Cara Atasi Kecemasan Saat Pisah dari Pasangan Usai Lockdown

Susan Quilliam selaku mentor di bidang hubungan antar pasangan memberikan sarannya agar Anda dapat menyesuaikan kondisi di waktu yang baru.



Pandemi virus corona membuat kita tinggal di rumah setiap hari selama berbulan-bulan dan mungkin menjalaninya berdampingan dengan pasangan. Kembali ke kehidupan normal seperti dulu bisa saja menimbulkan kecemasan bila kita berpisah dengan pasangan setelah sekian lama selalu menghabiskan waktu bersama.

Mentor yang mendalami hubungan antar pasangan sekaligus penulis buku Stop Arguing, Start Talking yakni Susan Quilliam membagikan saran-sarannya yang berharga untuk mengatasi kecemasan yang berpotensi timbul karena berpisah ketika lockdown mulai merenggang.


Ruang pembatas antara satu dengan yang lain telah banyak berkurang selama dua bulan terakhir. Setelah menghabiskan banyak waktu bersama pasangan selama lockdown, saran apa yang ingin Anda sampaikan untuk menyesuaikan waktu saat mulai berpisah?

Salah satu alasan mengapa beberapa orang merasa jika lockdown terasa sulit dilalui adalah karena mereka kesepian atau justru tak terpisahkan satu sama lain dan keduanya juga sama-sama berat.

Jika selama lockdown kita begitu intim bersama pasangan, ketika kita pergi lagi keluar maka kita tidak hanya terpisah dari kekasih kita. Kita keluar menuju dunia di mana hubungan dekat menjadi semakin sulit baik secara fisik maupun emosional dengan orang lain. Jadi, bukan hanya menghadapi perpisahan namun juga perasaan terabaikan dan keraguan terhadap diri sendiri. Kita masih akan tetap menjaga jarak dari teman-teman dan keluarga dan ini bukanlah hal yang mudah.

Menurut saya ada banyak hal yang bisa kita lakukan. Pertama adalah menyadarinya dan memahaminya. Mengetahui apa yang menjadi kekhawatiran Anda sangatlah penting. Katakan pada diri Anda sendiri, “Inilah yang terjadi dan yang membuat saya khawatir. Ini terjadi ada saya dan mungkin terjadi pada pasangan saya juga.” Pada titik ini perlu diingat bahwa mereka mungkin tidak mengalami hal yang persis sama dengan Anda dan tidak melihatnya sebagai sebuah penolakan. Penting pula untuk diingat bahwa setiap orang mungkin mngalami bentuk kcemasan mereka masing-masing dan tidak ada yang salah dengan itu semua.



Poin kedua yang perlu diingat adalah menyesuaikan diri dengan aturan keluar rumah juga akan memakan waktu. Ada sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa rata-rata butuh waktu selama 90 hari untuk menjalin ikatan dengan seseorang ketika menghabiskan waktu bersama-sama. Butuh waktu selama 90 hari pula untuk melepaskan ikatan tersebut setelah Anda putus hubungan dengan seseorang atau berpisah. Area di bagian otak yang berkaitan dengan kedekatan hubungan antar seseorang letaknya sangat dekat dengan bagian otak yang berkenaan dengan adiksi. Jadi ketika Anda saling menjauh, maka rasanya akan sakit dan dapat menumbuhkan kecemasan besar. Meskipun dalam hubungan yang baik, sekali Anda berhenti merasakan hari-hari yang biasanya selalu berkomunikasi misalnya, Anda bisa merasa sedih ketika kembali ke apartemen Anda sendiri (jika belum menikah atau terbiasa tinggal bersama) atau keduanya sama-sama pergi bekerja dan tidak lagi saling bertemu. Beri waktu selama 90 hari untuk menyesuaikan hidup Anda dengan ‘new’ normal dan keadaan ini membutuhkan waktu.

