Ini sebuah kisah luar biasa: Nenek saya adalah Indian colonial, dan hal tersebut adalah rahasia terbesar di keluarga karena ibu saya berdarah India," ungkap sang bunga mawar Emilia Clarke.
Kebangsaan adalah konsep yang mengalir secara kental untuk aktris yang berbicara bahasa bahasa fiktif Dothraki di Game of Thrones, berperan sebagai New Yorker Holly Golightly yang ceria di panggung Broadway berjudul Breakfast at Tiffany's, dan sang pekerja Brit Louisa yang mematahkan hati di Me Before You. Dan kini, Dolce & Gabbana membuat ia berbicara bahasa Italia sebagai wajah baru kampanye parfum bertajuk The One. Walaupun parfum yang dipromosikan Clarke bertitel the One, namun ia berhenti untuk percaya akan keberadaan Prince Charming. "Kita ingin percaya bahwa Prince Charming itu ada," ujarnya.
Pemikiran romantis itu telah dihancurkan oleh realita percintaan yang gagal, ungkap Emilia. "Tentu ada sosok the one di setiap bagian dari hidup Anda, namun Anda akan berubah saat tambah usia. Saat remaja, saya memiliki the one, lalu juga saat sosok the one akan berbeda di kehidupan selanjutnya. Ada filosofi Buddhisme yang mengatakan bahwa Anda akan benar-benar memahami diri sendiri ketika berinteraksi dengan orang lain."
Akan tetapi pacaran dapat menjadi hal yang sukar apalagi setelah Esquire memilihnya sebagai sexiest woman alive. "Kini saya berpikir dua kali ke semua orang," ungkapnya. "Maksud saya, itu adalah sesuatu yang saya lakukan, terutama untuk popularitas dan karier yang gemilang, dan anehnya orang asing lebih mengenal saya dibanding teman baik sendiri, dan saya akan khawatir tentang tanggapan publik terhadap saya. Lalu mencapai satu titik di mana Anda merasa 'Tahukah Anda? Saya baik-baik saja."
Bagi aktris berumur 31 tahun ini, 2018 akan menjadi tahun yang hebat. Akhir permainan Game of Thrones akan segera tiba, dan waktunya untuk menunjukkan diri di box office setelah menumpahkan rambut platinum Khaleesi-nya. Selanjutnya, ia akan menjadi bintang di film musim semi berjudul Solo, spin-off dari Star Wars. Menurut Emilia tekanan beban berkurang untuk memainkan peran di film yang pernah ada sebelumnya, "Kita ada di era di mana film lebih dominan dibanding bintangnya." Ujian adil untuk pernyataanya adalah saat ia menjadi Susan Smith, seorang informan FBI, di film karya Philip Noyce yang mengadaptasi film thriller karya Joe Sharkey berjudul Above Suspicion.
Untungnya, tidak ada bagian di mana Clarke harus berbicara tentang naga ataupun telanjang.
Simak interview selengkapnya di Harper's Bazaar Indonesia edisi Januari 2018.
(Alih Bahasa: Michelle Othman. Portfolio: Oleh: Kaleem Aftab; Fotografi oleh Mariano Vivanco; Editor Fashion: Julia von Boehm; Rambut: Earl Simms for Hair by Sam McKnight; Makeup: Florrie White for Dolce & Gabbana Beauty; Manicure: Lyndsay McIntosh; Production: Joy Hart for JN Production; Set Design: Matthew Duguid; Special thanks to Kew Gardens dan Bloom Silk Flower)