibandingkan tahun sebelumnya. Beberapa faktor berkontribusi pada insiden ini, termasuk kondisi cuaca ekstrem, kesalahan pilot, dan kegagalan mekanis.
Tantangan terkait cuaca pun sangat memprihatinkan. Turbulensi yang disebabkan oleh peningkatan aktivitas maskapai jet yang dipengaruhi oleh perubahan iklim, menjadi lebih umum dan juga parah. Badai dan peristiwa cuaca buruk telah mengganggu jalur penerbangan dan meningkatkan risiko kecelakaan. Di Indonesia, BMKG melaporkan bahwa frekuensi badai tropis dan hujan lebat meningkat, yang dapat mengganggu operasi penerbangan.
Selain itu, industri penerbangan menghadapi masalah teknologi dan operasional. Armada pesawat yang menua dan kebutuhan akan protokol pemeliharaan yang diperbarui menjadi perhatian mendesak. Ada juga laporan peningkatan kesalahan manusia, yang mungkin terkait dengan stres dan beban kerja yang meningkat di era pasca-pandemi.
Menanggulangi Dampak dan Mencegah Keparahan Lebih Lanjut
Memahami kompleksitas cuaca modern, dampak perubahan iklim, dan alasan di balik peningkatan kecelakaan pesawat adalah kunci untuk mengembangkan respons dan strategi yang efektif. Seiring dengan terus meningkatnya suhu global dan semakin seringnya peristiwa cuaca ekstrem, sangat penting bagi individu, komunitas, dan pemerintah untuk mengambil langkah proaktif dalam mengurangi dampak ini dan memastikan keselamatan dalam semua aspek kehidupan, termasuk penerbangan.
Di Indonesia, beberapa langkah dapat diambil untuk mengurangi dampak perubahan iklim, termasuk:
- Meningkatkan penggunaan energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin.
- Melakukan reforestasi dan konservasi hutan untuk menyerap lebih banyak karbon.
- Meningkatkan sistem peringatan dini dan infrastruktur untuk menghadapi banjir dan bencana alam lainnya.
Dengan tetap terinformasi dan mendukung praktik berkelanjutan, kita dapat menavigasi tantangan ini dan bekerja menuju masa depan yang lebih tangguh dan aman bagi semua.