Setelah membuka butik pertamanya di Asia Tenggara di Singapura pada tahun 2019 lalu, kini Fauré Le Page hadir di Indonesia, tepatnya di Plaza Indonesia lantai dasar dengan rangkaian tas dan aksesori kulit dengan monogram distingtifnya. Dalam rangka ini, Bazaar mengulik sejarah brand asal Prancis ini yang nyatanya memiliki latar belakang unik yang berbeda dari brand fashion pada umumnya.
Terbentuk pada tahun 1717, Fauré Le Page dimulai oleh sebuah keluarga perajin senjata api yang bermigrasi dari Normandy ke Paris untuk membuka gerai pertamanya. Dengan ilmu dan teknik perakitan yang diwariskan secara turun-temurun, pembukaan lokakarya pertama Fauré Le Page di Paris segera menarik perhatian sekelompok perajin tangan besi, metal, emas, serta kayu dengan keterampilan tinggi yang bekerja sama menghasilkan senjata-senjata api terbaik yang pernah ada.
Bukan sebatas alat tempur, senjata api maupun pedang memiliki makna dan kehormatan tersendiri pada masanya, menjadikannya simbol apresiasi tertinggi, terutama di kalangan bangsawan dan pemimpin-pemimpin dunia. Ada pun budaya Prancis yang menganugerahkan pemimpin-pemimpin terbarunya dengan senapan dan pistol di upacara pelantikan. Dikarenakan prestasi dan kredibilitas yang telah diakui segenap umat, Fauré Le Page selalu menjadi pilihan pertama sebagai produsen senjata-senjata tersebut. Pelanggan setia Fauré Le Page mencakupi sosok-sosok penting di sejarah seperti Napoleon Bonaparte dan Louis XVI, serta Raja Naples, Joachim Murat.
Seiring berjalannya waktu dan meningkatnya pamor Fauré Le Page di kalangan kelas atas Prancis yang gemar berburu, ekspansi bisnis yang menyusul melibatkan perajin kulit yang menyuguhkan rangkaian aksesori perkakas senjata api termasuk ragam kompartemen, sarung, dan pengaman senjata serta perkakas kulit lainnya.
Memasuki abad ke-21, Fauré Le Page yang diakuisisi oleh sebuah keluarga Prancis pada tahun 2009 kini hadir dalam wujud kontemporer dan fungsional melalui rangkaian tas, dompet, dan aksesori kulit lainnya. Dengan sejarah yang mencakupi lebih dari tiga abad, Fauré Le Page yang baru dikemas dengan sensibilitas modern yang senantiasa memberi hormat terhadap identitasnya.
Contohnya, Intrikasi motif sisik écailles khas Fauré Le Page nyatanya merupakan simbol khas perakit senjata yang dapat ditemukan terukir pada permukaan senjata-senjata berharga. Sudut historis yang melambangkan kekuatan dan seduction sebuah senjata ini kini diolah melalui teknik screen printing terhadap permukaan kulit yang kemudian dilapisi wax, menghasilkan tampilan glossy dan mewah, sekaligus anti air layaknya perkakas berburu.
Kompartemen leluasa tote bagdiberikan tajuk Daily Battle, sesuai dengan sejarahnya di dunia persenjataan.
Sudut historis brand ini juga tampil melalui pemilihan palet warna. Abu-abu baja mengundang unsur barel senjata api. Rona biru Paris Blue memberikan hormat terhadap kota yang menjadi tempat kelahiran Fauré Le Page. Hijau empire mengingatkan sosok Napoleon yang juga menjadi salah satu pelanggan Fauré Le Page. Cokelat tua buah kenari menggugah bagian kayu dari senjata api. Kemudian warna kuning tua Mars Ocher memberikan hormat pada god of war, dan cokelat muda Warm Sand melambangkan unsur cinta.
Lagi-lagi Fauré Le Page memetik inspirasi dari sejarah panjangnya dengan siluet tas pinggang yang diberikan nama Knight Belt.
Untuk wadah clutch dengan visual amplop yang diberi tajuk Enveloppe Triomphe, Fauré Le Page menampilkan sejarahnya yang penuh prestasi melalui ornamentasi visual medal. Hal ini seolah menggemakan sederet penghargaan yang telah diperoleh dari berbagai macam organisasi seperti Paris Exhibition, London's World Fair, Vienna World's Fair, Turin International Exhibition, dan masih banyak lagi. Medal-medal silver dan emas ini juga ditampilkan di tokonya di 21, rue Cambon, Paris.
Perpaduan motif écailles, palet warna, dan siluet tegas tampil dalam wujud jinjingan top handle Parade.
