Sentuhan Indonesia di Carrousel du Louvre Kota Paris

Edward Hutabarat dan Anggun menyemarakkan acara peluncuran platform digital di pusat kota Paris, tepatnya di Carrousel du Louvre.

Courtesy of Royal Group


Inagurasi peluncuran platform digital Best of Indonesia (BOI) berlangsung di kota Paris dalam suasana yang ramah dan elegan. Acara ini dilakukan dengan pesta gaya khas Parisienne dengan sentuhan Indonesia yang kental.

BACA JUGA: Mengenal Desainer Indonesia: Edward Hutabarat

Acara ini berlangsung di Carrousel du Louvre, sebuah spot yang menjadi bagian dari museum Louvre. Diisi dengan jajaran butik-butik dengan sebuah tempat berfoto yang mudah ditandai. Apalagi kalau bukan piramida kaca terbalik.

Selaku pencentus ide dari platform digital ini, Nina Hanafi, mengharapkan untuk membangun jembatan yang memperkenalkan lebih jauh tentang Indonesia ke kancah internasional. Yaitu dengan memperkenalkan beragam produk, jenama, dan talenta yang berkualitas dari Indonesia. Tentunya mereka semua siap membuka kesempatan untuk bekerja sama.

Courtesy of Heri Setyo

Acara launching ini sendiri bertajuk "L'Indonèsie au carrousel du Louvre" yang menggandeng Kemendikbudristek, Kedutaaan besar Indonesia di Paris, dan juga Komite Budaya dari Distrik 1 Paris. Acara yang dihadiri ratusan undangan ini dibuka dengan pidato dibawah piramida kaca dari Bapak Mohamad Oemar sebagai Duta Besar Indonesia untuk Prancis, kepangeranan Monaco, dan Andora. Disambung dengan tampilan pasangan Anggun yang melantunkan lagu-lagu populernya diiringi oleh Christian Kretschmar, sang suami di balik piano.

Courtesy of Heri Setyo

Selain itu, sekitar 20 tampilan foto karya Edward Hutabarat tergantung mulai pintu masuk utama. Lorong panjang dengan plafon tinggi itu diisi beragam foto dengan format besar bertema “Borobudur”. Beberapa siluet Candi Borobudur, dan beberapa model yang menjuntaikan beragam kain wastra dari Sumba dan Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan latar belakang kemegahan candi tersebut.

Puncak acara ada pada show dari salah satu desainer ternama Indonesia, Edward Hutabarat. Edward, atau Bang Edo, panggilan akrabnya, hadir dengan koleksi bertajuk “Selimut Nusantara”.

Courtesy of Rizal Halim

Perancang Indonesia yang berkarya dalam rentang waktu lebih dari empat dekade ini mengungkap filosofi dari tekstil tradisional Indonesia. Kata selimut, secara harfiah, memiliki arti lembaran tekstil yang menutup dan melindungi tubuh. Namun dalam tradisi Indonesia, ini juga dipakai sebagai kain upacara adat.

Courtesy of Rizal Halim

Efek theatrical dengan penampilan model yang berjalan mengitari piramida kaca terbalik dengan look pertama. Sebuah baju kurung brokat warna merah senada dengan kain Songket yang disemat seperti sebuah veil.

Courtesy of Rizal Halim

Beragam ouftit yang dengan potongan loose dengan warna monokrom ataupun transparan menjadi aksen kain Tenun Wastra dari daerah Sumba, NTT, Sumbawa, dan juga kain Ulos dari Samosir yang dipakai seperti sebuah cape bermotif ataupun disemat di bagian leher. Sekitar 20 tampilan bergantian berlalu lalang, diperagakan model-model yang berkarakter. Bermain dengan elemen kontras gaya modern dan tekstil tradisonal memberikan sebuah show yang dramatis.

Courtesy of Rizal Halim

Dengan hadirnya tenun tradisonal di acara ini, Nina Hanafi dari Best of Indonesia berkata kalau ia ingin menyampaikan pesan, akan bagaimana pentingnya kain Tenun sebagai warisan budaya Indonesia.

Meski fashion show hanya berlangsung satu hari, Anda tetap bisa menikmati pameran fotografi hingga 8 Januari mendatang. Masih di lokasi yang sama, yaitu di Carrousel du Louvre, Paris.