Tinkerlust telah menjadi online marketplace yang melayani jual beli barang preloved branded sejak tahun 2015 yang memberikan pelayanan kurasi hingga jaminan orisinalitas untuk setiap barangnya. Namun di tahun 2020, Tinkerlust mengubah visinya menjadi online marketplace yang mendukung gerakan sustainable fashion dengan mengajak beberapa brand lokal untuk menjual produk mereka di website Tinkerlust.
November ini Tinkerlust mengadakan Fashion Impact Summit dengan tajuk Unlocking Fashion Sustainability & Circular Economy. Acara ini merupakan acara diskusi yang menghadirkan para pakar fashion dan narasumber lainnya yang peduli terhadap lingkungan seperti Irma Yunita (Corporate Affairs Director Uniqlo), Amanda Zahra Marsono (Head of Public Relations & Marketing Zero Waste Indonesia), Tara Ainun Adila (Team Leader Slow Fashion Indonesia), dan juga Tasya Kamila (Public Figure dan Founder Green Movement Indonesia) di berbagai topik yang berkaitan dengan sustainable fashion, seperti hidden environmental cost of fashion industry, roads to sustainability dan opportunity & challenge of secondhand fashion.
Tinkerlust telah melakukan survei terhadap 665 responden di Indonesia dan 63,46% diantaranya lebih memilih membeli produk fast fashion karena dianggap lebih murah dan gayanya lebih masa kini, walaupun mereka sadar bahwa perilaku ini dapat mengakibatkan penumpukan barang-barang.
Salah satu Co-founder dan CEO Tinkerlust, Samira Shihab juga mengatakan bahwa industri fashion dapat menyebabkan dampak lingkungan dan sosial yang dapat membahayakan jika tidak diolah dengan baik. “Untuk itu, kami sebagai ecommerce yang bergerak di preloved goods, merasa perlu untuk mensosialisasikan bagaimana sustainable fashion dapat menjadi solusi untuk lingkungan yang lebih baik dan menciptakan circular economy.” pungkasnya.
Yang artinya, fashion yang sudah tidak dipakai bisa diperjualbelikan, sehingga tidak menumpuk dan bisa menjaga nilai fashion itu sendiri.
Salah satu pembicara, Amanda Zahra Marsono, Head of PR & Marketing Zero Waste juga membagikan pengalamannya dalam menciptakan circular economy, yaitu lewat gerakan tukar baju, dimana para pengunjung acara dapat membawa baju mereka untuk ditukarkan dengan baju yang lain dalam usahanya untuk memperpanjang nilai baju tersebut.
Disamping itu, dalam sesi Roads to Sustanaibility, Bianca Belnadia, Entrepreneur & Content Creator Love, Bonito juga mengatakan bahwa “industri sirkuler masih dalam tahap awal dan sebagai pelaku bisnis di industri ini, kita harus membuka dialog dengan semua stakeholder.”
Tidak hanya itu, public figure Tasya Kamila juga setuju bahwa, “Dengan adanya platform seperti Tinkerlust, konsumsi produk second hand menjadi sebuah gaya hidup baru.”
Diharapkan gerakan sustainability & circular economy dapat membuka mata dari seluruh masyarakat maupun stakeholder yang berkaitan dengan industri fashion. Dan hal seperti ini bisa menjadi sebuah tren yang sangat positif, terlihat dari banyaknya generasi Gen Z yang mulai menyukai gaya hidup thrifting. Tentunya ini bisa menjadi optimisme bagi kita selaku penikmat dan pelaku fashion.
Baca juga:
Cara Mengubah Isi Lemari Pakaian Anda Tanpa Harus Membeli Sesuatu yang Baru
Arti Sustainable Fashion yang Perlu Anda Ketahui Sekarang
(Penulis: Diah Pithaloka; Foto Courtesy of Tinkerlust)