Sejarah Fashion Tahun 1940 - 1960

Pergerakan Orang Muda Memicu Lahirnya Label Kasual



Dampak perang dunia mengakibatkan terjadinya perubahan besar-besaran dalam mode dunia. Estetika busana tidak lagi menjadi prioritas. Dengan demikian, siluet dan detail busana tampil semakin minimal. Pasca perang, lingkup fashion semakin bervariasi seiring munculnya unsur-unsur kebudayaan yang datang dari orang muda. Salah satu pengaruh terbesarnya adalah musik.

Periode Forties (1940 – 1949)

Akibat Perang Dunia II, desainer tidak lagi merancang baju untuk estetika keindahan, busana harus berdesain minimalis dan praktikal.

Pemerintah Inggris bahkan mengeluarkan peraturan dalam membuat pakaian, yaitu memakai 5 kancing, 6 jahitan, 4 lipatan, 4 meter jahitan benang, tanpa dekorasi, tanpa panel hiasan, dan tidak lebih dari 5 kantong.

Banyak desainer Eropa yang kemudian hijrah ke Amerika. Sedangkan mereka yang tetap tinggal di Eropa, harus mendesain sesuai permintaan tentara Nazi.

Wanita terdorong menjadi cermat. Busana lama mengalami recycle menjadi model baru, sehingga tidak ada material yang terbuang.

Lahirnya istilah baru, Zazou style, yaitu siluet boxy di bagian bahu, kupnat di pinggang, rok lurus ke bawah, dengan pendek selutut, dan tatanan rambut berjambul tinggi.

Pemakaian material kulit dibatasi. Sehingga produsen sepatu mulai berinovasi menciptakan sepatu dari material kayu, raffia, dan plastik.

Sedangkan di London, label Aquascutum memproduksi three pieces suit. Padanan formal yang terdiri dari tiga bagian, diperuntukan bagi wanita bersepeda.

Pada tahun 1947, Christian Dior memperkenalkan siluet baru: mengecil di area bahu, garis pinggang ramping, dan full circle skirt di bawah lutut. Harper’s Bazaar memberi istilah “The New Look” pada rancangannya.

Periode Fifties (1950 – 1959)

Usai perang dunia, wanita kembali ke peran utama sebagai ibu rumah tangga sehingga mendatangkan gairah untuk kembali berdandan. Atasan yang dikenakan dengan rok A-line lebar, dikenakan bersama aksesori tas, sarung tangan, dan sepatu warna sepadan.

Amerika menjadi pusat mass production untuk busana siap pakai. Rancangan desainer Paris, dalam sekejap diproduksi dalam kuantiti besar dan harga yang murah. Sehingga muncul sebuah larangan untuk fotografi dan sketsa ketika pergelaran busana sedang berlangsung. Rumah mode baru melansir official photo setelah show berakhir.

Audrey Hepburn adalah idola Amerika yang memberi pengaruh besar dalam pertumbuhan style di banyak negara.

Warna baju lebih bervariasi dan mencolok. Disertai kemunculan kain motif print flora dan fauna. Emilio Pucci adalah salah satu pionir yang memperkenalkan print di atas material silk dan potongan celana capri.

Gaun koktail rancangan Cristobal Balenciaga di tahun 1950.

Jacques Fath adalah salah satu desainer andalan kaum elite.

Koleksi terakhir Christian Dior sebelum beliau wafat di tahun 1957.

Periode Sixties (1960 – 1969)

Disebut sebagai era terbaik dalam sejarah mode.Remaja dan orang muda memegang peranan penting dalam lahirnya kebudayaan dan istilah mode baru seperti Swinging Sixties (1960-1967), sub kultur hippies, hingga futuristis.

Label siap pakai mendominasi pasar, dan street market merajai sebagian besar bisnis. Ditandai dengan munculnya butik kecil dan fashion outlet yang menawarkan ragam pakaian dan aksesori bergaya pop. Salah satunya adalah butik ‘Bazaar’ milik desainer Mary Quant.

Tidak hanya memperkenalkan busana kasual, Mary Quant memperkenalkan tren aksesori dari material PVC, sepatu boots, makeup, hingga aksesori.

Mary Quant mendatangkan tren baru seperti potongan rambut geometris.

Model asal Inggris seperti Twiggy menjadi ikon mode panutan.

Supermodel Veruschka dalam balutan gaun motif garis ikonis rancangan Valentino tahun 1966.

Dengan menggunakan material akrilik, polyester, kulit PVC, kain elastis Lycra, desainer seperti Andre Courreges, Paco Rabanne, dan Pierre Cardin, sukses menciptakan koleksi bertema futuristis.

Lahirnya Yves St Laurent yang disebut sebagai The Prince of Couture. Salah satu rancangan ikonisnya The Mondrian adalah dress dengan panel balok warna primer yang diadaptasi dari karya seni modernism, Mondrian.

Ia turut memperkenalkan elemen maskulin untuk busana wanita seperti Le Smoking blazer, tuxedo klasik, dan jaket safari.

Di akhir tahun 60-an, generasi muda mulai memasuki era “Sex, Drugs, and Rock’n’roll”.

Orang muda mulai mencari kebebasan dengan menentang keinginan orang tua dan bergabung dalam grup kultur yang bepergian dari satu tempat ke tempat lain tanpa sebuah tujuan pasti. Mereka yang disebut sebagai the hippies, mengeskpresikan diri melalui musik, tarian, dan gaya busana baru yaitu bohemian.

Majalah memiliki kendali penuh atas berita mode teranyar. Salah satu fashion editor ternama adalah Caroline Baker dengan gaya padu padan yang menggabungkan ragam elemen ethnic dari Maroko, India, Tibet, dan Arab.

Baca juga:

Sejarah Fashion Tahun 1850 - 1900

Sejarah Fashion Tahun 1910 - 1930

(Foto: diambil dari buku 100 Years of Fashion)