Cerita Wanita Hebat: Sara Djojohadikusumo

Memperingati International Women's Day, Bazaar akan mengupas figur lima wanita hebat yang sarat akan jiwa sosial



"Padahal sejak usia 14 tahun saya sudah bertekad menjadi aktris profesional dan selalu menghindari dunia politik," ujar Sara mengawali wawancaranya bersama Bazaar beberapa waktu lalu.

Memang, latar belakang wanita yang berama lengkap Rahayu Saraswati Djojohadikusumo ini sulit dilepaskan dari latar belakang politik, mengingat beberapa anggota keluarganya merupakan sosok high-profile di negeri ini.

Namun tekadnya di masa remaja itu berubah saat di 2013 ia memutuskan untuk maju menjadi calon anggota DPR. Baginya peluang itu adalah jawaban yang mampu memperbesar peluangnya untuk semakin aktif dalam isu mengenai perdagangan wanita.

Ya, Sara Djojohadikusumo memang kini aktif memerangi woman trafficking di Indonesia, lewat organisasi yang didirikannya, Indonesia for Freedom (ID4F).

Awal mula keterlibatan Sara dalam memerangi pedagangan wanita di mulai saat ia berkesempatan menghadiri konferensi Hillsong di London pada 2009 lalu. Ketika itu khotbah dari pendeta Christine Caine yang berbicara mengenai perbudakan terhadap wanita membuatnya terusik, sehingga Sara memutuskan untuk menggali mengenai isu tersebut di Indonesia.

Sara kemudian menemukan banyak fakta pahit mengenai women trafficking di Tanah Air. Bahwa bukan saja menjadi negara asal, Indonesia juga kerap menjadi negara tujuan dari perdagangan wanita.

"Saya ingat waktu itu ke Surabaya dan bertemu dengan polisi yang baru saja menyelamatkan gadis berumur 12 tahun. Ternyata, gadis ini sudah disekap selama empat tahun dan diperkosa hampir setiap hari. Penemuan saya ini sungguh menyedihkan."

ID4F fokus memerangi woman trafficking dengan mengusung program Pencegahan, Pencegatan, Penuntunan, dan Reintegrasi. Pencegahan meliputi peningkatan kesadaran akan adanya perdagangan wanita. Berikutnya Pencegatan yaitu setelah semua orang sadar akan bahaya women trafficking dan diharapkan memiliki keberanian untuk melaporkannya ke pihak berwajib.

Selanjutnya Penuntutan di mana setiap korban berhak mendapat keadilan dan para pelaku dapat diproses secara hukum. Yang terakhir adalah Reintegrasi yang dapat dibilang program pemulihan bagi setiap wanita yang menjadi korban.

“Reintegrasi adalah tahap tersulit dari rangkaian intervensi ini. Sesuai dengan filosofi ID4F, kami ingin melakukan transformasi menjadi harapan. Oleh karena itu, di kuartal pertama tahun ini kami berencana untuk membangun sebuah safe house (rumah singgah) yang aman, nyaman, dan tidak memiliki batas waktu bagi mereka yang tinggal di sana," jelas Sara.

Rencananya rumah singgah ini akan didirikan di Solo, dengan tim penyuluh serta dua ibu asuh yang akan merawat dan membimbing para penyintas.

Memerangi woman trafficking bukanlah pekerjaan yang mudah karena berarti harus terlibat dengan sindikat yang mengerikan. Namun, itu tak menjadi masalah bagi seorang Sara, seperti yang ia ungkapkan kepada Bazaar di akhir wawancara ini, "To have a work like this, you need to be a little bit crazy. But I know I’m on the right side, and that God has my back."

Artikel ini disadur dari The Philanthropists dalam Harper's Bazaar Indonesia edisi Februari 2016.

(Fotografi: Rinal Wiratama. Wardrobe: Vinora)