Sebelum pandemi terjadi, saat mobilisasi masih normal dan berbagai helatan mode diselenggarakan secara rutin. Tak banyak saya lihat para teman maupun tamu-tamu di helatan mode mengenakan jam tangan vintage terutama para wanita.
Mengapa helatan mode menjadi acuan? Karena saat menghadiri ragam helatan mode, di situ ada banyak individu dengan variasi karakteristik gaya yang berbeda-beda. Tentunya momen di mana saya akan melihat apa yang sedang tren di kota ini dan mana yang sudah mulai ditinggalkan.
Pandemi berlalu, saya kemudian menyaksikan banyak perempuan maupun pria di rentang usia 20 hingga 30-an terlihat mengenakan jam tangan vintage.
Saya lantas mencoba untuk melihat apakah ini sebuah fenomena yang hanya terjadi di lingkungan mode Jakarta, lingkungan sepermainan saya, atau memang fenomena ini memang sedang digandrungi para kalangan muda seusia saya.
Tak lama, pertanyaan saya terjawab, semua berawal dari kegiatan melihat laman TikTok yang berisikan banyak wanita maupun pria terobsesi dengan “old money aesthetic”. Ya, tren berbusana yang mengacu kepada gaya quiet luxury tanpa logo, permainan palet warna netral yang lembut dan subtil, dengan potongan busana yang diberatkan pada proporsi siluet busana.
Seketika mereka tak henti membicarakan koleksi keluaran Loro Piana, Brunello Cucinelli, dan The Row.
(Courtesy of Instagram.com/@loropiana)
Tren tersebut kemudian membuat banyak aksesoris dengan desain klasik dan tak lekang waktu menjadi perbincangan juga. Dari mulai sepatu model loafer, tas Birkin atau Chanel vintage klasik, hingga jam tangan vintage turut menjadi incaran mereka.
Obsesi para kalangan muda terhadap benda klasik dan elegan pun semakin memuncak setelah serial televisi garapan HBO berjudul Succession ditonton oleh banyak orang. Serial yang menceritakan sekeluarga pengusaha dan pemilik perusahaan ini, mengisahkan keluarga old money dengan gaya hidup mereka dan cara berpakaian mereka yang sederhana.
Saya bahkan melihat seorang teman yang terkadang mengunggah scene yang menampilkan karakter di serial tersebut mengenakan jam tangan jenis apa. Ia pun kemudian terlihat di beberapa kesempatan mulai mengenakan jam tangan vintage untuk memenuhi obsesinya. “Pakai jam tangan vintage karena it gives Succession vibes, meski di serial memang mereka tidak pakai vintage. Setidaknya jam tangan vintage harganya masih masuk akal dan versatile buat dipadanin bersama gaya quiet luxury,” ujarnya.
Pertumbuhan minat akan jam tangan memang memengaruhi kisaran harga jam tangan baru, terutama jam terbaru keluaran label yang menjadi incaran banyak orang seperti Rolex atau Audemars Piguet. Dieter dari Kaba Watch menjelaskan, “Karena harga yang mahal, banyak orang beralih ke reseller atau penjual jam tangan second. Namun harga di sana bisa lebih mahal dari di butik resmi. Akhirnya banyak orang beralih membeli jam tangan vintage karena rentang harganya lebih reasonable,” ucap Dieter yang telah mulai mengoleksi dan menjual jam tangan sejak 13 tahun yang lalu.
Dieter pun kemudian merasa, selain faktor harga bahwa kalangan muda dan pembeli vintage watches merasa jam tangan vintage memiliki cerita di baliknya dan sudah memiliki goresan. “The vintage have already had a life before you, ada goresan yang membuat sang pemakai juga tak perlu takut untuk menambahkan goresan. Justru goresan di jam tangan vintage seakan menambah “jiwa” di jam tersebut,” papar Dieter.
