Sebuah surat daring konfirmasi saya terima untuk mendapat kesempatan berbincang dengan seorang ikon mode Parisienne untuk pembukaan concept store-nya, di penghujung minggu Paris Fashion Week yang serba digital ini.
Sebuah concept store dari Alexandra Golovanoff baru saja dibuka di jalan Saint-Honoré, yaitu sebuah jalan di tengah kota Paris yang banyak dikunjungi para fashionista dan terkenal dengan jajaran butik-butik mewahnya.
Kota Paris masih dalam cuaca yang mendung, ketika saya bergegas melintasi jalan panjang yang kala itu tidak banyak orang berlalu lalang.
Saya memasuki sebuah butik dengan tatanan minimalis yang banyak menggunakan furniture set dari bahan kayu. Selain pencahayaan natural yang masuk melalui dua buah etalase kaca besar, butik ini juga diterangi pencahayaan yang membiaskan warna kuning hangat, memberikan kesan sebuah suasana yang ramah.
Kontras dengan dinding yang berwarna putih, mata saya dengan cepat tertarik dengan berbagai macam pull-over dari bahan cashmere dengan berbagai padanan ragam warna, dimulai warna cerah seperti kuning mustard, pink, palet pastel hingga pull dengan degradasi ungu yang semua beretiket 'Alexandra Golovanoff tricots Parisiens'.
Sesuai dengan namanya, rajutan bahan cashmere yang lembut karya Alexandra Golovanoff ini seolah ingin merefleksikan salah satu gaya wanita Paris yang mengutamakan penampilan dalam sebuah harmoni warna dan style yang natural, bebas bergerak, dan tetap tampil elegan.
Warna-warna dari koleksi yang disebut konsep "Le tricot qui rend beau" atau pull rajutan yang membuat Anda lebih cantik seperti penjelasan Alexandra Golovanoff pada wawancara berikut.
Concept store ini merupakan sebuah kerja sama dengan maison Exemplaire yang spesial untuk koleksi pria, dan kemudian memberi kesempatan untuk sang kreator ini untuk membuat sebuah konsep yang merefleksikan gaya dan cita rasa yang lebih personal.
Seperti terlihat koleksi pilihan celana jeans vintage 501 yang mendapat kesempatan untuk mempunyai hidup yang baru dengan selipan di baliknya, sebuah kekhasan dari Alexandra.
Ada sentuhan dekor "vintage" yang terbias dari berbagai objek-objek yang tersebar di sudut-sudut butik ini. Bentuk-bentuknya kadang abstrak seperti oval, tube atau silinder, merupakan hasil koleksi dan buruannya di pasar-pasar antik sehingga memberi kesan unik di antara perangkat mode yang ditata.
Terlihat juga aksesori tas dan sepatu, koleksi dari desainer Pierre Hardy seperti pouch bergrafis geometrik hitam putih dan juga koleksi dari perhiasan merk Timeless Pearly untuk melengkapi sebuah gaya casual Parisien ini.
Sebuah perkenalan singkat dengan Alexandra Golovanoff yang memakai pull berwaran abu-abu muda pucat dengan jeans vintage, ia terlihat fresh dan dinamis.
Keramahan terpancar dari matanya yang berwarna biru terang, dengan rambutnya yang terurai pirang.
Dan kami mulai berbincang sambil tetap memakai masker.
Harper's Bazaar (HB): Siapakah Anda ?
Alexandra Golovanoff (AG): Saya adalah seorang Parisienne keturunan Rusia, yang memulai karier sebagai jurnalis untuk mode dan juga presenter untuk sebuah siaran spesial mode di TV Prancis. Sebuah siaran yang sukses dan menjadi sebuah acara yang banyak digemari pemirsa berjudul La mode, la mode, la mode sehingga acara ini menjadi sebuah acara yang cult.
Kemudian sedikit demi sedikit, saya ingin menjadi seorang "pemain" dalam dunia mode bukan hanya sebagai penonton saja, dan saya memulai brand saya dengan membuat pull rajutan dari bahan cashmere. Koleksi dari pull cashmere berkualitas yang dirilis sejak sekitar 5 tahun lalu yang kemudian disusul dengan pembukaan butik pertama pada salah satu distrik dikota Paris.
Sekarang sudah ada sekitar 40 corner di buka di seluruh dunia, seperti di beberapa negara Eropa, US, banyak dibuka di Jepang dan juga Australia.
Ide utamanya adalah membuat pull rajut dari bahan cashmere dengan kualitas yang terbaik tetapi dengan harga yang reasonable jadi sebuah barang luks dengan harga yang bisa terjangkau.
