Menikah di Bali dalam Nuansa Kolonial

Rumah Luwih dapat menjadi pilihan Anda jika konsep pernikahan dalam nuansa kebangsawanan ada di dalam imajinasi Anda.

Garden High Tea di taman Rumah Luwih


Di tepi pantai Lebih, di daerah Gianyar, Bali, berdiri sebuah hotel yang belum lama dibuka, yaitu Rumah Luwih. Dari kejauhan bangunan berwarna putih ini segera menarik perhatian berkat kesan megah yang ditunjukkannya, seperti bangunan tempat tinggal bangsawan di era kolonial Belanda.

Keseluruhan bangunan yang dirancang oleh biro arsitek Hadiprana ini memang menggambarkan kemewahan di zaman itu, lengkap dengan nuansa rumah yang penuh nostalgia.

Begitu masuk ke area lobi, kita akan disambut dengan tangga melengkung besar dan di latar belakang pemandangan ke Pantai Lebih, ke arah Samudera Hindia dan Pulau Nusa Penida. Arsitektur dan desain lanskapnya terinspirasi dari Istana Air Taman Ujung di Karangasem.

Seperti istana tersebut, bagian bangunan yang menghadap ke laut dilingkup air, dalam bentuk kolam renang dan kolam air. Di ujungnya, terletak lebih tinggi dari kolam, terdapat sebuah pelataran yang indah, bersebelahan persis dengan pantai.

Begitu melihatnya, bayangan indah sebuah pernikahan langsung terlintas.

Di tempat inilah sebuah pernikahan layak diselenggarakan, dalam suasana magis dan romantis. Pelataran ini dapat diubah menjadi semacam 'chapel' terbuka dan mampu menampung sekitar 50 orang duduk. Pihak Rumah Luwih sendiri telah siap dengan beberapa paket pre-wedding dan wedding, yang harganya reasonable.

Ruang-ruang kamarnya sendiri sangat mendukung untuk sebuah konsep pernikahan yang mewah dan berkelas, dan akan menjadi tempat bulan madu yang sempurna. Kamar-kamarnya berukuran besar (yang paling kecil seluas 40 m2), dan terdapat suite dengan dua kamar tidur seluas hampir 200 m2. Sehingga sangat ideal untuk menampung keluarga terdekat yang akan hadir di pernikahan Anda.

(Foto: Courtesy of Rumah Luwih)