Saya pun sependapat, sebagai sosok yang juga penyuka jam tangan di usia yang masih muda, membeli jam tangan terbaru dari butik tentu terasa berat. Jam tangan vintage menjadi medium untuk menyalurkan minat terhadap jam tangan tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam. Jam tangan vintage membuat saya merasa menjadi bagian dari suatu sejarah dan memori.
Seperti saat saya mengenakan jam tangan Must de Cartier vintage pemberian suami saya. Jam tersebut dulunya dikenakan oleh Ibu Mertua saya semasa mudanya, dan setiap saya mengenakannya, saya cenderung ingin bereksplorasi dengan gaya 1990-an yang klasik nan elegan. Menjadikan jam tangan ini bukan hanya sebagai objek pelengkap saja. Namun juga sebagai style compass yang menginspirasi saat melihatnya di pergelangan tangan saya.
Dengan adanya media sosial yang berisikan variasi karakteristik gaya individu, gaya hidup, dan minat setiap orang yang berbeda-beda dengan keunikannya sendiri. Jam tangan yang dikenakan oleh seorang individu bisa memantik perbincangan panjang. Bahkan pilihan jam tangan seseorang sudah bisa menjadi gambaran karakter seorang individu. Menariknya, hanya dengan satu jam tangan yang tepat, hal itu sudah menjadikan sosok pemakainya mendapatkan validasi gaya yang kemudian menginspirasi banyak orang.
Seperti yang Anda bisa lihat di salah satu akun Instagram yang berfokus pada jam tangan, @dimepiece.co.
Sabrina Sulaiman, seorang penyuka vintage watch pun berkata demikian, “Mungkin saya memang seorang yang observant, tetapi menurut saya ada yang bisa “dibaca” atau “terlihat” dari karakter seseorang dari jam yang mereka kenakan,” ucap Sabrina yang menyukai jam tangan vintage karena sisi sentimental dari jam tangan yang ia miliki. Ia juga merasa jam tangan vintage bisa dijadikan investasi.
Investasi nyatanya juga menyetir minat para kalangan muda untuk membeli jam tangan vintage. “Daripada membeli sebuah kacamata dari rumah mode ternama seharga 10-20 Juta Rupiah, banyak orang kini memilih membeli jam tangan vintage dengan harga yang sama. Karena mereka mulai mengerti harga jam tangan tersebut dapat mengalami kenaikan, dan akhirnya bisa dijadikan investasi yang bisa dijual lagi saat sedang membutuhkan uang,” papar Dieter.
Ia juga turut mengungkapkan alasan lain mengapa banyak anak muda mulai membeli jam tangan vintage juga berasal dari frekuensi banyak brand jam tangan yang memperkenalkan kembali model jam tangan arsip di koleksi terbaru mereka. “Mereka melihat jam tersebut di butik, kemudian mereka membeli versi vintage model yang sama.”
Lalu, apa yang harus diperhatikan sebelum membeli jam tangan vintage? Saya pun bertanya kepada Dieter, “Buy the seller, not the watch. Jadilah pembeli yang kritis, Anda tidak hanya membeli jam tangan, Anda juga membeli movement di dalam jam tersebut.
Pelajari jam yang akan Anda beli bukan sebuah “frankenwatches“ yaitu jam yang dibuat dari spare parts jam asli yang diambil dari pecahan jam-jam lain, dan hanya membeli dari penjual dengan reputasi yang bagus. Beli jam dengan desain yang timeless,” tuturnya. Sama saat membeli benda apapun, menurutnya beli jam tangan yang memang Anda suka, bukan karena orang lain tetapi karena diri Anda sendiri. Tak peduli apakah jam tersebut “menguntungkan”, beli jam tangan yang akan membuat Anda bahagia saat melihatnya dan memakainya.
Selain itu, “Desain yang bagus dan versatility,” itu juga dua faktor penting yang diperhatikan oleh Sabrina Sulaiman kala membeli sebuah jam tangan vintage.