Serial Netflix The Crown sering menggambarkan cara-cara ketika keluarga kerajaan harus menekan perasaan dan pendapat mereka yang sebenarnya dari publik. Akan tetapi di musim ke-4 episode "The Hereditary Principle", Putri Margaret (Helena Bonham Carter) terlihat mencari terapi saat ia berusahan melewati transisinya dari tugas-tugas senior kerajaan, masalah kesehatan, dan penemuan rahasia gelap keluarga. Ia juga mengetahui bahwa Pangeran Charles (Josh O'Connor) dan Putri Diana (Emma Corrin) telah mencari pengobatan untuk masalah pribadi.
Dalam kehidupan nyata, pendekatan bangsawan terhadap kesehatan mental telah berkembang selama beberapa dekade. Putri Diana adalah bangsawan pertama yang berbicara secara terbuka saat mencari konseling untuk bulimia dan depresi pascapersalinan. Itu membuka pintu bagi anak-anaknya, Pangeran Harry dan Pangeran William, untuk mempelopori inisiatif kesehatan mental Heads Together bersama Duchess of Cambridge (Kate Middleton).
Di balik layar, beberapa bangsawan lain dikabarkan telah menjalani terapi atau menjalani perawatan. Seorang sumber kerajaan bahkan mengatakan kepada majalah Australia New Idea (via The Express), bahwa Ratu Elizabeth ingin anaknya berpartisipasi dalam "sesi konseling keluarga", untuk meredakan ketegangan yang dilaporkan di antara beberapa anggotanya.
Berikut, lihat setiap bangsawan yang dilaporkan pergi ke terapi atau membuka tentang perjalanan kesehatan mental mereka.
1. Putri Diana
"Ya, mungkin saya adalah orang pertama dalam keluarga ini yang pernah mengalami depresi atau secara terbuka menangis. Dan jelas, itu menakutkan, karena jika Anda belum pernah melihatnya sebelumnya, bagaimana Anda mendukungnya?," ujar Diana selama wawancara bersama BBC Panorama pada tahun 1995.
Ia terbuka tentang mencari pengobatan untuk depresi pasca melahirkan, bulimia, dan masalah perkawinan. "Anda akan bangun di pagi hari dengan perasaan tidak ingin bangun dari tempat tidur; Anda merasa disalahpahami, dan Anda merasa sangat, sangat sedih," kata sang putri tentang kali ini, menambahkan, "Saya menerima banyak pengobatan, tetapi saya tahu dalam diri saya bahwa sebenarnya yang saya butuhkan adalah ruang dan waktu untuk beradaptasi dengan semua peran berbeda yang telah saya terima. Saya tahu saya bisa melakukannya, tetapi saya membutuhkan orang untuk bersabar dan memberi saya ruang untuk melakukannya."
2. Pangeran Charles
Menurut reporter sekaligus penulis biografi kerajaan, Sally Bedell Smith (melalui The History Channel), Pangeran Charles menghadiri sesi dengan dr. Alan McGlashan selama 14 tahun setelah mencari bantuan di tahun-tahun awal pernikahannya.
"Teman Charles, Laurence Van der Post, mengatakan dr. Alan menganggap Charles sebagai individu yang disalahpahami dan amat sangat membutuhkan kasih sayang alami yang benar-benar spontan. Kemudian juga memberi sang pangeran rasa hormat yang dianggap pantas serta diterima oleh dirinya sendiri,'” lapor Sally.
3. Pangeran Harry
Pangeran Harry sudah lama terbuka tentang menghadiri terapi untuk mengatasi rasa kehilangan ibunya Diana pada usia 12 tahun.
"Saya mungkin telah sangat dekat dengan kehancuran total dalam banyak kesempatan, ketika segala macam kesedihan dan segala macam kebohongan serta kesalahpahaman dan segalanya datang dari segala arah, " ungkap Harry pada tahun 2017 di podcast Reporter Telegraph, Bryony Gordon, bertajuk Mad World.
Harry melanjutkan dengan mengatakan bahwa kematian ibunya menyebabkan "tutupnya semua emosinya selama 20 tahun terakhir". Ia menambahkan,"Cara saya mengatasinya adalah menundukkan kepala saya ke pasir, menolak untuk memikirkan ibu saya, karena... mengapa itu membantu?".
Tapi, pada usia 28, dengan bantuan saudaranya William, Harry mengatakan ia menemui terapis "lebih dari beberapa kali". Ia melanjutkan, "Pengalaman yang saya miliki adalah begitu Anda mulai membicarakannya, Anda menyadari bahwa sebenarnya, Anda adalah bagian dari klub yang cukup besar. Saya tak dapat cukup mendorong orang untuk melakukan percakapan itu karena Anda akan terkejut. Pertama, seberapa banyak dukungan yang Anda dapatkan, dan kedua, berapa banyak orang yang benar-benar merindukan Anda untuk keluar."
