Jika dahulu dunia mode lebih berkonsentrasi untuk menciptakan pakaian yang indah dan menjadikan sisi estetika sebagai fokus utama, sekarang industri mode justru menjadi medium penting untuk menyuarakan berbagai macam perspektif.
Ujaran "raise your voice for a good cause" seringkali terdengar dan semakin menjalar ke industri mode, di mana panggung runway bukanlah hanya sebatas tempat para model memamerkan koleksi pakaian seorang desainer tetapi juga menjadi sebuah fasilitas untuk menyuarakan pendapat.
Hal itu sepertinya sangat disadari oleh Nila Baharuddin, label asal Indonesia yang baru saja memamerkan koleksi musim semi/panas 2020 mereka di London Fashion Week.
Koleksi bertajuk Issues, menjadi medium bagi sang desainer untuk menyuarakan pandangannya terhadap isu-isu yang tersebar di seluruh dunia, terutama terhadap wanita modern. Meski zaman semakin maju, hal itu tak membuat wanita bisa begitu saja hidup tanpa terhalang segala stigma yang masih saja belum tergerus oleh kemajuan zaman.
Ketika banyak wanita yang masih dihadapkan dengan persoalan pilihan hidup, stereotype, kesetaraan gender hingga berbagai standar yang dibangun oleh masyarakat yang memaksa perempuan untuk menuruti standar buatan mereka.
Tak hanya itu, melalui koleksi Issues, Nila Baharuddin juga ingin menunjukkan pandangannya terhadap body shaming yang masih terus terjadi dimana-mana. Yang kemudian, mengundang banyak orang untuk melakukan segala cara demi memenuhi konsep kesempurnaan yang diciptakan oleh masyarakat.
Tergerak dengan segala isu di atas, Nila pun merangkum segala keluh kesahnya melalui koleksi sederet pakaian yang ia rancang untuk memotivasi setiap wanita Nila Baharuddin agar mewujudkan impian mereka dan terus bergerak untuk maju.
Usahanya untuk mendukung para wanita, ia manifestasikan menggunakan busana modern yang dijahit menggunakan material tenun yang telah dimodifikasi oleh para pengrajin dari Bali agar tampak relevan dengan tren sekarang.
Di koleksinya ini, Nila memilih tone warna membumi seperti biru, hijau, kuning, dan cokelat yang kemudian di lebur jadi satu di atas busana berpotongan minimalis.
Infusi gaya edgy di era ‘80-an di adaptasi sang desainer demi menciptakan sesuatu yang menyegarkan dan tak terduga di koleksinya.
Aksinya untuk menyuarakan suaranya tak berhenti disitu saja, segala aspek di koleksinya ini merupakan bentuk perwakilan atas pandangannya terhadap isu-isu di dunia. Hal itu terlihat dari teknik pewarnaan yang ia gunakan di koleksi ini, dimana ia memilih menggunakan teknik pewarnaan natural yang berasal dari bahan-bahan ramah lingkungan, sehingga memastikan koleksinya tidak menghasilkan limbah plastik maupun kimia yang berbahaya.
Langkah tersebut ia lakukan untuk menghindarkan label miliknya berpartisipasi menciptakan limbah yang membahayakan planet bumi.
Aksi lainnya yang sejalan dengan pandangan dirinya terhadap perempuan, kemudian membuatnya memilih desainer tekstil Sarah Beatrice, yang merupakan sosok perempuan penuh talenta dan sudah menghasilkan karya-karya yang menakjubkan dengan banyak desainer terbaik Tanah Air dan bahkan mancanegara.
Keduanya berkolaborasi bersama mendalami teknik macrame yang kemudian dikombinasikan dengan material acrylic dengar hasil akhir pola tenun ikat yang apik. Pola tersebut bukanlah hanya semata-mata hiasan yang tak memiliki arti, pola tersebut diciptakan untuk mewakili kekuatan wanita yang saling mengikat hingga bisa melahirkan tali persaudaraan sekaligus merepresentasikan simbol label Nila Baharuddin yang berasal dari Indonesia.
Berikut koleksi lengkapnya.
Aplikasi tumpuk disusun sedemikian rupa dengan komposisi front button blazer jacket, celana panjang, dan sembulan rok bahan tulle di atas rentang warna hangat.
Perkawinan beberapa unsur sekaligus lewat material tradisional seperti kain tenun dan material PVC yang modern di sulap menjadi sebuah look bernuansa kasual.
Elemen khas Jepang di manipulasi menjadi sebuah look bergaya edgy yang terinspirasi dari bentuk kimono.
Rok front slit yang menjuntai hingga ke lantai dan disertai dengan efek pleated, dipadukan dengan atasan yang dibubuhi bordir menyerupai sosok wanita dari seluruh dunia.
Setelan cropped shirt dan rok kontemporer yang diwarnai semburat motif denim dikombinasikan dengan aksen jaring yang playful.
Eksperimen teknik tumpuk dimodifikasi dengan mengalih fungsi slip dress yang dikenakan sebagai luaran.
Konsep jukstaposisi dimanifestasikan dalam format rok maxi dan atasan kemeja eksperimental.
Bagian dada di busana Kimono, diolah menjadi suatu ansambel modern dengan padanan celana pendek yang kasual.
Eksplorasi beragam teknik menjadi angin segar di koleksi ini, celana dengan aksen ripped yang berani menyuarakan bentuk pernyataan yang edgy.
Luaran yang berfungsi sebagai ikat pinggang sekaligus, menjadi pusat perhatian di keseluruhan tampilan ini, tak lupa sisipan pesan 'Girl Power' dibubuhi di atas material PVC yang sedang
Tak melulu berkutat dengan potongan edgy, sebuah dress bernuansa feminin dan romantis dijahit menggunakan kain tenun yang diwarnai secara natural.
Keberanian para wanita seakan direpresentasikan melalui look berikut ini, atasan dengan siluet rumit dipadankan dengan bawahan jaring yang menerawang untuk sebuah tampilan yang berani.
Teknik tie dye menjadi konsentrasi look yang menampilkan sebuah jogger pants yang dikemas secara kontemporer.
(FOTO: Courtesy of Nila Baharuddin)