Pameran Kain Tenun Ikat Sumba Ala Sejauh Mata Memandang

Kreasi tenun ikat Sumba diterjemahkan secara modern oleh tangan Chitra Subiyakto didampingi kolaborasi dengan Jay Subyakto dan Davy Linggar.



Sebuah wujud kecintaan Chitra Subiyakto terhadap kain nusantara kembali terpampang. Kali ini, inspirasinya datang dari wilayah timur Indonesia, tepatnya pulau Sumba.

Melalui label Sejauh Mata Memandang, sang founder sekaligus direktur kreatifnya pun kembali mempresentasikan koleksi khas yang kontemporer.

Jika pada koleksi awal kita bertemu dengan kain yang mengangkat teknik batik disertai interpretasi figur-figur familier yang modern, maka pada kelahiran karya terbarunya ini, datanglah kain tenun ikat sebagai aktor yang didaulat mengisi panggungnya.

Persepsi tentang Sumba terekam dalam bentuk motif yang terinspirasi oleh gunung, langit, dan tanah Sumba. Chitra pun berujar, “Kami terus mencari cara untuk merawat tradisi dan bekerja sama dengan penenun Sumba. Dalam proses pengerjaannya, kami melihat dan mengikuti proses penambahan warna dan tekstur alam pada tenun kami.”

Alhasil, pada koleksi bertajuk Humba yang memang merupakan bahasa asli untuk Sumba menawarkan kearifan lokal dan kebersahajaan alam.

Sebagai penikmat mode dan kultur, Anda akan terkesima oleh proses pewarnaan alami yang berasal dari tumbuhan yang berada di kawasan Sumba, kemudian proses pengikatan benang-benang 'dikerjakan' oleh daun kering yang berfungsi untuk menahan warna sehingga mampu menghasilkan motif yang diidamkan.

Tak selesai dalam hitungan hari, proses ini bahkan memakan waktu hingga tiga bulan atau lebih karena pengerjaannya melibatkan dukungan alam, semisal hujan.

Bentuk kesadaran Sejauh Mata Memandang untuk menampilkan koleksi dalam format modern pun diolah ke dalam sebuah instalasi.

Tidak hanya mengetengahkan kain-kain ciptaannya, pada ekshibisi yang berlangsung dari tanggal 6 hingga 18 Desember di Curated Room, First Floor Senayan City ini juga mengusung kolaborasi Sejauh Mata Memandang dengan seniman Jay Subiyakto dan Davy Linggar untuk menghasilkan kombinasi art video, instalasi kain, dan fotografi.

Di dalam ruangan tersebut, Anda akan berinteraksi dengan karya buatan Jay lewat benang-benang seperti halnya pembuatan ikat dan visual yang menampilkan cara pembuatan ikat, langit kehidupan dan Gandari, opera karya Goenawan Mohamad.

Sedangkan Davy mengabadikan alam Sumba dan pembuatan ikat untuk Sejauh Mata Memandang melalui koleksi fotografi dan video.

Foto: David Salim