Gerai Butik Pertama Floraiku di Plaza Indonesia

Apa jadinya ketika dua kultur disatukan dalam sebuah botol wewangian?

Floraiku @ Plaza Indonesia


Slogannya yang berbunyi perfume as a poem pasti mengundang rasa ingin tahu yang lebih dalam lagi pada setiap orang yang membacanya, apakah arti di balik kalimat tersebut?




Floraiku adalah dua kata yang melebur jadi satu, yaitu flora dan haiku. Haiku adalah puisi pendek asal Jepang yang terdiri dari tiga baris mengenai momen singkat melibatkan alam.




Terdiri dari 15 jenis wewangian, John Molloy, selaku founder dan presiden Floraiku menjelaskan bagaimana caranya mengelabui orang lain bahwa Anda sedang mengenakan satu parfum, padahal kenyataannya Anda menggunakan dua jenis yang berbeda.




“Seperti indahnya menikmati yang tak diburu waktu, begitulah semestinya Anda memilih harum yang identik dengan diri Anda,” ujar John setelah sesi potong pita di gerai perdananya telah usai.




Tak hanya mengadaptasi kultur Jepang dalam bentuk kata dan kalimat, lini wewangian asal Prancis ini juga menata setiap butiknya seperti ryokan, rumah tradisional Jepang. Tidak berhenti di sana, setiap tamu yang hadir akan menjalani proses mengenal aromanya satu per satu seperti sedang berada di tengah tea ceremony.




Memiliki tiga key guiding note yang berbeda (bunga, teh, dan kayu), ketiga aroma tersebut dapat dibedakan lewat warna kemasan yakni biru, putih, dan hitam.




Lantas, Anda bertanya, dari manakah datangnya setiap haiku yang terdapat di balik botol parfum Floraiku? Jawabannya adalah Clara Molloy, istri dari John Molloy, yang adalah seorang penyair.




Tak hanya kemasan dan nama unik seperti The Mountain Standing Still atau I Am Coming Home yang dapat menjadi milik Anda ketika membeli parfum ini, namun juga artwork pada bagian tutup botol karya seniman jepang yang menggambarkan haiku tersebut.


(Foto: Hary Subastian, Courtesy of Instagram Floraiku)