Parang, Motif Batik yang Dicintai

Batik Fashion Week kembali hadir dengan nuansa segar lewat saduran motif parang yang rupawan.

Batik Fashion Week


Dahulu, jika muncul pertanyaan, 'apakah yang lekat dengan kain batik?', tentu tak sedikit yang berkata, 'kuno dan tidak gaya', begitu pula jika Anda menanyakan hal yang serupa pada kawula muda.

Namun berbeda kini ketika sering kali melihat para muda-mudi dengan anggunnya tampil dalam balutan kain batik yang dililit menjadi bawahan nan modis, atau kemeja kasual dengan sentuhan motif kawung maupun parang.

Lalu, apakah muda-mudi zaman sekarang benar-benar mencintai salah satu kekayaan Tanah Airnya ini? Jawabannya dapat Anda lihat sendiri ketika Batik Fashion Week terselenggara beberapa waktu lalu.

Batik Fashion Week merupakan satu gerakan regenerasi dalam pelestarian dan perkembangan warisan budaya bangsa, yakni batik yang didukung oleh Yayasan Batik Indonesia juga pemerintah.

Yang lebih menarik, gerakan sekaligus acara tahunan ini diinisiasi oleh anak-anak muda yang peduli akan pelestarian batik. Maka tak heran, sejumlah anak-anak muda memenuhi acara yang berlangsung sejak 30 September hingga 2 Oktober 2016 di Warehouse, Plaza Indonesia tersebut.

Mengambil tajuk 'Parang', Batik Fashion Week menampilkan ragam koleksi dari label busana yang mengusung batik sebagai polanya.

Parang yang merupakan salah satu motif bati tertua ini diambil dari kata pereng atau lereng sehingga tak heran jika rangkaiannya membentuk diagonal menyerupai lereng gunung.

Motif parang ini pun mengandung arti luhur, yaitu sebuah semangat yang tak pernah padam, terlihat dari ukiran menyerupai huruf S yang saling berpadu karena diadaptasi dari gemuruh ombak lautan.

Pada hari pertama penyelenggaraan Batik Fashion Week, tak kurang dari 12 desainer menampilkan antusiasme mereka di panggung runway, diantaranya Rama Dauhan, Sejauh Mata Memandang oleh Chitra Subiyakto, Kulo by Sekar Larasati, NES, Rinda Salmun, Populo Batik, Galeri Batik Jawa x Jeffry Tan, [bi], Ghea Fashion Studio, Danar by Danar Hadi oleh Sapto Djojokartiko, Parang Kencana serta Iwan Tirta Private Collection.

Berlanjut ke hari kedua, Danar Hadi kembali menampilkan koleksi terbaru yang sarat akan gaya muda lewat permainan warna maupun tabrak pola berjudul Line to Culture.

Sementara Sejauh Mata Memandang dan Galeri Batik Jawa mengusung tema indigo menutup malam dengan keindahan yang fasih ditranslasikan pada setiap rancangan.

Kemudian, hari terakhir Batik Fashion Week ditutup oleh kemeriahan peragaan busana oleh Bin House. Josephine Werratie Komara atau yang biasa dipanggil Obin menampilkan ragam opsi berbusana tradisional yang ia padu dengan teknik styling lebih modern.

Para model pun tampil memukau dengan sebuah kemasan segar tak hanya lewat langkah mereka yang tegas namun gerakan tari yang sukses mengundang decak kagum tamu undangan.


(Foto: courtesy of Instagram, Batik Fashion Week)