Eksklusif: Desainer Mary Katrantzou Bernostalgia Bersama Bazaar Indonesia Tentang Inspirasi di balik Kolaborasinya dengan Parfum Bulgari Omnia

Sejauh mana pun Anda menimba ilmu dan mengepakkan sayap dalam berkarier, tetap rumah masa kecil selalu punya tempat istimewa di hati.

Courtesy of Bulgari


Namanya biasanya disandingkan dengan sebutanQueen of Print. Tentu saja, koleksi busana yang dipamerkan Mary Katrantzou di atas panggung selalu menunjukkan siluet yang membentuk kariernya. Seolah mempersiapkan seisi dunia untuk kehadiran dirinya di industri fashion.

Staying true to her roots, Mary yang berkebangsaan Yunani memilih Temple of Poseidon di Cape Sounion sebagai lokasi menghelat peragaan adibusana pertamanya. Selain memamerkan keindahan potongan gaun dan kebolehannya, Mary juga memasangkan koleksi high jewellery dari label perhiasan luks Bulgari di 36 tampilannya.

Courtesy of Instagram Mary Katrantzou

Tidak berhenti di sana, seusai penampilannya di salah satu bangunan bersejarah terindah di dunia, Mary berkunjung ke Roma dan meluangkan waktu untuk mempelajari sejarah Bulgari, serta melihat koleksi arsip mereka. Tidak disangka ternyata kunjungan ini membukakan pintu kolaborasi baru untuk Mary. Berbeda dengan sebelumnya, ketika Mary mengetahui bahwa sang pendiri Bulgari, Sotiris Boulgaris, adalah seorang perajin perak asal Yunani, ia tahu ini adalah sebuah kerja sama yang serius. How could it not? Di ajakan kali ini, Mary diundang untuk menggambarkan proses metamorfosis dari Serpenti, tak lain adalah sang ikon Bulgari.

Courtesy of Instagram Mary Katrantzou

Terhubung oleh kecanggihan teknologi, Bazaar mendapat kesempatan untuk berbincang secara eksklusif dengan sang desainer mengenai kolaborasi terbarunya dengan Bulgari. Ditemani dengan anjingnya, Apolo (Lihat foto di atas! Apolo disuruh tidur karena kenakalannya memakan kotak dari Amazon), Mary menyapa Bazaar dengan ramah lewat layar komputer.

Analogi Mary dan Bulgari

Courtesy of Instagram Mary Katrantzou

Bersama Bulgari, Mary mengaku bahwa keduanya memiliki visi yang sangat mirip. Seperti larger than life dengan narasi yang sangat kuat, sebut saja Serpenti, Moneti, Parentesi, hingga koleksi wewangiannya. Itu adalah beberapa contoh yang menurut Mary menggambarkan dunia yang sangat khas, sangat berani. Kemiripan itu yang ia rasa menyatu dengan dirinya sebagai seorang desainer. Begitu juga dengan aspek desain yang berani, bersemangat, dan tak lekang oleh waktu. “Kolaborasi ini terasa sangat istimewa. Ini bukan kolaborasi tradisional, di mana Anda fokus pada satu produk. Kami benar-benar meluangkan waktu untuk membangun hal baru di atas fondasi yang sudah dimiliki Bulgari sebelumnya. Menceritakan sejarah di balik lambang ikonisnya, my upbringing, dan saya diberikan waktu untuk mempelajari tentang etos desain Bulgari yang kaya akan sejarah.”

Tentang kolaborasi kedua dengan Bulgari

Perubahan adalah tema besar pada kolaborasi kali ini, tepatnya metamorfosis lambang ikonis Bulgari, Serpenti. Teruntuk sang desainer sendiri, metamorfosis adalah lambang dari sebuah transformasi, pertumbuhan, penyembuhan, dan terlahir kembali. Nilai-nilai tersebut ia tanamkan pada desainnya. “Setiap orang pasti melihatnya dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Proses ular berganti kulit menandakan pertumbuhan, proses pendewasaan yang lebih relevan, dan kita semua sedang mengalami proses ini bersama-sama.”

