Profesi satu ini mungkin masih belum begitu banyak terdengar. Namun, patut diketahui dan dipahami terutama bagi para ibu hamil dan pasangannya serta seluruh sanak famili yang tengah menantikan kelahiran si kecil.
Untuk itu, Bazaar mewawancarai Irma Syahrifat selaku doula bersertifikasi di Indonesia guna berbagi tentang peran esensialnya dalam mendampingi persalinan.
Harper’s Bazaar Indonesia (HBI): Bisa ceritakan peran doula secara garis besar?
Irma Syahrifat (IS): Doula bertugas mengisi kekosongan yang tak selalu bisa dipenuhi oleh dokter, terutama dari segi mental dan spiritual. Karena terkadang penyelesaian masalah sang ibu tidak selalu soal sisi medis, tapi justru dari dukungan spiritual.
Selain membantu mempersiapkan mental ibu dalam mencapai persalinan yang nyaman, doula juga ikut memaksimalkan peran suami dan keluarga agar lebih kondusif dalam situasi persalinan.
HBI: Jadi, doula akan bekerja sama dengan dokter kandungan dan atau bidan?
IS: Sebelum bersalin, doula biasanya memperkenalkan diri ke dokter kandungan ataupun bidan dan sedapat mungkin mendampingi ibu saat berada di rumah sakit.
Doula juga berkenalan dengan staf rumah sakit agar dapat berkolaborasi dengan baik saat persalinan berlangsung sehingga mempermudah pekerjaan dokter ataupun bidan.
HBI: Persiapan apa saja yg dilakukan oleh doula sebelum persalinan sang ibu?
IS: Biasanya, persiapan sudah dimulai sejak masa kehamilan untuk bertemu dan berkenalan dengan klien terlebih dulu. Hal ini dilakukan demi menemukan kecocokan karena sifat hubungan keduanya yang sangat intim.
Selain proses bonding yang baik, doula dan ibu hamil akan menyusun rencana kelahiran, menemani dan mengenalkan doula kepada birth provider, melakukan komunikasi berkala melalui aplikasi WhatsApp antara bapak, ibu dan doula terhitung usia kandungan 37 minggu ke atas lalu dilanjutkan dengan on-call saat bersalin.
Doula juga melakukan relaksasi untuk menata emosi ibu sebelum bersalin, menguatkan pikiran serta mengingatkan hak-hak ibu atas persalinannya, berbagi wawasan soal persalinan hingga menghimbau baik ibu maupun bapak untuk selalu berkomunikasi dengan bayi sejak masih di dalam rahim.
Kemudian, dilanjutkan dengan menemani proses awal menyusui serta kunjungan pasca bersalin ke kediamannya. Doula juga bisa memberikan referensi apabila diperlukan bantuan seperti akupuntur, hypnobirthing, terapi self-healing, trauma healing, dan lain-lain.
HBI: Sejauh apa doula terlibat saat proses persalinan berlangsung?
IS: Doula tidak berhak melakukan tindakan medis, saran medis dan intervensi medis apapun meski dalam kondisi darurat sekalipun (seperti contohnya saat seseorang harus melahirkan di perjalanan, yang berhak menangkap bayi tetap keluarga dan bukan doula).
Beberapa doula memang memiliki latar belakang medis. Namun saat dia berperan sebagai doula, dia tetap tidak berhak melakukan tindakan medis.
Yang doula lakukan ketika persalinan adalah semua kegiatan yang mendukung kenyamanan ibu, misalnya memijat, memeluk, menyampaikan kata-kata positif, menyiapkan makanan dan minuman, mendukung kehadiran orang-orang yang diinginkan dan sebaliknya menjaga dari orang yang tidak diinginkan pula, mengingatkan teknik pernapasan, menghimbau suami untuk tetap berada di samping ibu dan lain sebagainya.
Adapun doula tetap tidak berhak mengambil keputusan atau berbicara atas nama pasien.
HBI: Apakah doula masih terlibat sesudah proses persalinan selesai?
Doula akan memastikan agar emosi ibu tetap stabil dan nyaman setelah persalinan, memberikan saran dan masukan serta berupaya memberikan solusi jika doula menemukan tanda-tanda bahwa sang ibu memerlukan bantuan (Misalnya apabila ibu membutuhkan konsultasi soal laktasi, memerlukan terapi psikolog maupun memperbaiki komunikasi dengan pasangan atau keluarga dan lain sebagainya).
Pada situasi tertentu, doula juga bisa diandalkan untuk membantu sang ibu meringankan pekerjaan rumah tangganya.
HBI: Apa harapan Anda, sebagai doula, untuk semua wanita Indonesia?
IR: Agar setiap perempuan percaya bahwa dirinya mampu, memiliki hak dankendali penuh atas tubuhnya serta bisa melakukan pemberdayaan diri dan mengalami persalinan yang indah serta menyenangkan. Bahwa proses kelahiran yang ramah jiwa dan minim trauma adalah mungkin dan layak diperjuangkan.
(Foto: Newman Studio/Shutterstock/Click Photos, Courtesy of @birth.imwithu)