“Zoom boom” yang hadir selama karantina ini telah menyebabkan banyak orang berusaha untuk mengubah penampilannya. Menurut dokter estetika terkemuka, peningkatan penggunaan platform sosial berupa video telah membuat sejumlah orang lebih sadar, dan tampaknya tidak puas dengan, penampilan mereka – sehingga meningkatkan minat untuk melakukan bedah kosmetik maupun operasi plastik.
Gerard Lambe, seorang ahli bedah kosmetik yang berpengaruh serta juru bicara dari badan industri British Association of Aesthetic Plastic Surgeons (BAAPS) mengatakan, "Pengaruh dari “Faktor Zoom”, yang meningkatnya aktifitas penggunaan kamera dan memberi penilaian secara detail mengenai tampilan sesorang melalui aplikasi, tentu saja menimbulkan banyak permintaan untuk merubah wajah ataupun bedah kosmetik. Banyak orang juga mulai ingin untuk berkarir dari rumah dalam jangka panjang serta ingin mulai merencanakan prosedur impian mereka ".
Selanjutnya, di Reflect Clinic di Manchester, dia melihat permintaan untuk 'operasi kosmetik secara virtual' (konsultasi yang menyimulasikan operasi plastik 3D) tiga kali lipat selama pandemi virus korona.
Dokter kosmetik Tijion Esho, yang menjalankan klinik dengan spesialis prosedur non-invasive di London dan Newcastle, mengatakan kepada Bazaar bahwa "platform apa pun yang membuat kita lebih sadar secara visual selalu memiliki efek pada dorongan untuk melakukan operasi wajah". Ini terjadi pula dengan fitur selfie pada ponsel, yang kemudian ditingkatkan oleh platform seperti Instagram dan Snapchat, "tetapi efek dari panggilan video secara langsung memberikan dampak besar karena dapat merekam berbagai posisi daripada hanya sebuah foto statis”.
Ini juga terkait dengan teori 'Snapchat dysmorphia' yang ia ciptakan, bahwa kita dipicu oleh tuntutan bagaimana penampilan kita di media sosial, lalu berusaha untuk mengubah penampilan asli di kehidupan nyata. "Perkembangan dampak dari aplikasi Zoom memberikan pandangan lain untuk hal ini," Dr Tijion menjelaskan.
Semakin lama, ketika sedang berkonsultasi dengan dokter (tentu saja melalui panggilan Zoom), para klien menyebutkan bahwa aspek kecemasan baru yang mereka alami ialah bagaimana rupa penampilannya, dan dokter mencatat bahwa fitur wajah cendrung memperlihatkan bagian yang paling dekat dengan kamera seperti hidung. “Wajah mereka ditampilkan secara tidak proporsional pada aplikasi Zoom," Dr Tijion menjelaskan.
Apakah 'operasi realitas virtual' termasuk menarik untuk dikonsultasikan atau tidak, sangat penting untuk menyakinkan bahwa Anda tidak sendirian dalam merasa memiliki penampilan yang tidak memuaskan, dan seperti biasa semuanya itu tergantung pada perspektif – dan hanya dapat dilihat melalui perspektif platfrom lain.
(Penulis: Bridget March; Artikel ini disadur dari Bazaar UK; Alih bahasa: Elizabeth Michelle; Foto: Courtesy of Bazaar UK)