Sosok ikonis Fauré Le Page Calibre menjadi bentuk tribute teristimewa terhadap sejarahnya di dunia persenjataan. Visual senjata tampil dalam bentuk tas, potongan saku, maupun ornamentasi. Ragam siluet kompartemen mulai dari yang crossbody, clutch, top handle, hingga pouchsenantiasa mengabadikan sejarah rumah mode Prancis ini, sekaligus menampilkan tradisi savoir-faire yang mengedepankan keterampilan kerja tangan turun-temurun. Hal ini dapat dilihat melalui setiap lekuk prestise, presisi jahitan, serta pemanfaatan hardware yang kokoh dengan polesan mewah.
Lebih dari 300 tahun eksistensi brand Prancis ini dan lebih dari satu dekade kiprahnya di lanskap mode, kini Anda dapat menjadi bagian dari sejarah panjang Fauré Le Page yang telah resmi membuka pintunya di Jakarta, tanggal 29 September 2022.Bazaar pun berbincang langsung dengan Direktur Kreatif Augustin de Buffévent beberapa jam sebelum ajang pembukaan butik.
Harper's Bazaar Indonesia (HBI): Kreasi tas tengah menjadi bagian terpenting dari DNA Fauré Le Page, bagaimana objek ini berkembang untuk musim ini?
Augustin de Buffévent (AB): Ini adalah proses yang berkelanjutan, kami terus menerus membuat prototipe dan meluncurkan produk ketika kami yakin kalau kreasi tersebut sudah siap. Kami bukan perusahaan mode yang mengikuti ritme fashion untuk memperbaruhi koleksi setiap musim. Saya ingin menciptakan barang yang tahan lama. Saya sangat bangga jika melihat seorang wanita bersama tas kami yang sama selama 10 tahun dalam kondisi yang masih bagus, itu benar-benar suatu kebanggaan. Fauré Le Page merupakan label yang sudah didirikan lebih dari 300 tahun yang lalu. Jadi misi saya satu-satunya adalah dapat membuat produk yang bertahan selama 300 tahun juga ke depan.
HBI: Produk Fauré Le Page apa yang selalu Anda bawa?
AB: Tote bag dengan berbagai kantong fungsional yang dirancang khusus dengan tampilan menyerupai Daily Battle Tote. Ada juga card holder dan sketchbook bersampul sebagai tempat menuangkan ide-ide saya.
HBI: Apa hal yang paling penting bagi Anda sebagai direktur kreatif?
AB: Untuk menyuguhkan art of surprise, untuk terkejut dan memberi kejutan seperti kehadiran elemen playful pada setiap rancangan. Namun yang terpenting adalah kerja sama tim. Pada dasarnya saya hanya bagian kecil dari proses pembuatan Fauré Le Page, Anda harus lihat betapa piawainya para craftsman dan kinerja tim di balik semua ini.
HBI:Di mana Anda melihat masa depan Fauré Le Page?
AB:Kami beruntung memiliki potensi untuk memperbanyak butik Fauré Le Page, selanjutnya kami akan memperluas kategori produk, meski tetap berkonsentrasi dalam kreasi tas. Kami terus akan menyuguhkan kebaruan dan menjaga identitas dengan moto Armed for Seduction yang berlaku untuk wanita dan pria. Saat ini banyak juga laki-laki berkunjung ke butik kami karena bisa dibilang produk Fauré Le Page sangat uniseks.
HBI: Sekali lagi, selamat datang di Jakarta!Bagaimana Anda menggambarkan kota ini?
AB:Energi, ini adalah kota yang tidak pernah tidur, selalu penuh energi dan kami ingin menjadi bagian dari energi ini. Dinamisme orang-orangnya pun bagai kembang api. Menariknya, Indonesia terus melestarikan budayanya dan memberi apresiasi kepada pengrajin lokal, di mana geliat ini sangat senada dengan persembahan para pengrajin kami di Prancis. Tidak heran lagi konsumen di Indonesia tentunya akan lebih menghargai dan menyadari teknik kerumitan craftsmanship label ini.
Dengan motonya "Armed for Seduction," Fauré Le Page senantiasa mengimplementasikan identitasnya yang berakar pada unsur romantisme sejarah Prancis. Senjata dalam konteks yang baru menjadikan siluet kompartmen tas sebuah pernyataan tangguh bagi wanita yang mengenakannya. Sebuah rekonstruksi desain sekaligus makna yang tetap menjunjung tinggi unsur sejarahnya.
(Penulis: Hans Hambali & Michelle Othman, Foto: Courtesy of Fauré Le Page)