Mengenal Desainer Indonesia: Obin

Di tangan Josephine Komara, kain tradisional dijadikannya sebagai alat pengingat warisan budaya Indonesia yang tak lekang oleh waktu.

Foto: Dok. Bazaar


Menolak dianggap sebagai seorang desainer, Josephine Komara yang akrab dipanggil sebagai Obin menamakan dirinya sebagai seorang tukang kain.

Wanita yang telah berkecimpung selama 40 tahun di dunia kain tradisional Indonesia ini terkenal akan inovasi teknik menenunnya yang ia ciptakan sendiri.

Sehingga mendaulat namanya menjadi salah satu desainer yang sangat diperhitungkan di Tanah Air.



Menghabiskan masa kecil di Hong Kong, Obin kembali ke Indonesia saat dirinya berusia 14 tahun. Keindahan kain di Indonesia dengan cepat membuat dirinya jatuh hati yang kemudian menggugah dirinya untuk mulai mengoleksi kain-kain tradisional sejak masih berusia belasan tahun.

Tidak hanya mengoleksi, Obin juga sudah menunjukkan ketertarikan untuk mempelajari pembuatan kain lewat para pengrajin yang ia temui sejak usianya masih belasan tahun.

Setelah dewasa, ia pun kemudian memilih untuk memulai bisnis kain yang ia buat menggunakan sutra mentah untuk kemudian diubah menjadi upholstery, tirai hingga kap lampu.

Tidak heran, di awal era '80-an, nama Obin pun melejit sebagai satu-satunya seniman yang mendalami teknik pembuatan kain tradisional sekaligus mendekorasi hampir semua hotel yang baru dibangun di Jakarta dengan menggunakan kain ikat.



Tidak hanya mendekorasi ruangan-ruangan di hotel-hotel yang bermunculan di Jakarta dengan kain tradisional, ia juga pernah merancang seragam untuk para pramugari di maskapai kebangaan Indonesia, yaitu Garuda Indonesia.

"Semuanya terjadi karena saya ini terlalu banyak berkomentar. Saya merancang seragam untuk pramugari Garuda Indonesia karena komentar saya akan busana yang mereka kenakan pada waktu itu. Begitu juga dengan pembuatan dekorasi dan logo untuk berbagai hotel tadi. Komentar saya didengar oleh orang yang tepat," ujarnya melalui sebuah wawancara dengan Bazaar.



Sebagai seorang seniman yang mendalami kain tradisional, Obin pun tak henti terus belajar untuk menciptakan inovasi-inovasi teknik pembuatan kain tradisional.

Berbagai teknik menenun sudah ia telusuri untuk menemukan teknik menenun kain sutra yang baru demi menghasilkan lembaran-lembaran kain yang halus dan tipis.

Melalui proses yang panjang, Obin kemudian berhasil menemukan sebuah teknik yang ia inginkan di akhir tahun '80-an. Teknik yang ia berhasil pecahkan adalah sebuah teknik di mana ia tidak harus membatik di atas kain impor yang biasa dilakukan di tahun 1989.

Teknik menenun kain sutra yang berhasil ia temukan, kemudian menjadi titik perubahan penggunaan kain impor yang digantikan dengan kain sutra sebagai bahan dasar untuk membatik.



Kecintaan Obin terhadap dunia tenun dan kain nusantara membuatnya tetap berdiri dan diperhitungkan selama 40 tahun lamanya di industri kain Indonesia. Segala inovasi teknik yang berhubungan dengan pembuatan kain yang telah ia ciptakan tidak membuat dirinya cepat puas.

"Semua orang tahu bahwa saya memang sangat konsisten. Tidak perlu meromantisasi alasannya yang penting saya melakukan semuanya dengan hati," ungkap Obin.

Kata-katanya sendiri memang telah ia buktikan melalui pergelaran pertamanya yang dilangsungkan di tahun 1997. Saat itu, desainer-desainer banyak berfokus di gaun malam atau gaun ready to wear, sebaliknya Obin justru muncul dengan koleksinya yang berfokus di kain.

"Hanya ada 4 huruf di atas runway, yaitu kain. Pada waktu itu setiap helai kain yang muncul di atas panggung adalah buatan tangan dari awal sampai akhir proses. Ini meupakan hal pertama yang terjadi di Indonesia, mungkin di dunia," terangnya.



Seiring berjalannya waktu, Obin pun mulai berkeinginan mengembangkan kainnya dengan mengubahnya menjadi potongan busana. Ia mengungkapkan bahwa pengembangan karya dari sepotong kain menjadi sepotong busana adalah proses yang natural.

Langkahnya dalam membuat sepotong busana, awalnya hanya ia lakukan untuk dirinya sendiri. Namun, seiring dengan permintaan para pelanggan setianya agar Obin mulai merancang pakaian jadi, akhirnya ia memutuskan untuk memulai koleksi busananya.

"Tidak ada yang dibuat-buat dalam perkembangan karier saya. Semua terjadi mengalir begitu saja. I think it's beautiful," tutur Obin saat menyikapi perjalanan kariernya sebagai perancang dan seniman kain yang selalu berjalan dengan mulus.



Sampai saat ini, kain sekaligus busana rancangan Obin di Binhouse sudah semakin mendunia. Karya-karyanya dapat ditemukan di butik-butik di Eropa, Amerika, hingga Timur Tengah.

Meski begitu, Obin tetap mempertahankan konsistensinya dalam melibatkan pengrajin dan membuat setiap potong kainnya dengan tangan.

"Di Asia, masih banyak yang ingin mengerjakan sesuatu dengan tangan dan kita harus melestarikannya."

Baginya, menggunakan teknik tangan adalah bentuk usahanya untuk mempertahankan dan melestarikan budaya agar teknik tradisional tidak akan punah untuk dinikmati setiap generasi.


(Foto: Courtesy of Instagram.com/@binhouse_official)