Pameran Tunggal IM Agus Saputra Mengangkat Perspektif Baru Terhadap Seni dan Budaya Bali

CG Artspace menampilkan karya IM Agus Saputra yang kritis dan menggugah tentang evolusi budaya dan masyarakat Bali.

Courtesy of CG Artspace


CG Artspace dengan bangga mempersembahkan pameran tunggal IM Agus Saputra bertajuk "Winner Winner Chicken Dinner" yang bertempat di Rumah Miring by CG Artspace, Pondok Indah, berlangsung dari tanggal 2 hingga 12 Juni dan dibuka setiap hari dari jam 13:00 hingga 19:00. Pameran yang dikurasi oleh Ignatius Krishnaya Santos ini menawarkan perspektif baru terhadap seni dan budaya visual Bali, yang selama ini menempati posisi unik dalam imajinasi publik.

BACA JUGA: Geliat Kaum Muda di Ranah Seni

Courtesy of CG Artspace

Pada masa kolonial, seniman dari Belanda dan Jepang menggunakan seni Bali untuk membenarkan dan melegitimasi kekuasaan serta otoritas pemerintah mereka atas pulau ini. Mereka menciptakan realitas Bali yang mengabaikan budaya, perspektif, dan institusi asli penduduknya. Di sisi lain, sekitar tahun 1960, para pembuat film internasional serta seniman Indonesia yang diundang oleh Sukarno dan Sunarto, mempopulerkan citra ideal Bali sebagai surga yang menutupi ketidakpastian internal wilayah tersebut pada masa itu.

Melalui pameran "Winner Winner Chicken Dinner", I Made Agus Saputra menggambarkan perkembangan sejarah dan berkelanjutan dari budaya, masyarakat, dan budaya visual Bali sebagai serangkaian "Battle Royales". Genre fiksi ini menggambarkan hiburan di mana para peserta bertarung dan bersaing hingga hanya tersisa satu pemenang.

Courtesy of CG Artspace

IM Agus Saputra, melalui penciptaan realitas visual Bali berdasarkan perspektifnya sendiri, mendorong pandangan kritis terhadap ideologi yang telah membentuk pemahaman kita tentang kehidupan, budaya, dan masyarakat di Bali. Karya-karyanya menawarkan refleksi mendalam tentang evolusi budaya Bali dan membuka ruang untuk dialog mengenai dampak ideologis terhadap persepsi kita.

Courtesy of CG Artspace

Pameran ini menjadi ajang bagi para penikmat seni untuk mengeksplorasi bagaimana seni dapat merepresentasikan dan mengkritisi konstruksi budaya yang ada. Dengan pendekatan yang unik, sang pelukis mengajak kita melihat Bali dari sudut pandang berbeda, memaknai ulang realitas yang kita kenal, dan menghargai kompleksitas budaya di balik citra idealnya.

BACA JUGA:
Taman Impian Seniman Arya Pandjalu

Domesticity: Seni Kontemporer dalam Ruang Domestik