Sebuah keunikan dari pull saya adalah proses warna, tidak seorang pun yang bisa membuat dan mempunyai kekayaan warna. Kelebihan lain yaitu warna-warna tersebut membuat pemakainya menjadi lebih cerah dan cantik. Karena refleksi warna-warna tersebut misalnya membuat harmoni dengan warna mata, warna kulit ataupun warna rambut. Pull yang berfungsi seperti makeup, Anda memakai warna-warna pull yang sesuai dengan Anda dan…. hop embellished.
HB: Ide dari concept-store ini ?
AG: Saya bekerja sama dengan kawan saya dari Maison Examplaire untuk menjadi bagian dari butik mereka, memberi sentuhan yang lebih personal dan membawa pilihan item yang saya suka dan saya sendiri memakainya. Jadi jika Anda mempunyai pull, jeans, dengan sepatu bagus, yang saya pilih seperti buatan dari desainer Pierre Hardy yang banyak saya pakai, dilengkapi perhiasan seperti misalnya anting-anting, ini sudah menjadi sebuah gaya sendiri.
Dan untuk butik ini saya lengkapi dengan objek dekorasi yang merupakan bagian dari dunia saya, yang saya dapatkan dari marché aux puces yaitu pasar antik di utara kota Paris yang merupakan salah satu pasar antik terbesar di Eropa. Umumnya, objek dekorasi ini merupakan objek limited.
HB: Tentang denim vintage ?
AG: Begitu banyak denim di dunia ini, jadi mungkin kita tidak perlu lagi memproduksinya, hanya dengan sedikit usaha kita bisa menemukan denim yang masih baik, misalnya dari segi warna, seperti yang yang saya sukai yaitu jeans legendaris 501.
HB: Bagaimana tentang pilihan dekor vintage ?
AG: Ayah saya adalah seorang pedagang barang antik, sehingga saya terbiasa dengan barang-barang antik sejak kecil. Saya mempunyai apresiasi cita rasa untuk barang seperti dari abad 18, 19 atau abad 20, saya mempunya cita rasa yang ekletik.
Seperti misalnya objek desain ini ( menunjuk sebuah objek desain seperti susunan tiga buah benda oval berwarna emas yang sudah pupus ), saya tertarik karena ada sentuhan feminin, lembut, bulat, tidak ada definisi bentuk, seperti buah kelapa tapi ini sebenarnya dari kayu dan ada tampilan kuat yang sangat dekoratif.
HB: Concept-store dengan sentuhan pribadi ?
AG: Concept store ini bisa dibilang seperti Anda membuka kamar baju di rumah saya. Sebuah sentuhan personal, karena saya merasa banyak orang-orang yang mempunyai keinginan dan ide yang sama dengan saya, easy going dalam gaya berpakaian tapi tetap tampil chic.
Terutama seperti saat sekarang ini, kita hampir tidak memakai gaun malam, tapi kita juga tidak harus selalu memakai pakaian jogging.
HB: Ini seperti sebuah gaya Parisien, ya?
AB: Gadis-gadis Paris ingin kelihatan cantik tapi juga terlihat cool dan tidak perlu kelihatan selalu sempurna. Seperti dengan rambut terurai… I woke up like this ( tertawa…sambil mengurai rambutnya), denim harus bisa membentuk lekuk pinggul, sepatu yang nyaman dipakai, jadi campuran antara sophisticated dalam arti berhati-hati dalam pilihan berpakaian tapi juga casual dan penuh kebebasan.
HB: Bagaimana pergantian dari seorang pengamat mode menjadi creative director ?
AG: Sebagai seorang pengamat mode, tapi saya juga adalah seorang klien, yang ingin membeli sesuatu untuk berpakaian. Jadi pergantian ini bukanlah sesuatu yang sulit, jadi ketika saya berkreasi saya hanya menekankan, apakah saya mau memakainya atau apakah saya mau membelinya ? Dan saya memikirkan juga wanita-wanita lain, agar mereka bisa berpakaian secara baik dan merasa senang.
HB: Lalu Anda menjadi wiraswasta ?
AG: Cukup berat menjadi seorang wiraswasta, tapi di sisi lain juga saya mempunyai kebebasan. Jika saya tahu sebuah hal yang tidak bisa direalisasikan, saya tahu batasnya atau melakukannya secara pelahan lahan.
HB: Pandangan Anda tentang sekarang dan masa depan ?
AB: Kita harus bisa terbebas dari pandemi ini, sehingga misalnya dapat berpergian. Paris tanpa turis bukanlah sesuatu yang mudah, dan bisnis menjadi sulit. Dengan keadaan saat ini, kita bisa belajar banyak dan saya yakin kita bisa menemukan jalan keluar. Saya adalah seorang yang optimis dan positif, jadi walaupun saat ini kesempatan kita setahun ini hilang, tapi saya mungkin dalam 2 tahun mendatang kita bisa mengejar balik keterlambatan ini. Kita berada dalam satu dunia yang sama sehingga kita harus saling membantu.
(Foto: Courtesy of Alexandra Golovanoff)