Jika membantu, cobalah berkomunikasi tentang cara yang mudah untuk memasuki new normal di dunia luar lagi. Jika Anda kembali bekerja di kantor yang berbeda atau bekerja dengan berpindah-pindah tempat, Anda tentu tidak akan memiliki banyak waktu bersama. Oleh karena itu, putuskan seberapa sering Anda ingin bertukar kabar dalam sehari. Mungkin dengan menghubungi saat jam makan siang sudah cukup untuk Anda berdua, atau bisa jadi Anda membutuhkan banyak waktu di saat-saat pertama. Jika di antara Anda berdua ada yang kembali ke kediaman masing-masing karena tidak tinggal bersama sebelum lockdown, bicarakan bagaimana keadaan ini bagi Anda. Ini bukanlah semata-mata soal penolakan.

Ingatlah bahwa di hubungan yang sehat dan seimbang akan ada saatnya berpisah dan bersama, karena itulah manusia terus berkembang. Anda memiliki waktu sendiri yang membuat Anda tidak saling bergantung dan waktu yang cukup untuk bersama-sama sehingga Anda juga tidak benar-benar sendirian, yang berarti Anda masih saling membutuhkan satu sama lain.



Apa cara terbaik untuk membahas masalah ini bersama partner Anda?

Ada banyak faktor di sini. Mengenai pembicaraannya tergantung pada seberapa kuat hubungan Anda sebelum lockdown dan ekspektasi yang Anda harapkan. Jika Anda tinggal bersama dan sudah menikah, tentu ada gangguan dan hal yang membuat stres selama lockdown. Namun bukanlah masalah besar untuk membicarakan kekhawatiran Anda. Mungkin bisa memulainya dengan chat santai seperti, “Oh, sebenarnya saya merasa sedikit kehilangan ketika ini semua terjadi, apa yang bisa kita lakukan?”

Jika Anda baru menjalin hubungan atau memiliki relationship yang santai, lockdown bisa saja membuat kebiasaan normal Anda semakin intensif atau terganggu. Anda mungkin akan lebih sering bertemu ketika tidak ada lockdown atau bahkan tidak bertemu sama sekali dan Anda menjadi khawatir jika ada yang berubah dari hubungan ini. Dialog untuk kondisi yang demikian lebih sulit karena Anda mungkin belum membicarakan ekspektasi jangka panjang. Namun Anda tidak perlu membuka percakapan dengan formal, “Mari kita duduk bersama dan membicarakan ini. Di titik mana hubungan kita?”

Lockdown akan dilonggarkan secara bertahap, jadi pembicaraan semacam ini juga dilakukan sedikit demi sedikit. Anda bisa memulainya semudah, “Sampai sekarang saya memikirkan hal ini. Saya merasa kesulitan untuk X, Y, Z. Bagaimana denganmu?” atau lebih baik lagi, “Sepertinya akan menyenangkan untuk X, Y, Z. Bagaimana menurutmu?” Dan kemudian kembali lagi bersama untuk membicarakan hal-hal lainnya di lain waktu.

Anda mungkin tidak mengetahui jawabannya hingga Anda berdua kembali bekerja di luar lagi, namun gunakan waktu ini secara perlahan untuk memutuskan jenis hubungan yang seperti apa yang Anda inginkan setelah pandemi usai. Sadarilah bahwa transisi ini sulit, sama halnya ketika kita mulai memasuki masa lockdown.

Menurut saya keadaan ini bisa jadi sangat sulit bagi mereka yang berkencan secara online karena besar kecenderungan orang-orang akan mencari hubungan pertemanan selama lockdown, tak hanya untuk berbicara kepada satu atau dua orang seperti biasa, namun juga untuk berkomunikasi erat dengan banyak orang secara online. Semua dengan ekspektasi yang berbeda. Dan pada saatnya bertemu lagi meskipun harus mengikuti aturan jarak aman, Anda sebenarnya mendapati bahwa Anda tidak ingin melanjutkan apa pun bersama mereka atau mereka yang tidak mau melanjutkannya hubungan dengan Anda. Dua sisi akan memiliki ekspektasi yang campur aduk. Berhati-hatilah dengan situasi ini dan perasaan orang lain.



