Koleksi ‘Sangsata’ Menjadi Wujud Nyata Konsistensi Ria Miranda Terhadap Komunitas dan Budaya Minang

Sosok Direktur Kreatif, Ria Miranda, berbagi cerita lebih dari satu dekade yang membangkitkan narasi Minang Heritage lewat wadah fashion modest wear Tanah Air.

(Foto: Courtesy of Ria Miranda)


Berkesempatan dengan konferensi pers private preview koleksi hari Raya terbaru dari Ria Miranda bertajuk Sangsata pekan lalu, Bazaar berbincang dengan sosok Direktur Kreatif tercinta mengenai awal kariernya membangun label Ria Miranda, serta upayanya mempertahankan komunitas erat para peminatnya, atau yang kerap dijuluki RMLC (Ria Miranda Loyal Community).

Bagi wanita kelahiran Padang ini, perjalanannya berawal di tahun 2005 ketika ia memilih untuk mulai menggunakan hijab. Mengingat busana dan aksesori suguhan sederet desainer modest wear pada saat itu yang cenderung mengusung tema abaya, Ria Miranda menjelaskan bahwa kebutuhannya sehari-hari kerap tidak terpenuhi.

“Kebanyakan busana Muslim saat itu berupa kaftan. Jadi untuk menyesuaikan kebutuhan dan tampilan gaya pribadi saya, saya mulai mix and match bahkan membuat baju sendiri,” ungkap Ria. “Lalu teman-teman saya yang berhijab juga mulai menunjukkan ketertarikan dengan cara saya memadu padan pakaian. Disitu lah awalnya saya perlahan membangun brand Ria Miranda. Pertamanya dalam skala kecil, saya beli bahan sendiri ke pasar Mayestik bahkan beberapa kali menjahit sendiri,” jelasnya.

Seiring menjalani hal ini, ia pun sadar akan adanya kebutuhan dan market peminat modest wear kontemporer dengan sensibilitas yang lebih baru. “Akhirnya, di tahun 2009 saya memutuskan untuk memulai label saya sendiri. Pada saat itu, setiap koleksi hanya menghadirkan sekitar 12 produk, sebelum akhirnya bertumbuh,” tutur Ria Miranda. Nyatanya, sang direktur kreatif sempat juga berkiprah di dunia fashion dan media, memiliki latar belakang menjadi assistant designer serta fashion stylist. Tentunya hal ini memberikan Ria Miranda sudut pandang tersendiri dalam merealisasikan kreativitasnya seiring menyesuaikan kebutuhan masyarakat.

Komunitas menjadi kata kunci brand Ria Miranda dari awal konsepsinya, hingga saat ini. Bedanya, skalanya yang semakin meluas. Bukan lagi sebatas teman-teman dan kerabat terdekat, RMLC sekarang mencakupi berbagai pelosok Tanah Air termasuk Solo, Pekanbaru, Medan, Malang, Banjarmasin, Aceh, Samarinda, dan masih banyak lagi. Ria pun menyadari hal ini sebagai sesuatu yang harus dibina dan dipertahankan. “Setiap minggu saya mencoba sebisanya untuk mengunjungi komunitas Ria Miranda di berbagai kota. Dengan kesempatan ini, saya juga berbincang-bincang dengan mereka tentang hal-hal baru yang dapat Ria Miranda persembahkan untuk menyesuaikan kebutuhan mereka,” jelasnya.

Salah satu yang menjadi ciri khas Ria Miranda adalah harmonisasi ragam motif songket dengan palet pastel. Nyatanya, tidak semudah itu meyakinkan masyarakat untuk menerima hal ini. “Pertamanya sangat struggling, memanfaatkan motif songket yang pada asalnya memang vibran seperti kuning, merah, dan hijau, lalu menerjemahkan hal ini dengan palet subtil seperti warna-warna pastel,” ucap Ria.

Namun pada tahun 2012, ia pun membulatkan tekad dan kerja keras untuk membawa sensibilitas segar ini ke kancah Jakarta Fashion Week. “Saya sangat berjuang untuk visi ini. Saya bekerja sama dengan banyak perajin dan penenun demi mencapai impian saya mengawinkan keduanya untuk sentuhan yang baru,” lanjut Ria. Alhasil, hal ini pun perlahan diterima oleh masyarakat luas, bahkan bisa dibilang telah menjadi preferensi dan kiblat banyak peminat modest wear.

Ketika ditanya mengenai harapannya lima hingga sepuluh tahun ke depan, Ria Miranda menjelaskan bahwa ia ingin merekrut sosok direktur kreatif yang baru. “Kami sudah memiliki cukup banyak desainer. Kedepannya, saya berharap menemukan seorang direktur kreatif yang dapat menggantikan saya sehari-harinya, agar saya dapat lebih fokus merangkul komunitas Ria Miranda, serta bertemu dan berbincang-bincang dengan teman-teman media seperti kesempatan kali ini,” tuturnya.

Mengingat banyaknya brand modest wear yang semakin mendunia, bahkan invasi busana santun di lanskap mode internasional, nyatanya bagi Ria Miranda ada kepuasan tersendiri ketika bertemu dengan komunitasnya di Tanah Air. “Dulu juga kita sempat menghelat show di Korea, London, bahkan Dubai. Kalau memang ada kesempatan lagi di masa depan, saya juga pastinya mau karena akan menjadi pengalaman dan pelajaran baru. Tapi, menurut saya market di Indonesia sangat besar dan mungkin baru 10 persen yang sudah kita capai.

Buat saya, ada excitement tersendiri saat bertemu dan menghadirkan koleksi yang dirancang khusus untuk kebutuhan teman-teman Ria Miranda di Indonesia. Kembali lagi, saya sangat mengutamakan komunitas RMLC di Indonesia,” tutupnya dengan senyuman.

Koleksi Raya 2023 teranyar bertajuk ‘Sangsata’ menjadi bentuk komitmennya terhadap komunitas Ria Miranda, serta menjadi surat cinta kepada tempat kelahirannya, yakni Sumatra Barat dan budaya Minang. Yang lebih spesial lagi, tahun ini menandakan satu dekade narasi Minang Heritage yang setiap tahunnya tampil pada rangkaian busana Ria Miranda. Kali ini, selain interpretasi songket terbaru, temui juga visual elok pegunungan, lembah, dan sungai Sumatra Barat bahkan intrikasi ragam ukiran rumah Gadang yang turut menghiasi koleksi. Selain itu, delapan koleksi Sarimbit hadir untuk kaum pria dan anak-anak, memenuhi kebutuhan selebrasi bulan suci Ramadan mendatang bagi keluarga yang ingin tampil kompak.

Bazaar mengucapkan selamat bagi Ria Miranda dan segenap tim, dan tentunya we can’t wait to see what’s next!

(Foto: Courtesy of Ria Miranda)