4. Meghan Markle
Sejak mengundurkan diri dari tugas yang dijalankan senior kerajaan pada awal 2020, Duchess of Sussex (Meghan Markle) berterus terang tentang perjuangan pribadinya di mata publik. Pada bulan Oktober, ia dan Harry diwawancarai untuk podcast Teenager Therapy, di mana Meghan menyebut dirinya sebagai "orang yang paling dikendalikan di seluruh dunia," dan berbicara tentang kekuatan jurnal untuk mengatasi kesehatan mentalnya.
Bulan berikutnya, Meghan menulis op-ed emosional untuk The New York Times yang mengungkapkan bahwa ia telah mengalami keguguran pada Juli. "Duduk di ranjang rumah sakit, melihat suami saya patah hati saat ia mencoba memegang diri saya yang hancur, saya menyadari bahwa satu-satunya cara untuk mulai sembuh adalah dengan bertanya, 'Apakah kamu baik-baik saja?'" Tulisnya. Ia juga membahas stigma seputar keguguran. "Kehilangan seorang anak berarti membawa kesedihan yang hampir tak tertahankan, dialami oleh banyak orang tetapi dibicarakan oleh sedikit orang," tulisnya. "Beberapa dengan berani membagikan cerita mereka, mereka telah membuka pintu, mengetahui bahwa: ketika satu orang mengatakan kebenaran, seolah itu memberi izin bagi kita semua untuk melakukan hal yang sama."
5. Kate Middleton
William dan Kate belum terbuka tentang menjalani terapi secara langsung, tetapi mereka telah menyinggung tantangan kesehatan mental saat mempromosikan organisasi mereka, Heads Together. Kate membuka tentang "pengalaman yang luar biasa" menjadi seorang ibu di tahun 2017. "Tidak ada buku peraturan, tidak ada benar atau salah. Anda hanya perlu mengarang dan melakukan yang terbaik yang Anda bisa, untuk merawat keluarga Anda. Bagi banyak orang, para ibu, termasuk saya sendiri, ini terkadang dapat menyebabkan kurangnya kepercayaan diri dan perasaan tidak tahu apa-apa, ”jelasnya.
"Sayangnya, bagi beberapa ibu, pengalaman ini bisa menjadi jauh lebih sulit karena tantangan dengan kesehatan mental kita." Ia melanjutkan untuk mengatasi stigma yang terkait dengan terapi, dengan mengatakan, "Jika ada di antara kita yang terkena demam selama kehamilan, kita akan meminta nasihat dan dukungan dari dokter. Mendapatkan bantuan untuk kesehatan mental kita tidak berbeda. Anak-anak membutuhkan kita, tentunya setelah kita merawat diri sendiri dan mendapatkan dukungan yang kita butuhkan. "
6. Pangeran William
Raja Inggris di masa depan tersebut mengatakan bahwa momen saat dirinya di Angkatan Bersenjata turut memengaruhi kesehatan mentalnya. "Ketika saya mulai merasakan masalah pada diri saya sendiri, itu dari pekerjaan air ambulance," ungkapnya di acara Heads Together pada tahun 2019.
"Saya menghadapi banyak trauma setiap hari, hal-hal yang tubuh Anda tidak terbisa menghadapinya, rasanya memang tidak mungkin. " William menambahkan: "Untuk beberapa alasan, kami semua malu dengan emosi (khususnya orang Inggris), kami sangat malu dalam mengungkapkan emosi kami."
7. Putri Margaret
Seperti yang digambarkan pada musim ke-4 serial The Crown, Margaret dilaporkan mencari perawatan setelah perceraiannya dengan Antony Armstrong-Jones pada tahun 1970-an. Menurut The Guardian, ia "menderita gangguan saraf" selama perpisahan dan mencari pengobatan untuk depresi lewat psikiater kepada Mark Collins. Namun, Putri Margaret tidak pernah membuka tentang perjuangan pribadinya atau menghadiri terapi kepada publik.
8. James Middleton
Walau ia bukan anggota langsung keluarga kerajaan, adik laki-laki Kate Middleton, James, telah berterus terang tentang perjalanan kesehatan mentalnya. Dalam op-ed di Daily Mail tahun 2019, ia mengungkap tentang terapi perilaku kognitif untuk depresi yang dijalani selama satu tahun. James kemudian memberi tahu Telegraph bahwa setiap anggota keluarganya, termasuk Kate Middleton, menghadiri terapi bersamanya.
"Hal itu sangat penting karena akan membantu mereka memahami saya dan bagaimana pikiran saya bekerja," katanya. "Dan menurut saya, cara terapi membantu saya adalah tidak perlu keluarga saya mengatakan: 'Apa yang bisa kita lakukan?' kepada saya. Satu-satunya hal yang dapat mereka lakukan adalah datang ke beberapa sesi terapi untuk mulai memahami."
(Penulis: Savannah Walsh; Artikel ini disadur dari Bazaar UK; Alih bahasa: Erica Arifianda; Foto: Courtesy of Bazaar UK)