Apakah sebaiknya memerlukan proses yang bertahap untuk kembali normal daripada langsung kembali seperti kebiasaan yang dulu?

Dalam sebuah hubungan dengan waktu yang lebih ‘normal’, Anda mengharapkan keseimbangan dengan tetap bersama pasangan dalam waktu yang cukup untuk menjaga agar hubungan tetap aman. Di satu sisi, Anda juga saling menahan diri untuk tidak terlalu banyak bertemu.

Jika Anda terbiasa selalu bersama sepanjang waktu, hari-hari ketika lockdown telah usai dapat terasa seperti individuasi yang dipaksakan. Oleh karena itu, menanyakan kabar sehari sekali lewat telepon adalah ide yang bagus. Misalnya dengan menyisihkan waktu di malam hari hanya untuk Anda berdua agar kembali saling terikat satu sama lain.

Apa hal-hal positif yang perlu diingat tentang hubungan dengan pasangan ketika lockdown berakhir?

Ada banyak hal. Menurut saya kita cenderung fokus pada sesuatu yang ada di permukaan ketika sedang bersama-sama melewati lockdown. Ketika masa ini usai, yang perlu diingat adalah masa-masa yang indah. Ingatlah ketika Anda bertepuk tangan bersama untuk mengapresiasi ara pekerja kesehatan, atau ketika Anda menyantap satu kotak makanan berdua karena kalian tidak bisa keluar rumah. Jangan lupakan bentuk ungkapan cinta mereka ketika membawakan secangkir teh ke tempat tidur, membuang sampah karena ia tahu Anda tidak suka mengerjakannya, atau tanda sayang lain yang Anda sukai. Kemudian ingatlah sesuatu yang lebih mendalam lagi dan ingat bahwa Anda sebenarnya telah melewati semuanya bersama selama lockdown. Anda masih memiliki nilai yang sama atau nyatanya bahkan menjadi semakin dekat dengan prinsip yang Anda pegang karena kita melalui pengalaman yang mengubah hidup. Anda masih memiliki tujuan yang sama. Di dalam diri, Anda juga masih menjadi orang yang sama yang membuat Anda jatuh cinta.

Apa saran yang ingin Anda sampaikan untuk mengatasi perasaan ketergantungan pasca lockdown?

Ada banyak pendekatan. Pertama adalah membiarkan diri Anda sebagai seseorang yang needy selama periode itu. Mungkin inilah cara untuk mengatasi semua perasaan setelah lockdown berakhir. Sadari bahwa Anda tidak harus selalu menunjukkannya lewat tindakan, namun juga jangan biarkan emosi menjatuhkan Anda.

Membangun langkah aman seperti chat ketika makan siang bisa membantu. Teknik bernapas dan meditasi juga bisa membantu untuk mengatasi kecemasan. Membawa sesuatu yang mengingatkan Anda tentang pasangan pun bisa membuat Anda nyaman, misalnya rekaman suara, makan permen yang sama-sama Anda sukai dengan kekasih, foto liburan, catatan cinta, bahkan perhiasan. Sedikit wewangian dari parfum favoritnya yang Anda tuang dalam botol kecil atau semprotkan di buku catatan bisa menjadi opsi yang tak kalah baik karena mencium aroma mereka secara langsung bisa menyentuh perasaan Anda. Mungkin terdengar sepele, tetapi memento seperti ini dapat sangat membantu untuk menenangkan ketika Anda merasa tegang dan berfungsi sebagai pengingat akan masa-masa yang menyenangkan.



(Artikel ini disadur dari: Bazaar UK; Alih bahasa: Erlissa Florencia; Foto courtesy of: Bazaar UK)