Fashion sedang berada diambang revolusi. Perusahaan barang mewah seperti LVMH dan Kering memiliki kekuatan yang paling berpengaruh di industri, mereka mulai bekerja keras untuk mengaplikasikan program keberlanjutan yang mencakup segala aspek produksi fashion mulai dari berapa banyak air yang terbuang dalam setiap kegiatan manufaktur hingga bagaimana mereka menjaga seluruh pekerja mereka yang tergabung di supply chain mereka.
Stella McCartney yang telah lama menjadi pelopor untuk mode beretika, menggunakan lebih dari 75 persen bahan ramah lingkungan di koleksi S/S 20 yang mencetak rekor sebagai koleksi paling berkelanjutan yang pernah ia lansir. Sementara itu, desainer baru bernama Gabriela Hearst bahkan sudah menelurkan koleksi bersertifikat karbon-netral dengan membuat seluruh supply chain yang terlibat dipastikan memahami konsep mode beretika.
Banyak rumah mode sudah tidak lagi terlalu terpaku dengan koleksi musiman. Pierpaolo Piccioli di Valentino tidak lagi berpikir sesuai hal tren; alih-alih, ia justru mulai membangun katalog yang tidak menggunakan konsep lama tentang bagaimana cara kita berbelanja.
Hedi Slimane yang mengepalai rumah mode Celine bahkan dengan sengaja menciptakan karya yang sama berulang-ulang di koleksinya karena dia tidak ingin orang-orang harus membeli desain baru di musim berikutnya.
Dan bahkan kini ada brand yang mengadopsi sejarah yang nyata ke dalam karya mereka, seperti Simone Rocha. Ia menjadikan kehidupan para wanita sebagai pokok koleksinya, mengambil inspirasi dari gaun pengantin atau gaun pembaptisan untuk merancang pakaian yang mengandung emosi yang kuat.
Seperti inilah kecantikan sejati: hal-hal yang dibuat dengan cinta, hal-hal yang memperlakukan Bumi dengan hati-hati, yang menghormati warisan kita.
Ini adalah filosofi yang semakin menjadi pusat perhatian industri high fashion saat ini seperti yang kita lihat dimanifestasikan oleh label Alexander McQueen untuk koleksi S/S 20 mereka yang megah.
Beberapa desain mereka mengambil inspirasi dari arsip yang dibuat dua dekade lalu; ada elemen up cycling (detail renda yang dijahitkan ke dalam gaun model di koleksi ini diambil dari material koleksi sebelumnya); dan Sarah Burton bekerja dengan bahan-bahan yang beretika, seperti linen yang dibuat menggunakan rami dari pertanian Irlandia yang dimiliki oleh perempuan.
Ada juga upaya berkelanjutan untuk mendukung pengrajin lokal di antara merek-merek terkemuka: untuk koleksi Cruise Dior 2020 yang ditampilkan di Marrakesh, Maria Grazia Chiuri melibatkan dukungan para spesialis tekstil Afrika, termasuk pabrik yang berbasis di Pantai Gading, Nigeria, dan Maroko yang dikerjakan oleh asosiasi perempuan untuk menghidupkan kembali keterampilan pengrajin tradisional.
Sikap bertanggung jawab ke luar seperti ini akan sangat penting dalam mempelopori perubahan, didukung oleh kebijakan pemerintah yang diharapkan akan menjadi lebih ketat dalam menegakkan transparansi.
Namun, sebagai individu kita juga perlu memikul tanggung jawab moral atas apa yang kita kenakan. Jika kita membeli sesuatu, kita harus menjadikannya tanggung jawab kita untuk mencari tahu siapa yang memproduksinya dan bagaimana, dan seberapa mereka membayar pekerja mereka. Tempat yang baik untuk memulai adalah dengan mengunjungi situs web bernama www.goodonyou.eco. Cukup letakkan nama merek apa saja di sana untuk informasi tentang bagaimana brand mengaplikasikan sistem mode beretika dan keberlanjutan dan apa saja rantai pasokan mereka.
Saat ini, 11 juta pakaian berakhir di tempat pembuangan sampah di Inggris setiap minggu. Hal itu adalah akibat dari efek tumbuhnya fast fashion yang merugikan lingkungan, yang juga mendorong pola pikir para pembeli untuk lebih sering membeli barang-barang murah dan kemudian membuangnya. Kita membutuhkan cara lain yang lebih baik saat berbelanja, sangatlah tidak wajar untuk seorang individu membeli baju baru hanya untuk dipakai pada Jumat malam atau pamer di Instagram; lebih baik berinvestasi dengan sepotong pakaian yang benar-benar Anda cintai dan ingin Anda kenakan berulang kali. Layaknya mantra Vivienne Westwood, ‘buy less, choose well, make it last’.
(Penulis: Avril Mair; Artikel ini disadur dari Bazaar UK; Alih bahasa: Astrid Bestari; Foto: Courtesy of Bazaar UK)