Segar dalam ingatan banyak orang, terlebih masyarakat Amerika Serikat yang baru saja merayakan kemenangan pasangan Joe Biden dan Kamala Harris sebagai Presiden dan Wakil Presiden Amerika Serikat terpilih yang diumumkan pada 8 November waktu setempat. Perayaan terus berlanjut ketika masing-masing pemenang menyampaikan pidato kemenangannya di Delaware.
Ketika naik ke panggung sebagai wakil presiden perempuan Amerika Serikat pertama, Kamala Harris tidak hanya memberikan kekuatan kepada seluruh masyarakat, khususnya kaum perempuan tentang sejarah yang berhasil ia ukir, tetapi melalui penampilannya dalam mengenakan blus sutra putih dengan hiasan pita dibalut dengan setelan putih, tanpa lupa mengganti sneakers Converse favoritnya dengan sepatu heels berwarna nude.
Melihat penampilannya di atas panggung, Kamala berhasil membuat para warganet memuji pilihan busana yang identik dengan perempuan dan kekuatan perjuangan. Istilah power suit untuk menggambarkan setelan putih yang dipakai para perempuan khususnya di Amerika Serikat memiliki peran luar biasa dalam sejarah perjuangan kesetaraan gender oleh kaum hawa.
Dimulai pada akhir abad ke-19, ketika para perempuan mulai merasakan keinginan untuk terlibat dalam dunia kerja, baik untuk memenuhi kebutuhan finansial atau keinginan untuk masuk ke dalam dunia profesional. Namun kerap diabaikan atau diremehkan akibat gaya busana mereka, para perempuan yang masuk ke dalam dunia profesional mulai memberikan sentuhan maskulin dari gaya dan penjahitan dan kemudian menjadi gaya yang populer dalam industri fashion wanita.
Desainer, Coco Chanel menjadi salah satu ikon yang memperkenalkan power suit bagi kalangan perempuan dengan menghadirkan koleksi setelan berbahan wol yang meliputi rok dan jaket – kunci utama sebuah setelan bagi para perempuan. Namun, setelan serba putih menjadi saksi bisu dalam sejarah perjuangan perempuan di Amerika Serikat untuk mendapatkan hak pilih mereka dengan mengenakan setelan serba putih pada awal abad ke-20. Hal serupa kemudian dilakukan oleh Anggota Kongres Perempuan Partai Demokrat pada 2018 yang mengenakan setelan serba putih dalam penyampaian State of Union oleh Presiden Donald Trump.
Tidak hanya Kamala yang menghiasi panggung dengan penampilan penuh kekuatannya, hal serupa juga dilakukan oleh Hillary Clinton pada 2016 ketika dirinya menjadi kandidat presiden perempuan pertama melawan Donald Trump.
Selain menjadi bentuk penghormatan bagi kaum perempuan, setelan monokromatis, menurut ahli sejarah fashion dan penulis, Shelby Ivey Christie adalah sebuah simbol perayaan bagi komunitas masyarakat berkulit hitam.
Dalam pidato kemenangannya, Kamala mengungkapkan pesan sang ibu yang menjadi moto hidup, “Mungkin saya menjadi perempuan pertama di dalam kantor, tetapi saya bukanlah yang terakhir,” ungkap Kamala dalam pidatonya. Dengan kemenangannya menjadi pasangan terpilih bersama dengan Joe Biden, Kamala akan menjadi wakil presiden perempuan pertama dan juga perempuan keturunan Asia dan Afrika pertama yang menempati Gedung Putih selama empat tahun ke depan.
(Penulis: Vanessa Masli)