Sangat lumrah bila seorang manusia bermimpi untuk memiliki bentuk postur tubuh dan wajah yang mendekati definisi sempurna. Seorang yang memasuki usia 40 tahun menginginkan tampilan muda sedangkan seorang belia kadang memiliki angan untuk dapat tampil bak artis cantik idolanya. Dorongan tampil lebih menawan juga cenderung makin dalam dengan adanya kemudahan akses konten media mengenai seorang yang memiliki fisik perfect.
Kini berbagai macam prosedur kecantikan dapat dilakukan sebagai jalan pintas yang menjanjikan. Di jaman dengan perkembangan teknologi yang pesat, manipulasi konstruksi wajah dan tubuh dapat dilakukan dengan dua cara, yakni surgical dan non-surgical. Namun masalahnya, kapan usia yang tepat dan matang untuk merubah bentuk fisik?
Pada kenyataanya, banyak negara seperti Korea Selatan salah satunya, mempunyai metode surgical yang melibatkan perubahan bentuk fisik secara permanen mulai dianggap lazim bagi seorang yang merayakan ulang tahun ke 17. Sedangkan bentuk tubuh seseorang seperti payudara dan kantung mata akan terus berkembang ketika dalam fase pubertas. Selain itu, prosedur pencegahan (seperti mencegah garis keriput) baru akan menjadi optimal bila disesuaikan dengan saat yang tepat.
Oleh karena itu, fenomena intervensi fisik di usia dini memerlukan kematangan diri secara fisik maupun psikologis. Hal tersebut sangatlah penting agar dapat memaksimalkan hasil dari prosedur rekonstruksi tubuh, mempersiapkan mental selama proses intervensi yang tergolong tidak pain-free, dan persiapan diri untuk menghadapi ekspestasi.
Jika Anda ingin tahu lebih banyak mengenai persoalan ini, ada pernyataan para ahli yang bisa dibaca di majalah Harper's Bazaar Indonesia edisi Januari 2015.
(Teks: Anindya Harahap dan Valerie Stephanie; Foto: Richard Gatordus)