Monolog Persembahan Happy Salma Sebagai Inggit Garnasih Dalam Teater Musikal Tegak Setelah Ombak

Monolog ini mengambil sudut pandang berbeda kisah perjuangan Inggit Garnasih sebagai istri Ir. Soekarno.



Setelah tertunda selama 2 tahun, yang mana pandemi sempat menghentikan banyak agenda kegiatan panggung pertunjukan. Akhirnya, yang ditunggu telah tiba, pertunjukan teater musikal Inggit Garnasih persembahan Titimangsa dilangsungkan. Teater produksi ke-53 ini, berfokus kepada sosok Inggit Garnasih melalui pentas monolog yang diperankan oleh Happy Salma dengan kombinasi musikal.

Mengambil inspirasi dari roman Kuantar ke Gerbang karya Ramadhan KH, teater ini dengan sukses dipentaskan di Ciputra Artpreneur, Kuningan, Jakarta bersama Bakti Budaya Djarum Foundation dan Sleep Buddy. Happy Salma sendiri, menjadi produser sekaligus pemeran yang bersanding dengan aktris Marsha Timothy sebagai Co-Producer. "Inggit adalah sosok penting, saksi peristiwa masa perjuangan yang dilalui tokoh pendiri bangsa ini.

Ia menyebarkan spirit kejujuran dan cerminan kedalaman perasaan perempuan. Ini adalah fase yang tidak pernah dibahas narasi sejarah besar, kisah di wilayah domestik pendiri bangsa," jelas Happy Salma. "Sebagai produser dan aktor, saya memerlukan stamina lebih untuk menjalankan kedua peran ini. Beruntung produksi dan dialog di dalamnya, terjadi dengan baik akibat adanya para seniman mumpuni di bidangnya masing-masing yang turut mencurahkan energi mereka di sini," tutupnya.

Kita semua tahu Inggit Ganarsih, ia adalah istri kedua dari Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno. Keduanya mengarungi bahtera rumah tangga selama 20 tahun lamanya, Inggit setia mengantar Soekarno lulus dari sekolahnya di Technische Hoogeschool te Bandoeng (Sekarang disebut ITB), mendukung ekonomi rumah tangga mereka di awal Soekarno berorganisasi. Inggit berusaha mengerahkan tenaganya untuk menghasilkan sejumlah uang dengan berjualan jamu, alat rumah tangga dan pertanian, bahkan setia bersemangat merawat semangat Soekarno kala ditahan di penjara Sukamiskin, ia bahkan mendampinginya di pengasingan di Ende dan Bengkulu.

Saat Bung Karno akhirnya sampai di gerbang Istana, Inggit memilih mengemas barang-barang dan kenangannya dalam koper tua dan kembali ke Bandung demi mempertahankan martabatnya sebagai perempuan dan menolak dimadu ketika Soekarno ingin menikah lagi. Walau ia dijanjikan menjadi istri utama, Inggit memilih hengkang dan mengatakan tidak. "Saya berupaya untuk menghadirkan petikan-petikan peristiwa kehidupan Inggit dimulai dari sejengkal jarak yang mendekatkan, diakhiri pula dengan sejengkal jarak yang menjauhkan. Namun Inggit tetap tegak dihantam ombak," jelas, Ratna Ayu Budhiarti selaku penulis naskah monolog Inggit.

Teater musikal ini sendiri adalah ide dari sutradara Wawan Sofwan, yang merasa musikal berkaitan dengan tradisi Sunda, di mana nyanyian dicurahkan dalam bentuk curahan perasaan. Sehingga teater musikal Inggit dapat lebih kuat diungkapkan lewat curahan perasaan. "Tokoh Inggit adalah perempuan yang memilih mengingat sesuatu yang baik meski dilanda kesedihan mendalam," ucapnya.

Teater Inggit dalam rupa monolog ini sendiri sebelumnya telah dipentaskan sebanyak 13 kali dalam periode tahun 2011-2014 di Jakarta dan Bandung. Namun kali ini, Titimangsa memiliki dukungan dari berbagai pihak yang berdedikasi di bidangnya dari mulai Happy Salma sendiri, Marsha Timothy sebagai co-producer, Wawan Sofwa sebagai sutradara, Ratna Ayu Budhiarti selaku penulis naskah, arahan musikal dari komposer Dian HP, konduktor Avip Priatna, lantunan musik Jakarta Concert Orchestra, dan suara merdu miliki Batavia Madrigal Singers. "Naskah Inggit layaknya buku harian personal, sehingga komposisi musik saya mengikuti ekspresi personal Inggit dengan paduan suara sebagai suara pikirannya, sekaligus upaya membangkitkan rasa dan getar Inggit," ujar Dian HP, komposer pementasan ini.



Ketika pementasan dilangsungkan, Bazaar sendiri menyaksikan antuasiasme berbagai pihak yang menyaksikan. Betapa Happy Salma dapat menghidupkan Inggit kembali sekaligus menegakkan semangat hidup Inggit yang tak pernah rapuh atau pun segan mengarungi bahtera rumah tangga dan kehidupan yang kompleks dan keras. Inggit adalah sosok pekerja keras yang penuh rasa sayang dan kasih, namun tak lupa mengasihi dirinya sendiri dengan mempertahankan martabatnya sebagai seorang wanita. Walau pertunjukan berlangsung dua jam lamanya, talenta Happy Salma dalam bermonolog serta lantunan musikal yang menunjang, menjadikan pengalaman menonton teater musikal ini sebagai pengalaman tak terlupakan dan penuh arti terutama dalam sudut pandang penonton wanita.

”Pementasan monolog Happy Salma dalam teater musikal Inggit Garnasih ini dihadirkan untuk melepas kerinduan para penikmat seni menyaksikan pertunjukan secara langsung sekaligus jawaban untuk para pekerja seni yang lama ingin menyalurkan ide dan ekskpresi mereka di atas panggung sejak vakum akibat pandemi Covid-19 yang melanda," ungkap Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

(Foto: Courtesy of Titimangsa)