Not to play favorites, but …

Courtesy of Bulgari

Mary tampak berpikir serius saat Bazaar minta untuk memilih satu benda fashiondari koleksi kolaborasinya ini. Meski masing-masing mewakili elemen Serpenti yang berbeda, pilihan Mary jatuh pada minaudière. “Ide itu muncul saat saya mengunjungi arsip Bulgari di Roma, saya jatuh hati dengan jam tangan Serpenti yang dilansir pada tahun 1968. Saya ingin memperkuat desain tersebut, jadi saya memilih kepala ular sebagai lambang dan menjadikannya sebagai minaudière yang elegan. Rasa senang muncul ketika saya diberitahu bahwa ini adalah minaudière pertama dari Bulgari. Rasanya lebih istimewa sekali untuk dapat berkontribusi pada dunia Bulgari dengan cara saya sendiri.

Tentang Omnia by Mary Katrantzou

Teringat dengan kenangan masa kecilnya, Mary menuangkan memori akan taman indah yang menjadi bagian besar dari dirinya dan juga rumah saat ia dibesarkan. Itulah yang ada dalam pikirannya saat ia memulai proses kreatif merancang wewangian pertamanya. Dalam imajinasinya, Mary ingin kotak parfum Omnia ini untuk bercerita tentang aroma di dalamnya. “Saya ingin karya seni yang kami buat, dan semua aroma yang digunakan oleh ahli wewangian, Alberto Morillas, di dalamnya untuk bercerita secara visual. We chemically created a rainbow. Terpikat oleh kebahagiaan dan energi, Mary dan Alberto menggunakan warna sebagai wellness tool, menghubungkan indra penciuman ke memori. We created a rainbow in the fragrance.”

Courtesy of Bulgari

Taman Mediterania jadi tempat Mary bermain selama masa kecilnya. Di taman yang kini jadi tempat ia mengambil inspirasi untuk kolaborasi Omnia by Mary Katrantzou banyak sekali ditemukan pohon jeruk mandarin. Saat Alberto bertanya padanya aroma apa yang mengingatkannya pada masa kecil, Mary langsung teringat akan musim panas di Yunani. “Bunga Gardenia, harum pohon dan buah jeruk mandarin, buah ara, dan warna-warna yang seolah sedang sahut-menyahut.”

We chemically created a rainbow.
We created a rainbow in the fragrance.

Pada kesempatan apa parfum Omnia oleh Mary Katrantzou harus dipakai?

Sambil tertawa Mary berpendapat bahwa parfum ini harus dipakai setiap kali Anda ingin merasa uplifted. “Ini adalah aroma yang sangat membangkitkan semangat, dan tujuan kami adalah untuk menciptakan aroma optimisme dan kepositifan yang sangat penting di masa sepert ini.” Mary menyimpan harapan bahwa setiap perempuan akan menikmati aroma ini ketika memakainya. “Smell has the power to lift one spirit, that’s when you would wear it. You reached out to a scent that is vibrant, that is uplifting.”

Courtesy of Bulgari

Kegagalan adalah bagian dari proses metamorfosis. Bagaimana Anda menyikapinya?

“Sangat menarik untuk duduk dan refleksi. Tetapi saya cenderung untuk tidak melakukannya. Saya memilih untuk melihat ke depan, pasti belajar dari kesalahan tetapi saya tidak merenungkan kejatuhan tersebut. Menurut saya, kejatuhan setiap desainer adalah mencoba terlalu banyak hal. Overestimating. Saya yakin mereka mampu melakukannya di saat dan waktu tertentu. Saya adalah termasuk orang yang ambisius. Mengambil banyak proyek berbeda, proyek dan koleksi ambisius,” jawab Mary dengan tegas. Ia juga mengaku masih menjadi seseorang yang perfeksionis. Namun seiring berjalannya waktu dan kegagalan yang ia lalui, Mary tahu batas dirinya ada di mana. “Setiap peristiwa tentu membentuk cara Anda berpikir, kepercayaan pada diri sendiri, dan berani untuk berkata tidak, mengatakan bahwa ini bukan saat yang tepat.”

Omnia by Mary Katrantzou akan tersedia di Indonesia mulai dari Juli 2021 dengan harga 1,935,000 rupiah. Parfum ini dapat dibeli secara online di Sephora Indonesia, Zalora Indonesia, dan department store tertentu.