4 Desainer Memadukan Kain Tradisional

Bagaimana jika tenun dan batik tampil dalam nuansa urban yang modern?



Era berbusana semakin bertransformasi, terutama dengan berbagai teknik padu-padan menarik, mulai dari item per item, maupun material yang digunakan.

Hal tersebut marak terjadi di tengah kaum urban, yang akhirnya membawa berbagai label pun ikut menyuguhkan sesuatu yang berbeda bagi penikmatnya.

Penggunaan kain tradisional, misalnya. Dulu, kain-kain ini dianggap lawas, bahkan tak jarang kaum muda enggan mengenakannya untuk penampilan sehari-hari.

Namun, seiring berjalannya waktu, sejumlah label fashion Tanah Air membuktikan bahwa kain tradisional pun punya pesona berbeda yang dapat tampil selaras dengan berbagai material, asal dikemas dengan teknik pengerjaan yang tepat.

Seperti persembahan empat label, Jenahara, Ardistia New York, KLÉ, serta Danjyo Hiyoji pada perhelatan Karya Kreatif Indonesia 2017 yang bertempat di Cendrawasih room, Jakarta Convention Center.

Para desainer di balik label-label tersebut ditantang untuk memadukan kain tradisional hasil UMKM binaan Bank Indonesia. Seperti apa tampilannya? Berikut favorit Bazaar.

Jenahara

Membuka fashion show kali ini, Jenahara Nasution lewat label premiumnya, Jenahara Black Label kembali memberi opsi seru bagi penganut baju muslim modern.

Mengambil tajuk Sekapur Sirih, Jenahara mengangkat keindahan batik Jambi dengan warna cerah semisal merah serta motif yang bertabrakan dalam teknik padu-padannya.

Dapat Anda saksikan dari layering sejumlah item, seperti kimono, medium-length blazer, hingga baju atasan bertakhta motif ikonis, baik Bunga Pauh dan Angso Duo.

Ardistia New York

Fantasi luar angkasa agaknya menginspirasi Ardistia Dwiasri dalam menyajikan opsi berbusana kantor, sehingga jangan heran jika tampilannya terasa futuristik dan tegas.

Aksen tradisional ia hadirkan sebagai detail pada area collar juga lapel, melalui perpaduan kain tenun Sekomandi khas Sulawesi Barat.

Berbagai pilihan blazer juga jaket maupun sheath dress dari koleksi fall/winter ini hadir dalam warna-warna basic, seperti taupe grey, hitam, dan navy blue sehingga sah-sah saja jika disematkan warna lain yang lebih vibran dari tenun Sekomandi.

KLÉ

Lain halnya dengan KLÉ. Direktur kreatif label ini, Kleting Titis Wigati menyuguhkan deretan busana bernuansa lembut dan feminin berkat pilihah palet pastel yang menjadi primadonya.

Mint green, baby blue, honey yellow serta lavender tampil dengan sajian yang begitu indah lewat pilihan songket Deli dari UMKM hasil binaan Bank Indonesia daerah Sumatra Utara.

Danjyo Hiyoji

Duo direktur kreatif, Liza Mashita dan Dana Maulana, dari label streetwear Danjyo Hiyoji mengolah kain tenun Donggala yang berasal dari Sulawesi Tengah sebagai penutup sore itu.

Tenun ini menjadi perpaduan yang menarik untuk diulik berkat teknik potongan, pola asimetris, hingga aksen tumpuk yang memukau.

Warna vibran-nya pun memberi kesan edgy serta modern yang begitu mewujudkan spirit urban.

Tak hanya itu, Danjyo Hiyoji turut memberi opsi seru pada aksesori semisal kacamata dengan warna senada kain tenun. Très chic.

(Layout: Ifni Isauria, Foto: Ferwindus)