Nadya Hutagalung Bicarakan Pentingnya Menjaga Emosi Diri Melalui Buku Terbarunya

Sang model dan aktivis lingkungan hidup meluncurkan cetakan kedua dari bukunya, Walk With Me.

(Foto: Courtesy of Davy Linggar for Nadya Hutagalung)


Dunia tengah menjalani pertarungan di tengah krisis kesehatan global yang mengisolasi dan membatasi ruang gerak kita semua. Menghabiskan hampir satu tahun di dalam rumah, mungkin kehilangan pekerjaan maupun merasa rindu mendalam kepada orang-orang tersayang yang harus dijumpai secara virtual, sepertinya pertarungan setiap individu tidak hanya sekadar bertahan hidup, tetapi menjalani hari-hari berhadapan dengan, mungkin satu-satunya orang yang ingin kita hindari: diri sendiri.

Kehidupan yang kini terbatas di dalam dinding-dinding, selagi menjalankan berbagai peran yang hampir tidak ada batas, kesehatan mental dan emosional setiap orang juga menjadi hal yang terlalu penting untuk diabaikan. Setelah terlibat aktif dalam The Contentment Foundation, sebuah lembaga yang fokus menyosialisasikan pentingnya kurikulum social emotional learning untuk diimplementasikan pada sistem pendidikan di seluruh dunia, model dan aktivis Nadya Hutagalung pun membagikan ragam perspektif tentang emotional well being melalui diskusi yang ia lakukan dengan beberapa tokoh dalam buku terbarunya.

(Foto: Courtesy of Nadya Hutagalung)

Walk with Me, sebuah buku yang dituliskan oleh Nadya bekerjasama dengan desainer, Didit Hediprasetyo ini pertama kali diluncurkan pada 2018 silam. Tujuh bab yang digambarkan melalui berbagai elemen kehidupan ini mengisahkan perjalanan karier, pribadi, maupun pandangan Nadya dalam menjalani kehidupan.

Dalam sebuah bab yang diberi nama Bamboo, topik mengenai emotional well-being pun diulas melalui kisah-kisah figur ternama Tanah Air seperti Happy Salma, Afgan, Iqbaal Ramadhan, Eva Celia, dan Chelsea Islan yang membagikan kisah hidup mereka membangun dan mengelola kesehatan mental mereka masing-masing.

Setelah sebelumnya berbincang secara virtual melalui sesi Instagram Live yang diadakan Nadya selama satu pekan kemarin, pada peluncuran cetakan kedua dari memoarnya pada tanggal 19 Desember 2020, Nadya pun kembali berbincang dengan keempat persona yang menjadi bagian dalam buku yaitu Happy Salma, Afgan, Iqbaal Ramadhan, serta Eva Celia untuk kembali berbagi tentang perjalanan masing-masing menemukan cara untuk mengelola mental dan emosi dalam diri.

(Foto: Courtesy of Nadya Hutagalung)

“Saya belajar apa yang menjadi pegangan orang Bali serta menjadi mantra buat saya, Dase Kale Patre atau waktu, tempat, situasi,” ungkap aktris Happy Salma ketika membagikan pengalamannya beradaptasi dan mengolah diri di fase hidup barunya di Pulau Dewata, “Jadi seseorang itu selalu berubah-ubah sesuai dengan tiga ikatan tersebut dan memberi kekuatan bagi saya untuk memaafkan diri sendiri dan orang lain.”

Lain halnya dengan aktor dan musisi, Iqbaal Ramadhan, yang juga menjadi persona paling muda dalam buku karya Nadya ini yang menemukan caranya mengelola emosi diri melalui pendidikan. Kecintaannya pada dunia sekolah mendorongnya untuk menempuh pendidikan di Amerika Serikat dan kemudian, menyelami perjalanan yang membantu sang aktor untuk menerima siapa dirinya setelah menghabiskan sebagian masa remajanya berada di perhatian publik.

Peluncuran cetakan kedua dari buku Walk with Me menjadi langkah Nadya untuk menyebarkan pesan tentang pentingnya untuk mengenali dan memahami kondisi emosional diri serta kesehatan mental, terlebih di masa pandemi yang menguji kehidupan semua orang. Bentuk dukungan sang model untuk mendorong setiap orang lebih terbuka untuk mengungkapkan perasaan mereka, menghilangkan stigma tentang kondisi mental seseorang, serta membangun rasa empati.

(Foto: Courtesy of Davy Linggar for Nadya Hutagalung)

Nadya pun juga memperkenalkan The Contentment Foundation yang mensosialisasikan kurikulum social emotional learning untuk diterapkan pada sistem pendidikan di seluruh dunia dan melalui penjualan cetakan kedua dari Walk with Me, sebagiannya akan disumbangkan untuk menghadirkan pedoman Contentment Foundation ke dalam Bahasa Indonesia sehingga perlahan-lahan dapat diterapkan ke dalam sistem pendidikan di Tanah Air.

Cetakan kedua dari memoar Nadya Hutagalung dapat Anda miliki, mulai pada 23 Desember 2020 di toko-toko buku terdekat.

(Penulis: Vanessa Masli)